Monday 5 March 2018

[Resensi] Catatan Kehidupan Anne yang Menginspirasi

Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 18 Februari 2018 


Judul               : Anne of the Island
Penulis             : Lucy Maud Montgomery
Penerjemah      : Indradya SP & Nur Aini
Penerbit           : Qanita
Cetakan           : Pertama, Maret 2017
Tebal               : 400 halaman
ISBN               : 978-602-402-072-9
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama, Jepara

“Kepedihan yang Tuhan berikan kepada kita mengandung hiburan dan kekuatan.” (hal 84).

Novel ini merupakan seri lanjutan dari buku 2 sebelumnya—Anne of Green Gables dan Anna of Avonlea. Dan tentu saja kisah ini masih berpusat pada sosok Anne Shhirley yang memiliki sifat polos dan apa adanya dalam menghadapi kehidupan. Namun di sisi lain Anne adalah sosok yang memiliki mimpi dan semangat berjuang untuk mewujudkanya.

Dalam seri ketiga ini, Anne sudah mulai beranjak dewasa. Dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Redmond. Dan itu berarti dia harus rela meninggalkan Green Gables dan segala kenangan manisnya dan kebersamaan yang menyenangkan.  Beruntung dalam masa perantauannya itu, ada juga Gilbert Blythe—sahabatnya yang juga melanjutkan pendidikan, juga Charlie Sloane—teman Anne juga. Tidak ketinggalan,  ada pula Pricilla Grant sahabat yang juga akan menjadi teman satu pondokan dengan dirinya.

Masih dengan keluguannya kita akan dijasikan kisah-kisah yang terjadi di masa perkuliahan Anne.  Di mana di awal perkuliahan dia berkenalan dengan Phillipa Gordon—gadis cantik yang lahir dari keluarga kaya, namun sedikit plin-plan (hal 56). Yang tidak terduga dari perkenalan itu adalah tentang kenyataan bahwa Phillapa berasal dari  tempat kelahiran Anne—Bolingbroke, Nova Scotia. Di sinilah pertemanan mereka mulai terjalin dan semakin akrab setiap harinya. Mereka tinggal bersama di Patty’s Place, sebuah rumah yang indah dan menyenangkan.

Namun meski sibuk dengan pendidikannya, Anne tidak pernah melupakan Avonlea. Sesekali dia tetap pulang dan menikmati kesejukan tempat tinggalnya. Kejutan yang dia dapat saat pulang ke desanya adalah perihal gosip hubungan dirinya dengan Gilbert. Memang benar mereka sangat dekat, tapi bagi Anne Gilbert hanyalah sahabat. Dia tidak mau persahabatan mereka hancur karena cinta. Lagi pula Anne punya impian tersendiri tentang kisah cintanya.

Oleh karena itu ketika tiba-tiba Gilbert mengungkapkan cinta padanya, Anne sangat marah.  Dia juga menolak menjadi kekasih Gilbert. Masalah inilah yang akhirnya membuat hubungan Anne dan Gilbert sempat renggang. Bersamaan dengan itu hadir sosok yang menyerupai impian Anne. Dialah Royal Garner. Mereka pun langsung dekat bahkan sudah tersiar kabar kalau mereka akan segera bertunangan.  Sedang Gilbert konon katanya mulai dekat dengan Christie yang entah kenapa ketika mendengar kabar itu, membuat Anne sedikit tidak suka.

Selain itu tentu saja masih banyak kisah-kisah lain tidak terduga yang akan terjadi dengan Anne dan teman-temannya. Semisal percinta Phillipa yang sempat bingung harus memilik Alec atau Alonzo. Namun pada akhinyirnya Phillipa memilih sesuatu yang tidak terduga. Pun dengan Anne yang mulai memikirkan ulang tentang perasaannya hingga membuat keputusan yang mengejutkan banyak orang. Ada pula tentang impian Anne soal menulis. Selain kisah-kisah bahagian kesedihan pun tak lepas dari perjalanan hidup Anne, ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia.

Novel ini dikisahkan dengan runtut dan tutur bahasa yang lembut.  Cukup menghibur dan membuat kita banyak belajar dari sosok Anne. Karena dia memiliki cara pandang yang menarik dan bijaksana. Misalnya dalam memahami berbagai cobaan dalam hidup.

“Tidak ada  kehidupan yang dapat berkembang dengan baik dan menjadi utuh tanpa adanya cobaan dan kepedihan—walaupun mungkin kita baru akan mengakuinya itu jika kita cukup nyaman.” (hal 84).

Atau ketika dia menasihati Davy dalam masalah menjaga perkataan baik dan buruk. “Kata-kata kotor akan meracuni pikiranmu dan mengusir semua hal yang baik dan berani.” (hal 96).

Namun di sisi lain, Anne adalah sosok yang cukup keras kepala. Sehinga butuh waktu lama untuk menyadari siapa sosok yang benar-benar dia cintai. Bagi saya novel ini memang tidak terlalu banyak twist. Tapi hal itu tetap tidak mengurangi keseruan dalam kehidupan Anne yang seru dan menarik.  
Dari novel ini kita belajar arti ketulusan dan kejujuran. Serta kemauan keras dan tidak mudah menyerah dalam mengejar cita-cita.  “Pengalaman baru  akan memperluas wawasan kita.” (hal 80).  
Srobyong, 7 Januari 2017 

No comments:

Post a Comment