Judul : Hujan
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama, Januari 2016
Halaman : 320 hlm
ISBN
: 978-602-03-2478-4
Peresensi :[Ratnani Latifah, Alumni Unversitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara]
Masa lalu kadang memang menyakitkan.
Tapi apakah benar dengan menghapus ingatan masa lalu itu benar sebuah jalan
yang baik dan sebuah kebahagiaan bisa
tercapai? Novel ini menceritakan tentang Lail dan Esok. Tentang persahabatan, cinta,
hujan juga kenangan yang ingin segera dihapus, agar bisa melupakan semua
kenangan yang pernah terjadi di rentang tahun 2042-2050.
Sebelum gempa yang terjadi pada
tanggal 21 Mei 2042, dua anak manusia itu
tidak saling kenal. Namun, ketika bencana besar itu terjadi keduanya
terjebak pada keadaan untuk bersama dan mencoba bertahan hidup.
Kejadian itu akan selalu diingat dan
dikenang. Karena selain membuat mereka kehilangan keluarga terdekat mereka,
hari itu juga kali pertama mereka bertemu. Hanya saja Esok lebih beruntung
ibunya masih selamat meski memang tidak lagi sempurna. Saat itulah mereka kemudian mejadi dekat dan
berteman. Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Bahkan para penghuni tenda pengungsian akan
hafal, di mana ada Esok berarti ada Lail.
Namun satu tahun sejak terjadinya
bencana, Lail dan Esok harus berpisah. Lail akan tinggal di panti sosial—tempat
khusus untuk anak-anak yang tidak lagi memiliki orangtua. Sedang Esok ternyata
diadopsi oleh keluarga yang cukup mampu dan tidak memiliki masalah dengan
keadaan ibu Esok. (hal. 74)
Waktu pun berjalan cepat. Meski
mereka tidak lagi tinggal bersama, mereka masih melakukan komunikasi dan
bertemu sesekali, menyesuaikan waktu yang dimiliki Esok. Mengingat Esok adalah
anak jenius yang dalam usia mudah sudah menjadi
salah satu ilmuwan terkenal di kota.
Siapa sangka perlahan, dari persahabatan itu ternyata menimbulkan
perasaan cinta yang tidak bisa dicegah.
Hanya saja Lail merasa cinta itu
terasa sulit dijangkau. Mengingat Esok memiliki sudara angkat yang lebih baik
dirinya—Claudia. Pada saat wisuda Esok berlangsung, Lail semakin menyadari
sesuatu. Bahwa Esok tidak pernah menganggapnya istimewa lebih dari seorang
sahabat. Karena terlihat di sana Esok lebih akrab dengan Claudia. (hal. 245)
Lalu sebuah masalah lain muncul,
hingga membuat Lail memutuskan ingin menghapus semua ingatannya. Karena pada masa itu memang ada sebuah alat
canggih yang bisa digunakan untuk menghapus kenangan buruk yang tak lagi ingin
diingat.
Berbeda dengan genre novel-novel sebelumnya, kali ini Tere Liye
menawarkan novel bergenre dystopia. Sebuah genre yang menggambarkan sebuah
negara dibawah kepemimpinan yang otoriter dan menekan. Seolah kehidupan yang
ada selalu dibayang-bayangi teror yang menakutkan.
Tere Liye menggambarkan bagaiman
suasana bumi di tahun 2050 dengan segala kecanggihan teknologi dan informasi
yang mudah diakses. Namun tekanan
berbagai masalah yang melanda yang ada di bumi juga membuat penduduk khawatir
dan ketakutan. Seperti masalah iklim di
bumi yang mulai tidak terkendali. Turunnya salju di daerah tropis dan berbagai
masalah lainnya.
Lepas dari itu, penulis tetap menghadirkan kisah cinta yang manis yang diramu dengan
apik. Melibatkan hubungan antara Lail dan Esok. Penulis yang memang sudah
menelurkan banyak novel best seller ini, memang selalu hadir dengan
cerita-cerita yang memukau dengan gaya segar.
Memakai gaya bahasa yang renyah dan
alur maju mundur yang terkondisi dengan baik, membuat novel ini sangat asyik untuk
dinikmati. Belum lagi, banyak kejutan-kejutan kecil yang membuat pembaca ingin
menuntaskan novel ini.
Ditambah lagi, banyak hal yang bisa
diambil manfaat dari kisah ini. Seperti seberapa hebat pengetahuan tidak akan
mungkin bisa melebihi kekuatan Tuhan. Mengajari
untuk selalu bersyukur dan ikhlas. “Orang kuat itu bukan karena dia memang kuat,
melainkan karena dia bisa lapang melepaskan....” (hal. 288)
Juga menjadi pribadi yang mau
menerima setiap kejadian sebagai pembelajaran. “Mereka meminta agar semua
kenangan yang dimiliki dihapus. Tetapi, sesunggguhnya, bukan melupakan yang
menjadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia
akan bisa melupakan. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah
bisa melupakan.” (hal. 308)
Srobyong, 18 Mei 2016
Dimuat di Radar Sampit. Minggu 22 Mei 2016 |
wih, sampai dimuat di koran! :D
ReplyDeletekece banget reviewnya. :)
Terima kasih, masih harus banyak belajar lagi ^_^
Deletesebel deh tere liye ini produktif bgt, sampai ga kekejar sm saya baca buku2nya hihi...
ReplyDeleteyg ini menarik ya temanya :)
Iya aku pun sama banyak yang belum kebeli, dia sangat produktif dan cerita-ceritanya juga bagus, selalu menyimpan sesuatu yang berkesan. Dan novel ini juga menarik. Terima kasih sudah mampir di sini. ^_^
Deleteahhhh mbak Ratna... aku pngen punya buku itu
ReplyDeletesmpe saat ini blum ksampean
*curhat
Yuk nabung biar segera dapat. Aku doain biar cepet dapat buku ini Rohma ^_^
Delete