Saturday 31 January 2015

[Cerpen Horor] Hitam Legam


Judul : Hitam Legam

Genre : Horor

Oleh : Kazuhana El Ratna Mida
Aku pernah mendengarnya dari para warga. Rumah itu penuh misteri dan ada penunggunya. Maklumlah rumah itu dibagun dekat pohon bambu yang katanya, sebagai rumah hantu. Lagi pula rumah itu memang kosong karena pemilik rumah ke luar kota. Jadi potensi untuk angker semakin sempurna. Belum lagi dua kuburan keluarga yang berpepetan di kebun belakang.
~*~

Bulukuduku merinding setiap kali melewati rumah itu. Ada ketakutan yang menyergap hingga peluh bercucuran membasahi tubuh. Seperti saat ini ketika aku harus pulang malam dan melewati rumah itu sendiri.
Dinda--teman yang biasanya bareng denganku sakit hingga tak ikut rapat IPPNU--Ikatan Putri Putri Nahdatul Ulama tadi.

Entah kenapa rapat yang biasanya dilakukan pagi hari diganti malam ini.

Parahnya yang aku dengar, sakit yang diderita Dinda itu karena kesambet hantu penunggu rumah itu. Aku jadi takut.

Segera aku mempercepat langkah. Tak maulah aku bertemu para demit yang bentuknya bermacam-macam."Ich, ngeri."

Kulirik jam yang melingkar di tangan kiri. Sudah jam sepuluh lebih sepuluh menit aku harus cepat.
Malam hari yang bertepatan dengan malam jumat adalah waktunya para setan ke luar. Beberapa fakta pernah terjadi di daerahku.


Seorang warga pernah melihat sosok hitam legam yang ikut berpatroli--ronda di malam hari.

Pug!

Aku merasakan seseorang menepuk pundakku. Seketika wajahku pias karena ketakutan. Aku tak berani menoleh dan terus mengucap doa.

"Ya Allah jauhkan aku dari pada setan." Aku merapalkan dua tangan.

"Hoi, Na! Ini aku Bella."

"Kya, Bella, kenapa tak bilang dari tadi! Aku ketakutan tahu!" Marahku.

Bella hanya nyengir kuda. Dia adalah temanku sekolah tapi tak begitu aktif organisasi.

Beruntung aku bertemu dia. Paling tidak dia bisa mejadi teman seperjalanan yang bisa mengurangi ketakutanku. Ya, walau aku tak tahu alasan dia pulang hingga malam, dan masih dengan memakai seragam sekolah.

~*~

"Tumben sendirian, biasanya berdua dengan Dinda," ucap Bella heran.

"Dia sakit, Bel. Sejak malam kemarin. Katanya dirasuki jin gitu," aku bercerita.

"Aku kok tidak tahu ya? Padahal kita satu kompleks." Kulihat Bella menggaruk kepalanya.

"Kan memang tak diumumkan Bell. Hanya kerabat dan tetangga terdekat yang tahu," aku menjelaskan.

"Pantesan tadi kamu ketakutan. Tenang, ada aku pasti tidak ketemu hantu, hehehe." Bella tertawa tak berdosa.

Setelah belokan ke kiri kami sampai di depan rumah itu. Rumah dengan model jawa klasik yang kini terlihat suram dan angker.

Kuajak Bella berjalan cepat, tapi dia msih saja santai.

"Ayo, Bel! Cepat!" Kutarik tangannya dengan segera.

Sekelebat bayang hitam tiba-tiba tertangkap dalam netra.

Glek!

Aku menelan ludah. Apa itu? Jangan-jangan penampakan genderuwo yang sering orang-orang bilang.
Para tetangga yang kebetulan dekat rumah itu sering melihat penampakan hantu penunggu rumah.

Lalu bau tak sedap seperi bau kambing menusuk hidungku. Prengus sekali.
"Na, kenapa tiba-tiba wajahmu memucat?" tanya Bella.

"Tadi ada makhluk hitam pekat yang lewat," aku menjelaskan.

"Ah, Kau salah lihat mungkin," timpal Bella santai.

Aku pun mengiyakan. Mungkin memang salah lihat karena ketakutan yang luar biasa.

Kuajak Bella untuk lebih cepat lagi karena malam semakin larut. Takutnya nanti terjadi hal-hal aneh yang menyapa.

Sambil berjalan kulirik pohon bambu yang terlihat jelas dari jalanan. Tak apa-apa tapi kenapa bulu romaku berdiri semua? Kata orang-orang jika itu terjadi maka biasanya sedang diikuti setan.

Aku semakin paranoid. Semilir angin makin membuat bergidik ngeri. Pohon bambu itu seperti berjalan mengikuti.

Ah, salahku kenapa tak kusuruh menjemput ayah atau abangku. Kupikir rapat bisa selesai lebih cepat. Sungguh aku menyesal sekarang.

Ya Allah semoga aku selamat dari hal-hal yang tak aku inginkan. Doaku dalam hati.

"Aaaaa ...!"aku berteriak dan langsung berlari dengan kencang.

Sosok hitam legam yang biasa kusebut genderuwo ada di depan mata.


Tubuhnya tinggi dengan rambut hitam panjang menjuntai.

Aku melupakan bahwa tadi berjalan beriringan dengan Bella.

"Wah bagaimana dengan Bella?" Aku bicara sendiri.

Napasku masih tersengal-sengal ketika akhirnya tiba di rumahku sendiri.

"Na, kenapa kamu pucat pasi?"

Kutatap Bella yang sudah ada di depanku.

"Bel, sejak kapan kamu berada di sini?" tanyaku bingung.

"Untunglah kamu selamat," ucapku penuh syukur. Dia hanya tersenyum.


"Mampir dulu yuk! Atau menginap saja di rumaku," aku menawari.

Maklum rumah Bella masih melewati beberapa rumah di sini. Dia menggeleng dan berlalu pergi.

"Lho, sudah pulang. Baru mau aku jemput," Bang Ihsan muncul dari balik pintu.

"Telat Bang. Aku pulang dengan penuh perjuangan," ceritaku.

"Maaf, tapi sepertinya kamu ada teman pulang tadi. Aku mendengar percakapan dua orang mesti tak begitu jelas. Sama siapa tadi?"

"Sama Bella, Bang. Untung aku ketemu dia di jalan," ucapku dengan senyum mengembang.

"Eh, bukannya Bella kecelakaan bakda magrib saat kamu rapat?"

"Lalu siapa yang bersamaku, Bang?" tanyaku dengan gemetar.

"Itu hantu wanita penjaga rumah itu, Mbak."

Adikku yang memang seorang indigo muncul dan menunjukkan sosok itu padaku.

Aku terkesiap melihat wanita berbaju merah menatapku dengan tersenyum dan melambai.
Tubuhku langsung lemas seketika.



---The End---

Srobyong, Januari 2015

No comments:

Post a Comment