Dimuat di Kompas (Nusantara Bertutur) Minggu, 18 Februari 2018
by Ratnani Latifah
Ana
dan Ani adalah saudara kembar. Mereka
tinggal di Jepara, Jawa tengah. Keduanya
duduk di kelas enam SDN Nusa Indah.
Di
sekolah Ani terpilih sebagai ketua kelas. Dia harus mengatur berbagai urusan
kelas dengan adil dan bijaksana. Misalnya dia harus memberi teguran dan sanksi jika ada teman-temannya yang tidak mau
menjalankan tugas piket. Murid yang
tidak mau menjalankan piket, akan disuruh
membersihkan kelas sepulang sekolah. Peraturan itu sudah disetujui semua murid.
Karena dengan begitu, mereka juga belajar bertanggung jawab.
Hari ini kebetulan adalah tugas
piket Risa, Bagus, Sari, Andi dan Ana. Risa, Sari dan Bugus sudah menjalankan
tugasnya dengan baik. Mereka sudah berangkat lebih pagi dan mulai membersihkan
kelas. Tapi tidak dengan Andi dan Ana. Ketika
sampai di sekolah, keduanya malah asyik mengobrol di depan kelas, tanpa berniat
membantu. Ani pun langsung menegur mereka.
“Hai, kalian kok malah mengobrol di
sini?” tegur Ani.
“Bukankah hari ini kalian tugas
piket?”
“Santai saja, Ani. Semua sudah
dikerjakan Risa, Sari dan Bagus, kok. Iya, Kan Ndi?” Ani meminta persetujuan Andi.
“Bener banget. Tuh mereka saja
tidak protes pada kami.” Andi tertawa santai.
“Tidak bisa begitu, dong ... ini
kan juga tugas kalian. Lihat mereka masih sibuk membersihkan kelas. Eh ...
kalian malah bersantai di sini.” Ani terlihat marah. Tapi Ana dan Andir
terlihat tidak peduli.
“Baiklah, jika kalian tidak mau
ikut membantu, maka sesuai perjanjian yang kita sepakati di kelas, kalian akan
dapat hukuman.” Ani bersedekap sambil menatap Ana dan Andi.
“Kalian berdua harus membersihkan
kelas sepulang sekolah!”
“Eh ... kok kamu gitu, An. Aku kan
saudara kembarmu, masak dihukum juga.” Protes Ana.
“Memang kenapa kalau saudara? Kalau
kamu melangar tentu saja tetap harus aku hukum.” Ani menjelaskan. Sepertinya
Ana berani berulah, karena merasa pasti akan dibela Ani karena saudara.
“Benar, kan Ndi? Kamu pasti tidak
mau kalau yang dihukum hanya kamu, sedang Ana tidak. Padahal kalian sama-sama
melanggar aturan.” Kali ini Ani yang meminta persetujuan teman satu kelasnya
itu. Tanpa ragu Andi pun langsung mengangguk.
Pada
akhirnya Ana pun tidak ada pilihan. Dengan Andi dia membersihkan kelas sepulang
sekolah.
Sesampainya
di rumah, Ana langsung menceritakan kejadian itu pada ibunya. Dia menceritakan
kalau tindakan Ani itu sama sekali tidak adil.
“Bukankah
sesama saudara harus saling membantu? Iya, kan Bu?”
Dia yakin Ani pasti akan ditegur
ibunya, karena tidak membantu saudaranya.
Tapi
ternyata Ana salah, ibunya malah membenarkan perbuatan Ani. Apa yang dilakukan
Ani telah menunjukkan sikap adil sebagai seorang ketua kelas. Dia tidak memihak
pada siapa pun, meski itu saudaranya sendiri. Siapa pun yang bersalah harus
dihukum.
Ana
menunduk malu. Ternyata dialah yang salah. Dia pun meminta maaf pada Ani. Dan
berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Srobyong, 12 Februari 2018
No comments:
Post a Comment