Judul :
Love in Pompeii
Penulis :
Indah Hanaco
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, Oktober 2016
Halaman : 236 hlm
ISBN : 978-602-03-3452-3
Dalam hidup, setiap orang akan mengalami
berbagai permasalahan. Ada suka juga
duka. Kadang ada kejadian yang berkesan baik ada
pula yang sebaliknya—menyedihkan, hingga menjadi momok yang menakutan yang pada
perjalanan waktu sering dikaitkan dengan masa lalu. Padahal Masa lalu sejatinya bukan untuk
disesali atau malah ditangisi. Tapi untuk dijadikan pembelajaran—memperbaiki diri.
Jangan sampai kita terjebak pada masa lalu hingga tidak berani melangkah.
Novel ini mengangkat teman cinta
yang dipadukan dengan bayangan masa lalu yang terus menyelimti. Membuat trauma
hingga mencoba membatasi diri. Selain itu
diselipkan juga tentang sejarah sebuah kota yang pernah hilang untuk dijadikan
salah satu setting. Uniknya lagi dari novel ini, jika kebanyakan novel
sering mengisahkan percintaan para gadis canti yang kemudian bertemu pangeran
tampan, maka ini sedikit berbeda. Penulis menjadikan sosok ibu tunggal sebagai
tokoh utama.
Love in Pompeii merupakan seri Around
The World With Love batch 3. Sebelumnya pada batch 1 Indah Hanaco
menulis novel berjudul Love in Edinbrugh lalu di batch 2 Love
in Auckland. Dari judul-judulnya sudah membuat penasaran dan memikat. Bagi yang suka novel bergenre romance
dengan setting luar negeri, maka novel ini bisa dijadikan pilihan.
Berkisah tentang sosok Gladys yang
memutuskan tinggal di Hampstead, London demi menghindari dari masa lalu yang
menyakitkan—yang pada akhirnya membuat Gladys berusha menjauh dari kaum pria. Selama
di Hampstead dia tinggal bersama, putrinya Lulu dan Tante Herra (hal 4). Pada awalnya kehidupannya berjalan lancar dan
menyenangkan. Namun keadaan itu berubah
ketika muncul tetangga baru di samping rumah Gladys.
Pada suatu pagi tanpa sengaja Gladys
melihat insiden ciuman yang cukup membuatnya syok. Meski begitu dia mencoba
bersikap baik. Mengingat di sana ada kebiasaan tidak tertulis, yang
mengharuskan memberikan apple pie jika ada tetangga baru sebagai bentuk
sambutan selamat datang.
Itulah awal mulanya Gladys mengenal
Callum, seorang pembalap Formula One. Pria yang terkenal sebagai lady killer dan memiliki hobi
mengencani gadis catwalk, namun
tidak suka berkomitmen karena masih tekungkung dengan kisah masa lalu karena
ditinggal kekasihnya ketika akan menikah.
Hal yang tidak terduga adalah Lulu
langsung lengket dengan Callum—Lulu adalah anak yang memiliki kecenderungan
cepat akrab dengan orang dewasa. Sedangkan Gladys merasa harus antipati menjaga
jarak. Sayangnya usaha yang Gladys lakukan
gagal total. Lulu semakin hari semakin dekat dengan Callum. Gadis kecil itu
sering menghabiskan waktu berenang di rumah Callum. Mereka juga cepat akrab.
Callum terlihat sangat menyayangi Lulu.
Keberadaan Lulu mau tidak mau
membuat Callum dan Gladys sering bertemu. Kadang kebersamaan mereka dilalui
dengan pertengkaran dan salah paham. Tapi kadang mereka juga terlihat akrab bahkan
saling menolong.
G : “Aku sedang flu, tidak bisa menemani
Lulu Berenang.”
C : “Aku tidak keberatan menemani Lulu
berenang.” (hal 78)
Kedekatan mereka semakin terasa
ketik Callum mengajak Gladys, Lulu dan
Tante Herra berliburan bersama di Napoli. Mereka menikmati keindahan Napoli. Di mulai
menikmati keindahan Teluk Napoli, lalu mengunjungi Castle dell’ Ovo, Pasilipo,
Amalfi Coast hingga Pompeii. Sayangnya ketika mereka pulang, masa lalu dari
Callum dan Gladys sama-sama menunggu, membuat mereka mengalami dilema.
Diceritakan dengan gaya bahasa yang lugas,
renyah dan gurih, membuat novel ini sangat nyaman dibaca. Penulis juga pandai
membuat pembaca terus terpacu rasa penasaran hingga sampai di akhir bab. Saya
rasa pemilihan sudut pandang maju mundur, sangat membantu dalam menyimpan
kejutan-kejutan yang tidak terduga. Bisa dibilang banyak kejutan yang akan
membuat pembaca kaget dan tidak percaya. Tapi, begitulah adanya.
Kelebihan lainnya dalam novel ini
adalah tentang penggarapan setting yang sangat hidup dan tidak terasa tempelan.
Narasinya yang persuasif, membuat saya seolah ingin segera bertandang ke
Pompeii. Asyiknya lagi sedikit banyaka
diular perihal sejarahnya jadi bisa tambah ilmu. Napoli
merupakan kota pelabuhan kuno yang kaya tradisi, sejarah dan kebudayan. Kota tertua
di dunia. Arsitekturnya dipengaruhi budaya Yunani. Romawi, Spanyol dan Prancis
(hal 143). Lalu ada pula Pompeii, kota
zaman Romawi kuno yang pernah terkubur selama enam belas abad, setelah letusan
Gunung Venesius di tahun 79 (hal 257).
Untuk masalah kesalahan tulis, bisa
saya bilang ini sangat minim sekali. Saya hanya menemukan satu kesalahan di
sini. Kagum deh sama editor dan
penulis yang sangat jeli dalam menulis. Untuk
penokohan, chemistry keduanya sangat terasa hidup.
Hanya saja agak kurang sreg pada
dengan pilihan Gladys yang memutuskan membuka hijab karena dosa masa lalunya.
Kenapa dia tidak berpikir dengan tetap berhijab dia malah bisa memperbaiki diri
lebih baik lagi? Pasti bakal lebih seru kalau Gladys berhijab lalu bertemu
Callum. J
(Berimajinasi sendiri). Tapi lepas dari
kekurangannya, novel ini recomended buat dibaca.
Membaca novel ini sedikit banyak
membuat kita mengetahui bagaimana cara mendidik anak yang baik. Saya suka pesan-pesan yang diselipkan dalam
novel ini. Di antara perilah anak itu
sejatinya tidak hanya butuh materi saja, namun kasih sayang dan perhatian itu
juga penting. Lalu tentang ajaran
disiplin.
“Kebiasan baik itu harus diajarkan
sejak kecil. Anak-anak mesti diajarkan
disiplin sedini mungkin.” (hal 85).
Tidak ketinggalan adalah bagaimana
menghadapi anak dalam masalah batasan-batasan orangtua bisa melarang anak. “Larangan
yang terlalu banyak justri tidak bagus. Biarkan anak melakukan hal-hal yang
disukainya. Sepanjang itu tidak berbahaya.” (hal 85).
Selain itu dalam novel ini kita
diajak untuk mencoba berdamai dengan masa lalu. Jangan jadikan masa lalu
sebagai ketakutan dan menutup diri. tapi jadikan itu sebagai pelajara untuk
menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan terpaku dengan ucapan orang lain.
“Kau tidak perlu memikirkan opini
orang. Selalu ada kesalahan yang bisa dilihat seseorang di luar sana, meski kau
tidak melakukan apa-apa.” (hal 47).
Tidak ketinggalan adalah motivasi
agar kita selalu semangat, yakin dan mau berusaha. “Kerja keras akan
menghasilkan buah manis di kemudian hari.” (hal 35). Recomended
Bagi yang penasaran, bisa intip dulu
book trailernya dulu di sini (Book trailer) Around The World with Love batch 3, Pompeii, City of Angels, Montreal, Kyoto J
Dan bagaimana proses kreatif
penulisan novel ini? Tunggu hasil wawancara yang aku lakukan dengan Mbak Indah,
ya.
Dan ini dia hasil wawancara dengan Mbak Indah bisa dilihat di Tanya Penulis
Dan ini dia hasil wawancara dengan Mbak Indah bisa dilihat di Tanya Penulis
Srobyong, 11 Desember 2016
No comments:
Post a Comment