Judul :
3 Emak Gaul Keliling 3 Kota
Penulis :
Fenny Ferawati, Ika Koentjoro dan Muna Sungkar
Penyunting :
Mariana Ariyani
Penerbit :
Buana Ilmu Populer
Cetakan :
Pertama, Desember 2015
ISBN :
978-602-394-007-3
Bangsa yang
besar adalah sebuah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya, tidak juga
melupakan karya budaya yang dipersembahkan dari para leluhur. (hal. 5)
Bagi yang suka melakukan traveling, museum bisa dijadikan salah satu alternatif penjelajahan yang menarik.
Karena museum adalah tempat di mana kita bisa melihat bukti sejarah dan budaya. Dari mengunjungi museum selain bisa mendapat hiburan, kita juga akan mendapat banyak pengetahuan yang sarat makna. Dalam
buku ini mengajak berpetualang ke museum di kawasan
JogloSemar akronim dari Yogyakarta, Solo dan Semarang.
Musem di Yogjakarta
yang bisa didatangi adalah Museum Affandi,
Museum Gunung Merapi (MGM), Museum Batik Yogyakarta, Museum Kereta Keraton Yogyakarta, Museum Pusat TNI AU Dirgantara,
dan Museum De Mata Trick Eye.
Sudah menjadi rahasia umum Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, kota budaya, kuliner dan wisata. Yogyakarta juga terkenal dengan keratonnya. Dan jika ingin melihat ciri khas itu, sebaiknya mengunjungi museum Kereta Keraton Yogyakarta.
Museum ini bisa ditemukan tidak jauh dari Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta.
Keistimewaannya adalah museum ini tidak akan ditemukan di kota lain di
Indonesia. (hal. 42) Sebagian besar koleksi yang berada di museum ini sudah
berusia puluhan tahun bahkan ada yang mencapai ratusan tahun. Dari sejumlah
koleksi yang ada, ternyata beberapa
kereta masih digunakan untuk upacara kebesaran keraton.
Ada tiga jenis kereta yang dipamerkan di sana.
Pertama, kereta dengan atap terbuka dan beroda dua. Biasanya digunakan untuk
kendaraan rekreasi. Seperti Kereta Kapolitan. (hal.44) Kedua, kereta dengan atap terbuka beroda empat.
Digunakan oleh orang-orang yang dianggap terpandang. Seperti para pengawal
Sultan. Contoh jenis kereta ini adalah Kyai Jongwiya atau kereta yang menggunakan nama Landower (hal.44). Dan yang ketiga adalah kereta
dengan atap tertutup beroda empat. Khusus dipakai Sultan dan keluarga. Contoh
kereta adalah, Nyai Jimat, Kyai Garudayaksa dan Kyai Wimanaputra. (hal. 45)
Selain yang sudah dipaparkan masih ada juga koleksi lain yang dibuat pada era
1900-an.
Jika ke Solo, museum yang bisa mengunjungi adalah Museum Keraton Solo, Museum Keraton Surakatra,
Museum Pura Mangkunegaran, Museum Pers Nasional, Museum Samanhudi, Museum Radya
Pustaka, Museum Danar Hadi Solo dan Museum Gula Gondang Winangun.
Di Museum Samanhudi seolah mengajak kembali ke sejarah Indonesia sebelum
merdeka. Dilihat secara umum, museum ini
menceritakan tentang sejarah perbatikan di Solo, serta berdirinya Sarekat Dagang Islam (SDI) dan didirikan dan
diketuai sendiri oleh Samanhudi. (hal. 103). Tercatat dalam salah satu dokumentasi bahwa pada
1859-1870 Solo menjadi pusat batik dan menguasai pasar Nasional. Keberadaan
museum Samanhudi adalah contoh kebanggaan terhadap sejarah dan pelestarian
budaya.
Dan terakhir
adalah Semarang. Kota ini menyimpan banyak sejarah. Museum yang bisa dikunjungi
Adalah Museum Jamu Indonesia Nyonya
Meneer, Museum Rekor Dunia Indonesia, Museum perkembangan Islam Jawa Tengah, Museum
Mandala Bhakti, Museum Art Contamporary Gallery, Museum Rangga Warsito dan Museum
Kereta Api Ambarawa.
Pergi ke Semarang tanpa mengunjungi Masjid
Agung itu rasanya tidak lengkap. Masjid yang arsitekturnya menyerupai Masjid
Nabawi ini, merupakan salah satu masjid
tersebar di Indonesia. (hal. 150) Di sana ada juga sebuah menara yang dinamakan
Al Husna Tower. Menara ini dilengkapi dengan beberapa fasilitas, salah
satunya adalah Museum Perkembangan Islam di Jawa Tengah. (hal. 152) Benda-benda
bersejarah ditata berdasarkan alur perkembangan sejarah Islam. Yang lebih
menarik itu ketika ke lantai tiga, di
sana ada koleksi menarik salah satunya, Al-Quran yang ditulis dalam aksara
Jawa. (hal. 156) Dan di masjid juga terdapat Al-Quran berukuran 90 x 145 meter
yang disalin dengan tulisan tangan oleh dosen UNSIQ Wonosobo. (hal.158) Jadi
sangat disayangkan jika tidak mencoba jalan-jalan ke museum yang sudah di bahas
tadi.
Buku ini dipaparkan dengan bahasa mengalir
sehingga mudah untuk memahaminya. Ditambah ada tips, petunjuk lokasi juga
persiapan biaya yang diperlukan jika ingin mengunjungi museum-museum tersebut. Sebuah buku yang mengingatkan kembali rasa
nasionalisme. Mengenal lebih dekat budaya dan menambah pengetahuan bukti
sejarah. Kelemahan buku ini masih ditemukan sedikit kesalahan penulisa dan
sebuah gambar yang dimuat ganda. Tapi secara keseluruhan, buku ini tetap
asyik dibaca.
ahhhh kapan hari ikutan kuis buat dpetin buku ini, tpi gagal maning
ReplyDeletehikss
Aku dapat ini dari bincang buku sama penulisnya si KOMBI. ^_^
Delete