Judul : Malam-Malam Terang
Penulis : Tasniem Fauziah Rais & Ridho Rahmadi
Editor : Donna Wiadjajanto
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama, Desember 2015
Halaman : 256 hlm
ISBN :
978-602-032-454-8
“Jadikan kegagalan sebagai sahabat
setiamu. Bukan berarti kamu harus selalu gagal, namun ketika kegagalan datang,
sambutlah ia sebagai sahabat. Karena kegagalan adalah cermin yang mengingatkan
kita untuk berusaha lebih baik. Tanpa cemin itu kita tidak bisa melihat diri
sendiri, tidak bisa mengevaluasi diri.” (hal.
66)
Menerima kenyataan mengalami
kegagalan dalam meraih impian itu memang menyakitkan. Namun, haruskan kegagalan
itu mematahkan semangat juang? Membunuh kesempatan lain yang mungkin masih bisa
diperjuangkan. Bahwa sejatinya selalu ada jalan lain yang disiapkan Tuhan di balik sebuah kegagalan seseorang.
Novel Malam-Malam Terang merupakan
kisah nyata penulis di masa SMP.
Menceritakan tentang betapa sakitnya menerima kegagalan dan harus menerima
takdirinya—menghadapi kenyataan, hidupnya hanya ditentukan sebuah angka—nilai
yang dikerjakan dalam hitungan jam.
Tasniem—atau lebih sering dipanggil
Ninim. Dia bisa dibilang adalah siswi yang cukup berprestasi. Pernah menjadi
selalu lima besar bahkan kadang meraih peringkat pertama. Tapi siapa yang
menyangka dalam Ujian Akhir sekolah—dulu masih EBTANAS, Ninim mendapat
NEM—nilai ebtanas murni terlalu rendah dari harapannya. Mimpinya untuk
melanjutkan SMA 3 hanyalah tinggal mimpi.
Marah dan malu itulah yang awalnya
Ninim rasakan. Dua hari dua malam, dia mengurung diri di kamar. Perjuangan
selama tiga tahun di sekolah, berbulan-bulan khusus untuk mempersiapkan ujian,
hanya ditentukan oleh angka desimal yang didapat dari beberapa jam saja mengerjakan
soal ujian. Di mana keadilan? Bukankah belajar adalah proses panjang bukan
sesuatu yang dinilai dari satu atau dua jam ujian saja? (hal. 10)
Sampai kemudian sebuah kejadian
berturut-turut membuatnya mendengar dan melihat tentang negeri singa. Di
sanalah dia mulai berpikir, “Mungkin ini adalah pertanda dari Tuhan bahwa
aku harus tangguh dalam menghadapi kenyataan.” (hal. 25) Lalu ditambah
saran neneknya yang membuat Ninim semakin yakin.
Global College of Singapore.
Di sanalah, akhirnya Ninim memulai kehidupan barunya. Berusaha
melupakan kegagalan masa lalu. Di sana dia dipertemukan dengan tiga sahabat,
Cecilia dari China, Aarindari asli India dan Angelina dari Indonesia, yang
kemudian memberikan warna lain dalam kehidupan Ninim.
Namun, ternyata hidup perantauan
tidak semudah yang dia bayangkan. Ninim merasa kesepian, terasing. Ditambah
masalah keungannya yang memang diakuinya sangat pas-pasan. Hal itu memicu Ninim
ingin kembali menyerah dan pulang. Puncaknya adalah ketika dia kembali menelan kegetiran dalam ujian
komputer. Ujian yang dianggap mudah ternyata dia malah mendapat nilai di urutan
ketiga dari bawah. (hal. 59)
Beruntungnya Ninim memiliki ayah
yang sangat pengertian dan bisa menularkan semangat pada putrinya itu. “Jangan takut gagal, kecuali kamu takut
sukses. Sejarah mengatakan, orang-orang sukses selau jatuh-bangun dulu sebelum
mencapai puncak idaman” (hal. 66)
Perlahan, Ninim pun mulai bisa
menerima setiap kejadian yang menerpanya. Menghadapi kenyataan dengan lapang
dadang dan selalu berpikir positif.
Hanya saja apakah nanti Ninim berhasil menjadi bintang yang paling
terang di gelapnya malam seperti pesan guru dan juga harapannya? Karena masih
banyak lagi jalan terjal yang harus dihadapi bagi orang-orang yang ingin
menggapai mimpi.
Sebuah novel yang sarat makna,
memberikan banyak motivasi kehidupan, menjadi pribadi yang lebih baik. Banyak
sekali quote-quote inspiratif bertebaran dalam buku ini. Tidak hanya membahas
tentang bagaimana menjadi pribadi yang kuat dan tidak mudah menyerah, “Musuh
terbesar adalah dari diri kita sendiri yang kemudian berwujud aneka bentuknya
seperti rasa ingin menyerah, malas, dan sebagainya.” (hal. 201) Tapi juga
tentang spiritual yang kental. “Aku
masih percaya bahwa shalat lima waktu, ditambah shalat tahajud dan puasa sunnah
akan jadi senjata ampuh. Juga yang tak kalah penting, adalah restu orangtua.”
(hal. 225)
Ditambah novel ini diceritakan dengan gaya bahasa
renyah, jadi semakin asyik dinikmati. Lalu kejutan-kejutan lain yang terjadi pada kehidupan Ninim juga
membuat penasaran. Semisal tentang hubungannya dengan sang kakak kelas. Sebagai
remaja tentu saja ada sejumput rasa. Bagaimana dia menghadapi masalah cinta.
Hanya saja, masih ditemukan beberapa
kesalahan dalam novel ini. Tentang
kesalahan kepenulisan, karena memang memakai pov pertama, novel ini jadi
seperti kebajiran kata aku. Saran saja, mungkin ada baiknya untuk pemakaian bahasa
jawa diberi catatan kaki. Soalnya tidak semua orang bisa bahasa jawa. Dan di
sini tidak semua percakapan bahasa jawa ada penjelasannya. Tapi lepas dari semua itu novel ini
recomended untuk dibaca.
Srobyong, 6 Mei 2016
inspiratif bnget sepertinya buku ini ya mbak
ReplyDeletenge-jleb bnget loh aku bca reviewnya hhee
Iya isi dalam buku ini sangat menginspirasi Rohma ^^
Delete