Wednesday, 14 December 2016

Memeluk Kehilangan dengan Sabar

#tantangannulis #BlueValley

Kehilangan adalah anugerah terindah. Tentang makna kebaikan di balik kesedihan yang pernah tertorehkan. Mengajarkan arti sabar, ikhlas dan tawakal kepada-Nya. Meski saya tahu rasanya menelan pil pahit bernama kehilangan itu sangat sakit dan perih. Tapi kehilangan juga tidak harus menjebak diri, untuk terus terpaku dan menyesali.  Tapi seyogyanya kehilangan harus kita peluk agar bisa segera berdamai dengan diri sendiri.  Karena kehilangan merupakan jalan lain bagi kita untuk berintropeksi, pendewasaan diri dan lebih dekat pada Ilahi.

Karena tanpa kehilangan, saya tidak akan tahu rasanya sakit dan kembali berjuang. 

~*~

            Saya pernah merasakan kehilangan yang membuat saya ingin berteriak dan memaki.  Merasakan sakit yang kadang membuat saya  merasa lelah dan ingin berlali jauh tuk melenyapkan rasa yang menjajah diri.  Namun saya sadar, kata melarikan diri  bukanlah jalan yang terbaik. Namun menerima dan memeluk kenyataan yang berada di depan mata adalah jalan yang terbaik.

            Di akhir masa Aliyah, ketika teman-teman berdiskusi membicarakan akan melanjutkan jenjang sekolah yang lebih tinggi—universitas. Maka saya hanya bisa menggigit jari. Saya sadar bagaimana kondisi perekonomian orangtua saya. Dan untuk pertama kalinya saya merasa sakit hati kerena harus kehilangan kesepatan untuk mengais ilmu. 

Saya  pun segera bertindak, mencoba mencari cara agar bisa tetap bisa sekolah dan terpilih-lah jalur depag yang diadakan sekolah. Karena saya tidak ingin terlarut dalam kesedihan yang pada akhinya hanya akan membuat saya semakin sengsara. Namun ternyata jalur itu belum menjadi jalan bagi saya untuk mewujudkan impian saya melanjutkan sekolah. Saya kembali kehilangan kesempatan untuk kedua kalinya.

            Namun saya tidak menyerah. Kehilangan itu menempa saya menjadi pribadi yang kuat mental untuk terus melangkah. Saya pun mencoba peruntungan lain dengan beasiswa melalui seleksi nilai rapor. Tapi lagi-lagi saya harus menelan pil  bernama kegagalan. Di sinilah fase terberat yang harus saya terima dengan lapang.  

            Untuk melepaskan beban sakit hati,  saya menguraikannya dengan menulis berlembar-lembar puisi dan mulai menyusun rencana untuk melanjutkan hidup—saya mendalami ilmu baca Al-Quran untuk tes syahadah guru dan mulai bekerja—mungkin masih ada kesempatan bagi saya untuk menaklukkan keadaan yang tengah menghimpit saya.  Begitulah ...,  bagi saya yang haus ilmu, kehilangan kesempatan untuk belajar ada kepedihan yang teramat dalam.    

            Tapi saya berusaha ikhlas menerima semua itu. Toh, marah tidak akan membuat saya bisa sekolah. Jadi lebih baik saya melakukan hal lain yang lebih berguna, mungkin suatu saat saya bisa mengejar ketetinggalan saya. Yah, saya selalu mengisi pikiran saya dengan pikiran yang positif. Karena hidup akan lebih indah jika diisi dengan pikiran yang bahagia.

~*~

          Kehilangan lain yang tak kalah memilukan adalah  ketika saya harus harus berpisah dari orang-orang yang saya sayangi.

Kehilangan pertama yang membuat saya terpukul dan sedih adalah, kepergian kakak sepupu saya karena tumor. Padahal baru sejenak kami menapaki hari yang menyenangkan bersama. Dia berjanji akan mengajari saya menggambar. 

Kehilangan kedua adalah kepergian kakek yang memberi hawa sejuk dalam kalbu. Belum banyak ilmu yang bisa saya ikat, namun beliau sudah lebih dulu berpulang. 

Kehilangan ketiga adalah kepergian adik sepupu yang begitu mendadak. Bagaimana tidak? Dia dipanggil di hari nan fitri.  Kaget dan tidak percaya dan kemacuk rasa menyesup dalam dada.  Kala itu saya dan keluarga besar tengah berkumpul di salah satu rumah saudara untuk acara halal bi halal selain itu  juga mengabarkan kabar gembira tentang kakak saya yang akan segera melepas masa lajang.

            Namun sebuah kabar yang entah dari mana asalnya memporak-porandakan suasana itu.  

           Yah, saya pikir itu berita salah. Tapi ternyata itu benar adanya.  Saya mendapat kabar perihal kepergian adik sepupu saya yang tengah merantau di luar Jawa. Saya hanya bisa terdiam menggigit bibir menahan tangis yang siap keluar.  Dan rasa ini semakin teriris melihat bulek, ibu adik sepupu saya yang pingsan berkali-kali mendengar berita yang tak terduga ini.

            Karena dari cerita yang saya dengar, adik sepupu saya itu masih sempat menelepon di pagi hari dan nampak baik-baik saja, dan berencana pulang di lebaran tahun depan. Namun siapa sangka beberapa jam setelahnya dia telah berpulang, bukan ke rumah, tapi langsung ke rumah Tuhan.

            Tapi saya dan keluarga menyadari, berlarut dalam kesedihan bukanlah jalan terbaik yang harus kami lakukan. Yah, kami semua berusaha ikhlas melepasnya. Dia mungkin yang terpilih. Dia pergi karena Allah menyayanginya.

Kehilangan itu mengajarkan banyak hal yang bisa saya genggam.  Bahwa manusia sudah pasti akan berpulang tanpa diketahui kapan dan di mana waktunya. Itulah kenapa kita dianjurkan untuk selalu memperbiki diri dan menyiapkan bekal. Dan di sini saya belajar arti ikhlas melepas dan sabar dalam segala bentuk cobaan yang ada. Karena selalu ada hikmah di balik cobaan.

Kehilangan itu sudah menjadi suratan. Asal tahu saja, kehilangan miliki banyak hikmah. Kehilangan selain sebagai cobaan, juga menjadi pengingat. Mengajarkan untuk selalu berpikir positif, mengajarkan agar selalu tawakal, dekat pada Allah. 

Jadi wajar juga jika saya bilang kehilangan adalah anugerah. Karena dari kehilangan saya bisa belajar untuk terus memperbaiki diri, mendekat pada-Nya.

Kehilangan itu luka manis. Karena selalu tersimpan hikmah di balik luka yang menganga. Karena kehilangan bukan akhir dari segalanya, tapi awal untuk berpetualang lebih baik lagi dan lagi.

            Kehilangan memang menyakitkan dan terasa pahit. Namun dalam setiap kepahitan pasti ada kebaikan yang menjadi pengingat akan keagungan Tuhan. Bahwa manudia pasti akan berpulang. 

Srobyong, 14 Desember 2016
           

“Tulisan ini dibuat untuk memenuhi #tantangannulis #BlueValley bersama Jia Effendie.”




No comments:

Post a Comment