Judul : Selamat Berpisah Calon Imamku
Penulis : Ririn Astutiningrum
Penerbit : Mizania
Cetakan : Pertama, Februari 2016
Halaman : 162 hlm
ISBN
: 978-602-1337-99-8
Peresensi
: [Ratnani Latifah, penikmat buku dan
penyukai literasi, Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara]
Ikhlas adalah sikap menerima segala
ketentuan yang diberikan Allah dengan perasaan ridha. Hanya saja untuk menjadi
pribadi yang selalu ikhlas, kadangkala
tidaklah mudah. Butuh perjuangan keras serta memiliki kesabaran yang luas untuk
mewujudkannya. Dan buku ini mengajarkan
tentang arti keikhlasan, lewat kisah nyata yang inspiratif. Tentang cinta,
perpisahan dan kematian—khususnya bagaimana menghadapi situasi harus berpisah
dengan calon imam yang sangat dicintai dan diharapkan. Dan berani mengatakan
‘selamat berpisah calon imamku’ dengan hati lapang.
Setiap orang pasti ingin selalu
berada di sisi orang yang dicintainya. Namun ketika Allah belum mengizinkan dua
hati saling bertaut apakah manusia bisa menuntut? Di sinilah tantangannya.
Apakah orang yang mendapat cobaan itu bisa bersikap ikhlas dan sabar, atau
malah menggungat bahkan bisa jadi berputus asa memilih jalan yang salah,
seperti bunuh diri atau bermain dukun. Padahal Allah selalu mengingatkan bahwa
ujian itu selalu disesuaikan dengan kadar kemampuan iman seseorang. (hal. 15)
Poin penting dalam menghadapi cobaan
yang diberikan Allah adalah harus memiliki
pemikiran yang positif. Karena berpikir positif akan mengajak seseorang berjalan
pada keikhlasan. Begitulah kisah-kisah yang diuraikan di sini. Mereka yang
sudah begitu yakin dengan perasaan hati menuju pelaminan, namun ternyata ada
jalan terjal yang membuat mereka harus berpisah. Baik karena kematian, pengkhianatan atau tidak direstui keluarga. Tapi
mereka dengan sikap ikhlas menerima semua pilihan dengan hati lapang dan terus
melangkah ke depan.
Memang banyak hal yang bisa terjadi
pada saat seseorang ingin menuju pelaminan. Namun perlu diketahui bahwa cobaan
adalah bukti sayang Allah pada hamba-Nya. Juga mengingatkan bahwa setiap orang
memang acap kali akan merasakan sebuah kehilangan. Perlu dicatat bahwa cinta,
pertemuan dan kehilangan adalah keniscayaan. Kehilangan akan selalu dialamai
setiap insan. Dan wajar jika bersedih, tapi tentu jangan sampai berlebihan.
Perlu disadari juga, bahwa selain berani menerima pertemuan juga harus berani kehilangan, karena keduanya itu ibarat dua
sisi mata uang yang tak terpisahkan. (hal. 33)
Kisah-kisah dalam buku ini
dipaparkan dengan bahasa yang ringan dan mudah dicerna. Banyak motivasi yang
bisa diambil pembelajaran agar bisa menjadi sosok yang selalu ikhlas dan sabar.
Mengingatkan bahwa dalam kehidupan kadangkala apa yang diharapkan memang tidak
selalu sesuai dengan rencana yang ditetapkan Allah. Boleh jadi apa yang kamu
benci itu baik untukmu, dan boleh jadi apa yang kamu suka itu malah buruk
untukmu. Hanya Allah yang paling mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya.
(hal. 76)
Srobyong, 26 April 2016
Dimuat di Kedaulatan Rakyat, Sabtu, 7 Mei 2016 |
mungkin itulah yang terbaik dalam hidupmu
ReplyDeleteIya mungkin memang itu jalannya ^_^ Terima kasih sudah berkenan mampir
Deletesuka sekali sma quotenya mbak...
ReplyDeleteapapun jalan yg kutempuh kelak dan apapun itu, aku akan mlangkah kedepan dan trus brpikir positif.
smoga allah juga meridhoi-Nya...
hhee
*curhat wkwkwkwkwk
Aamiin. hehhe iya, makasih sudah mampir ^_^
Delete