Jejak perjalanan ini
sejatinya sudah dua bulan yang lalu—tepatnya 28 Februari 2016. Dan baru ingin
menulisnya sekarang. ^_^ hahhh ketahuan kalau suka malas buat nge-blog. But,
daripada tidak sama sekali. Mungkin setelah ini akan ada postingan lain,
tentang beberapa tempat yang dulu sempat kusamangi, yang memang belum berwujud
cerita, karena dulu belum aktif nge-blog. Ich, nggak ada yang nanya hehh. Sudahlah, abaikan curhat nggak jelas itu.
Bermula dari misi gagal
mengambil buku pesanan Hujan-nya Tere Liye, membuatku malas pulang. Sudah terlanjur keluar juga, pikirku
dalam hati. Ya sudah meski agak mendung,
dan memang masih berpotensi bakal hujan, aku nekat saja. [baca memaksa] adik
yang selalu siap jadi rider buat Mbaknya ini buat meluncur ke TKP.
“Ayuk, ke Plajan saja.
Gong Perdamaian Dunia.” Aku menepuk bahunya.
Dan perjalanan pun
dimulai. Tak memakan waktu lama, akhirnya kami sampai di sana. Sesuai dugaanku,
gerimis sudah mulai menyapa, ketika kami sampai.
Sesampainya di sana, aku
langsung disambut dengan pemandangan hijau yang entah kenapa selalu membuatku
betap berlama-lama menatapnya. Karena kata Nabi Muhammad sendiri, hijau-hijaun
itu memang obat mata. J Dan lagi aku sangat suka
dengan dekorasi penataannya yang seperti taman.
Puas sejenak meliat
pemandangan di sana. Aku melihat-lihat dokumentasi foto-foto di sana. Ternyata
gong perdamaian dunia itu tidak hanya di Indonesia, tapi juga di beberapa
negara lainnya. Seperti Gneva—Swiss, Shancong—China.
Selain ada tempat
foto-foto dokumentasi yang membuat kita bisa melihat berbagai kejadian yang
dulu sempat terekam.
Ada juga kendi
pansacila, sumur perdamaian, hanya saja sumur perdamainnya tak ke foto :(
Ada tanah 202 negara yang dimasukkan dalam toples
dengan diberi masing-masing bendera negara. Nah, fotonya ada di bangunan di belakang kami yang narsis, hehh.
Ada Gong Perdamaian Dunia, Gong Perdamaian
Nusantara dengan pesan “Sarana Persatuan dan Pemersatu bangsa."
dan Gong
Perdamaian Asian Afrika, yang terdiri dari berbagai bendera negara yang dulu
ikut konfersensi sia-Afrika 1955
dan ada
juga semacam bukti peresmian Gong Perdamaian
Dunia oleh Gubernur Maluku, tahun 2012.
Gong Perdamaian Dunia
ini sudah berumur sekita 450 tahun, lho. Simbol sebagai perdamaian dunia, agar
tidak ada lagi perang terorisme dan konflik saran. Gong Perdamaian dunia terletak
di desa Plajan, kecamatan Pakis Aji Jepara. Ada juga di beberapa kota lain,
seperti Bali, Ambon, Palu dan lain-lain.
Setelah puas menikmati
keindahan dan biasa buat jejek pernah mengunjungi Gong Perdamaian Dunia, kami
pun undur diri. Pengennya lanjut ke wisata lain di sekitar Plajan, seperti Akar
Seribu atau Air terjun Jurang Nganten. Tapi ternyata Allah belum mengijabahi.
Hujan terus deras hingga kami memutuskan pulang saja. Kami tidak mungkin ke Akar Seribu mengingat
jalannya akan sangat berbahaya jika hujan datang.
Kalau mau mampir ke
sini, uang masuknya sangat terjangkau. Just 3000 bisa puas menikmati sejarah
dan keindahan yang dihadirkan. J
No comments:
Post a Comment