Dimuat di Koran Duta Masyarakat, Minggu 18 Desember 2016
Judul
: Pulang
Penulis
: Tere Liye
Penerbit
: Republika Penerbit
cetakan
: 1, September 2015
Halaman :
iv+ 400 halaman
ISBN
: 978-602-082-212-9
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama,
Jepara.
Pulang memiliki berbagai makna
dilihat dari konteksnya. Ada kalanya
pulang berarti kembali ke sisi Tuhan. Bisa juga berarti pulang kembali pada
jalan yang benar. Atau bermakna pulang—kembali ke rumah, tempat asal. Pada
waktunya, semua orang akan pulang pada tempatnya masing-masing. Itulah
hakikatnya. Begitu pula dengan Bujang atau lebih dikenal sebagai si Babi Hutan.
Dia harus pulang ketika waktu yang ditentukan telah datang.
Sebuah novel yang memikat dengan
gaya bahasa yang renyah. Mengisahkan
tentang Bujang yang pada satuan waktu harus meninggalkan Talang, Sumatra dan
ikut ke kota bersama Tauke Muda.
Tepatnya dia diadopsi oleh keluarga Tong. Salah satu keluarga besar dunia hitam.
Keputusan ini sejatinya sangat
ditentang oleh Midah, Mamak Bujang. Bagaimanapun dia tahu pekerjaan apa yang
dilakukan Tauke Muda di kota. Dia khawatir
akan jadi apa putrnya itu nanti. Namun, suaminya terus berusa mendesak
Midah. Karena dulunya dia pernah membuat sebuah janji dengan Taukde Muda. Merasa
tidak ada pilihan, Midah hanya bisa berpesan pada Bujang.
“Pergilah, anakku. Temukan masa
depanmu. Sungguh, besok lusa kau akan pulang. Jika tidak ke pangkuan Mamak, kau
akan pulang pada hakikat sejati yang ada dalam dirimu. Dan apa pun yang akan
kau lakukan di sana, berjanjilah kau tidak akan makan daging babi dan anjing,
juga menyentuh tuak. Jagalah perutmu dari makanan haram.” (hal 24).
Selama ikut Tauke Muda, Bujang
diberikan pendidikan yang paling baik. Ini sangat tidak terduga sebagaimana
persepsi Bujang yang mengira dia akan dijadikan tukang jagal. Keputusan itu sempat membuat Bujang ingin
menolak. Namun Tauke
menasihatinya, “Masa depan
Keluarga Tong bukan di tangan orang-orang yang pandai berkelahi. Masa depan
keluarga ini ada di tangan orang yang pintar.” (hal. 55).
Selain bersekolah, ternyata Bujang juga
dibekali berbagai ilmu bela diri, menembak bahkan tehnik ninja seperti,
menggunakan shuriken yang telah dimodifikasi sesuai zaman
saat ini. Hal inilah yang kemudian membuat Bujang berbeda dan mendapat julukan
si Babi Hutan. Dia sangat pintar dalam menjalankan bisnis hitam, bersiasat juga
perkelahian.
Perlahan
kekuasaan keluarga Tong semakin kuat. Namun sebuah pengkhianatan dari dalam
meluluh lantakkan kejayan keluarga Tong. Belum lagi ditambah rong-rongan
keluarga Lin yang sejak awal tidak suka dengan keluarga Tong. Pertikaian pun
tidak dapat dihindari. Banyak hal yang
harus dia relakan dari kejadian ini
Bujang
sangat kekecewaan dan sedih. Namun dia menyadari
bahwa memang beginilah hidup. Seperti yang terjadi dengan bapaknya. Hidup ini adalah perjalanan panjang
dan tidak selalu mulus yang diperlukan adalah kesabaran (hal262). Dari
kejadian itu, Bujang dipertemukan dengan pamannya—Tuanku Imam. Pertemuan itu
mengingatkan padanya untuk pulang ke tempat asalnya, setelah mengetahui sejarah
hidup kedua orangtuanya. Ada dua makna
pulang yang dipilih Bujang. Kembali pada pelukan kedua orangtuanya juga memulai
hidup baru pada jalan yang telah lama ditinggalkan.
Novel
ini memiliki tema unik namun tetap sarat makna. Sebuah novel yang menceritakan
sindikat keluarga yang berkecimpung di dunia hitam. Tapi tetap mengajarkan
nila-nilai kehidupan. Bahwa setiap orang selalu punya masalah
masing-masing—tidak ada yang sempurna. Novel ini juga menyadarkan akan
pentingnya sebuah pendidikan.
Selain
itu ada juga sisi religi yang bisa ditangkap dalam novel ini. Bahwa menjauhi
makan dan minum yang haram bisa memanggil jiwa yang masih terjaga jiwanya,
meskipun sudah banyak kejahatan yang dilakukan. Lalu mengajarkan tentang kesabaran. Bersabarlah, maka gunung-gunung
akan luruh dengan sendirinya, lautan akan kering. Biarlah waktu menghabisi
semuanya (hal 288).
Dan
ada pula sebuah nasihat yang mengingatkan bahwa jikalau setiap orang punya masa
lalu, manusia tetap bisa berubah. (hal. 341).
Srobyong,
22 November 2016
Wah saya belum punya buku yg ini, secepatnya harus beli hehe
ReplyDeleteMonggo Mbak, langsung diburu. Dari beberapa buku Tere Liye, saya paling suka sama yang ini :)
DeleteSudah pernah baca buku ini. Emm, seru bukunya, bahkan ada bagian yang membahas shadow economic (bener nggak tulisannya :) )
ReplyDeleteTapi, saya tetap memfavoritkan yang judulnya Daun.. bla..bla... hehehe
Iya, Mas. Memang seru. Baca ini serasa nonton film perang gitu. :) Salah satu genre kesukaan juga. :)
DeleteAh yang Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, novel ini juga bagus, beda genre, punya kekuatan masing-masing. Tapi nyesek sama endingnya :( Aduh kok gitu sih, kenapa harus gitu coba? hhhh
Jadi, sebenarnya Tauke itu berniat baik etapi berguna dalam hal utk dunia hitam yah mbak.
ReplyDeletePaling nggak, bisa tau spoiler buku ini, mengingat aku udah order buku ini, tpi blum2 dikirim2 -_-
Ya, Tauke sangat menyayangi Bujang, dia ingin yang terbaik buat Bujang sehingga dia dibekali berbagai pengetahuan, agar nantinya bisa melanjutkan pekerjaan mereka.
ReplyDeleteSemoga dang segera dikirim ya, ^_^