Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 18 Februari 2018
Judul : Anne of the Island
Penulis : Lucy Maud Montgomery
Penerjemah : Indradya SP & Nur Aini
Penerbit : Qanita
Cetakan : Pertama, Maret 2017
Tebal : 400 halaman
ISBN : 978-602-402-072-9
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatu Ulama, Jepara
“Kepedihan yang Tuhan berikan kepada kita mengandung
hiburan dan kekuatan.” (hal 84).
Novel ini merupakan seri lanjutan dari buku 2 sebelumnya—Anne
of Green Gables dan Anna of Avonlea. Dan tentu saja kisah ini masih berpusat
pada sosok Anne Shhirley yang memiliki sifat polos dan apa adanya dalam
menghadapi kehidupan. Namun di sisi lain Anne adalah sosok yang memiliki mimpi
dan semangat berjuang untuk mewujudkanya.
Dalam seri ketiga ini, Anne sudah mulai beranjak
dewasa. Dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Redmond. Dan itu
berarti dia harus rela meninggalkan Green Gables dan segala kenangan manisnya
dan kebersamaan yang menyenangkan.
Beruntung dalam masa perantauannya itu, ada juga Gilbert Blythe—sahabatnya
yang juga melanjutkan pendidikan, juga Charlie Sloane—teman Anne juga. Tidak
ketinggalan, ada pula Pricilla Grant
sahabat yang juga akan menjadi teman satu pondokan dengan dirinya.
Masih dengan keluguannya kita akan dijasikan
kisah-kisah yang terjadi di masa perkuliahan Anne. Di mana di awal perkuliahan dia berkenalan
dengan Phillipa Gordon—gadis cantik yang lahir dari keluarga kaya, namun
sedikit plin-plan (hal 56). Yang tidak terduga dari perkenalan itu adalah
tentang kenyataan bahwa Phillapa berasal dari
tempat kelahiran Anne—Bolingbroke, Nova Scotia. Di sinilah pertemanan
mereka mulai terjalin dan semakin akrab setiap harinya. Mereka tinggal bersama
di Patty’s Place, sebuah rumah yang indah dan menyenangkan.
Namun meski sibuk dengan pendidikannya, Anne tidak
pernah melupakan Avonlea. Sesekali dia tetap pulang dan menikmati kesejukan
tempat tinggalnya. Kejutan yang dia dapat saat pulang ke desanya adalah perihal
gosip hubungan dirinya dengan Gilbert. Memang benar mereka sangat dekat, tapi
bagi Anne Gilbert hanyalah sahabat. Dia tidak mau persahabatan mereka hancur
karena cinta. Lagi pula Anne punya impian tersendiri tentang kisah cintanya.
Oleh karena itu ketika tiba-tiba Gilbert
mengungkapkan cinta padanya, Anne sangat marah.
Dia juga menolak menjadi kekasih Gilbert. Masalah inilah yang akhirnya
membuat hubungan Anne dan Gilbert sempat renggang. Bersamaan dengan itu hadir
sosok yang menyerupai impian Anne. Dialah Royal Garner. Mereka pun langsung
dekat bahkan sudah tersiar kabar kalau mereka akan segera bertunangan. Sedang Gilbert konon katanya mulai dekat
dengan Christie yang entah kenapa ketika mendengar kabar itu, membuat Anne
sedikit tidak suka.
Selain itu tentu saja masih banyak kisah-kisah lain
tidak terduga yang akan terjadi dengan Anne dan teman-temannya. Semisal
percinta Phillipa yang sempat bingung harus memilik Alec atau Alonzo. Namun
pada akhinyirnya Phillipa memilih sesuatu yang tidak terduga. Pun dengan Anne
yang mulai memikirkan ulang tentang perasaannya hingga membuat keputusan yang
mengejutkan banyak orang. Ada pula tentang impian Anne soal menulis. Selain
kisah-kisah bahagian kesedihan pun tak lepas dari perjalanan hidup Anne, ketika
salah satu sahabatnya meninggal dunia.
Novel ini dikisahkan dengan runtut dan tutur bahasa
yang lembut. Cukup menghibur dan membuat
kita banyak belajar dari sosok Anne. Karena dia memiliki cara pandang yang
menarik dan bijaksana. Misalnya dalam memahami berbagai cobaan dalam hidup.
“Tidak ada
kehidupan yang dapat berkembang dengan baik dan menjadi utuh tanpa
adanya cobaan dan kepedihan—walaupun mungkin kita baru akan mengakuinya itu
jika kita cukup nyaman.” (hal 84).
Atau ketika dia menasihati Davy dalam masalah
menjaga perkataan baik dan buruk. “Kata-kata kotor akan meracuni pikiranmu
dan mengusir semua hal yang baik dan berani.” (hal 96).
Namun di sisi lain, Anne adalah sosok yang cukup
keras kepala. Sehinga butuh waktu lama untuk menyadari siapa sosok yang
benar-benar dia cintai. Bagi saya novel ini memang tidak terlalu banyak twist.
Tapi hal itu tetap tidak mengurangi keseruan dalam kehidupan Anne yang seru dan
menarik.
Dari novel ini kita belajar arti ketulusan dan
kejujuran. Serta kemauan keras dan tidak mudah menyerah dalam mengejar
cita-cita. “Pengalaman baru akan memperluas wawasan kita.” (hal 80).
Srobyong, 7 Januari 2017
No comments:
Post a Comment