Sunday, 11 December 2016

[Review] Cinta dan Masa Lalu yang Menyelimuti

Judul               : Love in Pompeii
Penulis             : Indah Hanaco
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, Oktober 2016
Halaman          : 236 hlm
ISBN               : 978-602-03-3452-3

Dalam hidup, setiap orang akan mengalami berbagai permasalahan.  Ada suka juga duka.   Kadang ada kejadian yang berkesan baik ada pula yang sebaliknya—menyedihkan, hingga menjadi momok yang menakutan yang pada perjalanan waktu sering dikaitkan dengan masa lalu.  Padahal Masa lalu sejatinya bukan untuk disesali atau malah ditangisi. Tapi untuk dijadikan pembelajaran—memperbaiki diri. Jangan sampai kita terjebak pada masa lalu hingga tidak berani melangkah.

Novel ini mengangkat teman cinta yang dipadukan dengan bayangan masa lalu yang terus menyelimti. Membuat trauma hingga mencoba membatasi diri.  Selain itu diselipkan juga tentang sejarah sebuah kota yang pernah hilang untuk dijadikan salah satu setting. Uniknya lagi dari novel ini, jika kebanyakan novel sering mengisahkan percintaan para gadis canti yang kemudian bertemu pangeran tampan, maka ini sedikit berbeda. Penulis menjadikan sosok ibu tunggal sebagai tokoh utama.

Love in Pompeii merupakan seri Around The World With Love batch 3. Sebelumnya pada batch 1 Indah Hanaco menulis novel berjudul Love in Edinbrugh lalu di batch 2 Love in Auckland. Dari judul-judulnya sudah membuat penasaran dan memikat.  Bagi yang suka novel bergenre romance dengan setting luar negeri, maka novel ini bisa dijadikan pilihan.

Berkisah tentang sosok Gladys yang memutuskan tinggal di Hampstead, London demi menghindari dari masa lalu yang menyakitkan—yang pada akhirnya membuat Gladys berusha menjauh dari kaum pria. Selama di Hampstead dia tinggal bersama, putrinya Lulu dan Tante Herra (hal 4).  Pada awalnya kehidupannya berjalan lancar dan menyenangkan.  Namun keadaan itu berubah ketika muncul tetangga baru di samping rumah Gladys.

Pada suatu pagi tanpa sengaja Gladys melihat insiden ciuman yang cukup membuatnya syok. Meski begitu dia mencoba bersikap baik. Mengingat di sana ada kebiasaan tidak tertulis, yang mengharuskan memberikan apple pie jika ada tetangga baru sebagai bentuk sambutan selamat datang.

Itulah awal mulanya Gladys mengenal Callum, seorang pembalap Formula One. Pria yang terkenal sebagai  lady killer dan memiliki hobi mengencani  gadis catwalk, namun tidak suka berkomitmen karena masih tekungkung dengan kisah masa lalu karena ditinggal kekasihnya ketika akan menikah.
Hal yang tidak terduga adalah Lulu langsung lengket dengan Callum—Lulu adalah anak yang memiliki kecenderungan cepat akrab dengan orang dewasa. Sedangkan Gladys merasa harus antipati menjaga jarak.  Sayangnya usaha yang Gladys lakukan gagal total. Lulu semakin hari semakin dekat dengan Callum. Gadis kecil itu sering menghabiskan waktu berenang di rumah Callum. Mereka juga cepat akrab. Callum terlihat sangat menyayangi Lulu.

Keberadaan Lulu mau tidak mau membuat Callum dan Gladys sering bertemu. Kadang kebersamaan mereka dilalui dengan pertengkaran dan salah paham. Tapi kadang mereka juga terlihat akrab bahkan saling menolong.

G : “Aku sedang flu, tidak bisa menemani Lulu Berenang.”

C : “Aku tidak keberatan menemani Lulu berenang.” (hal 78)

Kedekatan mereka semakin terasa ketik Callum  mengajak Gladys, Lulu dan Tante Herra berliburan bersama di Napoli.  Mereka menikmati keindahan Napoli. Di mulai menikmati keindahan Teluk Napoli, lalu mengunjungi Castle dell’ Ovo, Pasilipo, Amalfi Coast hingga Pompeii. Sayangnya ketika mereka pulang, masa lalu dari Callum dan Gladys sama-sama menunggu, membuat mereka mengalami dilema.

Diceritakan dengan gaya bahasa yang lugas, renyah dan gurih, membuat novel ini sangat nyaman dibaca. Penulis juga pandai membuat pembaca terus terpacu rasa penasaran hingga sampai di akhir bab. Saya rasa pemilihan sudut pandang maju mundur, sangat membantu dalam menyimpan kejutan-kejutan yang tidak terduga. Bisa dibilang banyak kejutan yang akan membuat pembaca kaget dan tidak percaya. Tapi, begitulah adanya.

Kelebihan lainnya dalam novel ini adalah tentang penggarapan setting yang sangat hidup dan tidak terasa tempelan. Narasinya yang persuasif, membuat saya seolah ingin segera bertandang ke Pompeii. Asyiknya lagi sedikit banyaka diular perihal sejarahnya jadi bisa tambah ilmu.   Napoli merupakan kota pelabuhan kuno yang kaya tradisi, sejarah dan kebudayan. Kota tertua di dunia. Arsitekturnya dipengaruhi budaya Yunani. Romawi, Spanyol dan Prancis (hal 143).   Lalu ada pula Pompeii, kota zaman Romawi kuno yang pernah terkubur selama enam belas abad, setelah letusan Gunung Venesius di tahun 79 (hal 257).

Untuk masalah kesalahan tulis, bisa saya bilang ini sangat minim sekali. Saya hanya menemukan satu kesalahan di sini.  Kagum deh sama editor dan penulis yang sangat jeli dalam menulis.  Untuk penokohan, chemistry keduanya sangat terasa hidup.  

Hanya saja agak kurang sreg pada dengan pilihan Gladys yang memutuskan membuka hijab karena dosa masa lalunya. Kenapa dia tidak berpikir dengan tetap berhijab dia malah bisa memperbaiki diri lebih baik lagi? Pasti bakal lebih seru kalau Gladys berhijab lalu bertemu Callum. J (Berimajinasi sendiri).  Tapi lepas dari kekurangannya, novel ini recomended buat dibaca.

Membaca novel ini sedikit banyak membuat kita mengetahui bagaimana cara mendidik anak yang baik.  Saya suka pesan-pesan yang diselipkan dalam novel ini.  Di antara perilah anak itu sejatinya tidak hanya butuh materi saja, namun kasih sayang dan perhatian itu juga penting.  Lalu tentang ajaran disiplin.

“Kebiasan baik itu harus diajarkan sejak kecil. Anak-anak mesti diajarkan  disiplin sedini mungkin.” (hal 85).

Tidak ketinggalan adalah bagaimana menghadapi anak dalam masalah batasan-batasan orangtua bisa melarang anak. “Larangan yang terlalu banyak justri tidak bagus. Biarkan anak melakukan hal-hal yang disukainya. Sepanjang itu tidak berbahaya.” (hal 85).

Selain itu dalam novel ini kita diajak untuk mencoba berdamai dengan masa lalu. Jangan jadikan masa lalu sebagai ketakutan dan menutup diri. tapi jadikan itu sebagai pelajara untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan terpaku dengan ucapan orang lain. 

“Kau tidak perlu memikirkan opini orang. Selalu ada kesalahan yang bisa dilihat seseorang di luar sana, meski kau tidak melakukan apa-apa.” (hal 47).

Tidak ketinggalan adalah motivasi agar kita selalu semangat, yakin dan mau berusaha. “Kerja keras akan menghasilkan buah manis di kemudian hari.” (hal 35). Recomended

Bagi yang penasaran, bisa intip dulu book trailernya dulu di sini (Book trailer) Around The World with Love batch 3, Pompeii, City of Angels, Montreal, Kyoto J


Dan bagaimana proses kreatif penulisan novel ini? Tunggu hasil wawancara yang aku lakukan dengan Mbak Indah, ya. 

Dan ini dia hasil wawancara dengan Mbak Indah bisa dilihat di Tanya Penulis


Srobyong, 11 Desember 2016 

No comments:

Post a Comment