Friday, 23 December 2016

[Tanya Penulis] Wawancara With Irene Dyah Penulis "Love in City of Angels"


Haloha, bertemu lagi dalam sesi Tanya Penulis. Masih tentang para penulis dari seri "Around The World With Love bacth3”

Kali ini siapa yang akan aku ke-poin?

Dan ... jreng ... inilah penulis yang aku ke-poin. Mbak Irene Dyah.  Karena sebelumnya, kan aku sudah menyapa  Mbak Arumi E, Mbak Indah Hanaco dan Mbak Silvarani. J

Nah sebelum ke sesi tanya penulis. Rasanya tidak afdol kalau belum mengenal sepak terjang dari penulis yang satu ini.

Biografi Penulis


Irene Dyah Respati, nomadik sejak SMU. Besar di Solo, tinggal berpindah ke Yogyakarta, Jakarta, Tokyo, Shizuoka, Bangkok;  koleksi daerah jajahan itu terus bertambah seiring kesukaannya berkelana bersama keluarga. Punya (terlalu) banyak hobi, tapi hanya sedikit yang konsisten : membaca, menulis, menari dan kucing—bila itu dapat disebut hobi.
Setelah melepas masa karier sebagai humas perusahaan otomotif terbesar di Indonesia,  hingga kini Irene (dibaca Airin) adalah ibu rumah tanggal purnawaktu dengan 1001 jenis pekerjaan, termasuk sebagai penjinak dua bocah menggemaskan, dan menjadi kawan bermain seekor kucing labil yang takut kesepian. Di dunia literas, selain menulis buku dan artikel untuk majalah, Irene juga aktif menjadi writing coach dewasa dan kanak-kanak.

Novel Irene yang sudah beredar adalah Tiga  Cara Mencintai, Dua Cinta Negeri Sakura, Wheels and Heels, Love in Marrakech, Complicated Thing Called Love, Love in Blue City, dan Wander Woman. Selain itu, kumpulan kisah inspiratif Meniti Cahaya (2015) dan photo essay Jejak Sujud Pengelana (2016). Dia berharap suatu saat bukunya akan difilmkan, agar  suaminya (yang tidak suka membaca tapi maniak film) bisa menikmati kisah-kisah yang dia tulis.

Jika ingin berkenalan dengan penulis bisa disapa di sini :

Twitter : @aikairin
IG        : @aikairin

Mau intip karya-karyanya bisa cek di goodreads

Dan inilah hasil wawancara dengan penulis keren ini J langsung disimak, yuk!

Ratna : Pertanyaan umum nih, Mbak Irene. Bagaimana proses kreatif penulis novel Love in City of Angels. Sejak ditulis, riset sampai terbit memakan waktu beralam lama. Dan adakah kesulitan tertentu ketika menggarap novel ini?

Irene :  Penulisan novel ini alhamdulillah relatif lancar. Pertama karena karakter utama sudah 'tercipta' yaitu Ajeng -- yang character traits-nya sudah matang melalui 2 novel saya dulu. Kedua, karena saya pernah menetap hampir 4 tahun di Bangkok. Jadi tidak perlu lagi riset tentang latar tempat, insya Allah masih ingat ... terutama karena saya memang hanya menggunakan tempat/waktu/event/makanan dll yang pernah saya alami sendiri..

Waktu penulisannya sekitar 1,5 - 2 bulan.

Tantangannya adalah justru karena saya punya banyak sekali memori tentang Bangkok, jadi terlalu banyak hal yg ingin saya sampaikan pada penbaca. Akibatnya, saya mesti lihai dan 'tega' memilah bagian mana saja yg akan digunakan untuk mendukung alur ceritanya.

 Ratna : Alhamdulillah Mbak. Keren aih. Termasuk cepat sekali dalam menyelesaikan novel. Lalu adakah alasan khusus kenapa memilih City of Angels atau Bangkok sebagai setting cerita?

Irene : Alasan khusus adalah karena Bangkok adalah kota yg berkesan bagi saya. Keunikan Bangkok saya angkat juga dalam novel ini; yaitu bahwa Bangkok ini City of Angels sekaligus kota yang 'penuh dosa'. Semua kembali pada kita, ingin menjadi putih atau hitam di Bangkok.

Ada puluhan (ratusan?) tempat ibadah di sana, dan masyarakat secara rutin beribadah, melakukan ritual sesuai kepercayaan mereka. Di sisi lain, free sex secara terbuka, tempat maksiat bisa ditemukan di mana saja (bahkan di dekat sekolah 😁 ), kehidupan malamnya juga sangat bebas..
Dan kedua hal yg bertolak belakang itu bisa berjalan seiring.

Di luar itu, Bangkok memang cantik. Suasana tradisional masih terasa kuat meski kotanya lebih modern dari Jakarta dan dihuni berbagai macam warga negara.

Ratna : Kota yang berkesan ternyata. Pertanyaan selanjutnya, kalau boleh tahu apa alasan Mbak Irene menulis? Bagaimana cara membagi waktu antara menulis dan keperluan keluarga? 

Irene : Saya menulis karena suka berbagi, dan suka bila ada orang yang mau 'mendengarkan' percakapan2 yang ada dalam benak saya. Dan dengan membukukannya, saya jadi punya 'legacy' atas hasil karya saya :)

Saya biasa menulis saat anak-anak  di sekolah. Jam 8-12. Atau saat mereka sudah tidur, yaitu mulai dari jam 9 malam. Nah, kalau anak2 libur sekolah begini, saya jadi nggak nulis deh hehehe

Ratna : Wah alasan menulis dan bagaimana membagi waktunya patut diacungi jempol. J. Sekalian buat promosi, Kenapa kita harus membaca Love in City of Angels. ? Apa keunikannya?

Irene : Keunikan kan buku ini :

-Renyah dan ringan, tapi tetap ada konflik emosional yang jelas. Renyah, ringan, lucu, percakapan dan gaya bertutur yg mengalir alhamdulillah adalah kekuatan utama tulisan saya. Hampir seluruh review biasanya menyebutkan hal ini. Dan saya rasa, tidak semua penulis punya ciri khas seperti ini.

-Karakternya riil. Misal Ajeng. Saya YAKIN banget, ada beneran wanita seperti Ajeng ini. Yang jujur, agak bitchy, punya ketakutan dan harapan; sosok tidak sempurna dan dekat di hati pembaca.

-Buku ini kuat dari segi latar, karena penulis pernah menetap di sana dan berinteraksi langsung dgn masyarakatnya. Jadi ada detil-detil menarik di sana berdasarkan pengetahuan saya akan kearifan lokal setempat, nggak cuma sekedar nyebutin tempat wisata atau hal-hal  yang umum. Misal : kebiasaan orang Thai bikin nick name unik (nama buah, nama benda, bahkan nama cabang olah raga!) sebagai pengganti nama asli mereka yg panjang dan relatif sulit diucapkan lidah asing.
Ratna :  Sip, semga bukunya nanti laris manis Mbak. Setuju banget ada ciri khusus dalam tulisan Mbak Irene. Lalu apa sih yang ingin disampaikan dari novel ini kepada pembaca?

Irene : Yang ingin disampaikan : Saya tidak ingin mengunci tujuan penulisan novel ini dalam poin-poin  tertentu. Tiap pembaca pasti bisa menarik inspirasi atau pesan atau justru pertanyaan yg berbeda-beda dari novel ini.. 😊 Karena saya menulis bukan untuk menggurui :)

Tapi payung utama novel ini adalah : 1. manusia tidak akan pernah bisa jadi hakim yg sempurna atas manusia lain, maupun diri sendiri. 2. mau jadi baik atau buruk, sepenuhnya pilihan ada di tangan kita. Kita tidak bisa menjadikan lingkunan/masa lalu/ keluarga/ dll sebagai alibi atas pilihan yg kita ambil

Ratna : Duh, pesannya mengena banget.  Terakhir, dari kacamata Mbak Irene, apa yang perlu dimiliki ketika ingin menjadi penulis? Dan bagaimana tips biar jadi penulis yang konsisten dan selalu produktif?
Irene : Yang perlu dimiliki utk jadi seorang penulis?

-Mesti tekun. Menulis itu adalah skill, ketrampilan. Makin sering diasah, insha Allah akan makin bagus hasilnya. (Kecuali kamu seorang penulis jenius sih hehehe)

-Mesti konsisten Khususnya menulis novel, menulis itu pekerjaan yg membutuhkan komitmen jangka panjang. Dari bab pembuka sampai ending, semua mesti dikerjakan huruf demi huruf hingga selesai. Nggak bisa instan.

Tips menjadi penulis yg konsisten dan produktif .. Hmmm.. saya belum pada posisi utk kasih tips nih.. Beneran deh. Gimana dong 🙊 🙈

Ratna : Terima kasih jawabannya. ^_^ Aduh ayolah Mbak, bagi tips dikit, lho maksa hehh 😂 Kalau diganti bagaimana mengatasi kemalasan versi Mbak Irene?

Irene : Okeh mengatasi rasa malas nulis aja yaa.
-Bikin writing habit. Jadi kita jadwalkan pada jam tertentu tiap hari mesti duduk di depan laptop dan nulis. Kayak orang kantoran aja.. Nggak mesti panjang waktunya, tapi rutin. Walaupun lagi mentok nggak ada ide, tetap harus duduk dan nulis. Utk membiasakan tubuh dan otak.

-Biasanya pas mau nulis novel saya bikin imagination board yang seru dan ditempel di depan laptop. Isinya foto dan keterangan tentang karakter, gambar mapping cerita, foto tempat yang jadi latar adegan-adegan  tertentu. Bentuk visual semacam ini bisa jadi suntikan mood nulis kalau pas lagi kandas-kandasnya.


 Punya outline cerita dan tabungan ide. Jadi kalau pas mentok bgt ga tau mau nulis apa, bisa intip-intip  di situ utk memancing gairah nulis lagi ((gairah! 😝))

Oke Mbak,  terima kasih atas jawaban-jawaban yang sangat inspiratif dan memotivasi. Semoga sukses selalu untuk Mbak Irene dan semua karyanya laris manis dan diterima pembaca dengan baik. J


Yang penasaran dengan novel terbarunya Mbak Irene, bisa intip resensinya dulu di sini . Kalau penasaran bisa langsung dijemput di toko buku atau pesan langsung sama penulisnya. J

No comments:

Post a Comment