Saturday 10 January 2015

[Cerpen] THE WAY I LOVE U


THE WAY I LOVE U



Kazuhana El Ratna Mida

            Tidak pernah terbesit dalam benak Fitra, ketika pada awal memasuki perkuliahan. Saat itu yang dia pikirkan hanyalah bagaiman, bisa menimba ilmu dan meraih impian. Namun detik pertama itu juga dia harus melihat seseorang, yang pada akhirnya menjadi sebuah cerita yang hanya mampu dia simpan dalam dada.

            Fitra melangkah, memasuki ruang di mana dia harus mengikuti ujian tertulis sebagai syarat memasuki sebuah Universitas di daerahnya, setelah itu dia berpindah ruangan untuk mengikuti ujian lisan yang juga dilaksanakan saat itu juga. Fitra sedikit takut dan merasa was-was jika tidak bisa dalam ujian itu. Tapi terus terus menyemangati diri sendiri, agar tidak menyerah di pertengahan jalan yang telah  dilalui.

            Semangat Fitra. Teriaknya dalam hati.

            Di tempat inilah sebuah cerita itu di mulai, dia yang memliki wawasan yang luas yang tidak  dimiliki Fitra. Dia orang pertama yang Fitra temui dalam ujian itu. Karena jujur saja Fitra bukan orang yang mudah bergaul, dia lebih memilih diam dan mengawasi.

Sosok itu bisa dengan mudah menjawab semua pertanyaan yang diberikan penguji, tidak seperti dirinya, yang terpatah-patah karena ada rasa was-was yang menguasai asa. Fitra diam-diam sudah mulai simpati. Namun Fitra mencoba menepisnya, berpikir bahwa ini hanya sebuah rasa kagum karena ilmu yang dimilikinya.

Pertemuan  itu pun berlanjut karena mereka sama-sama diterima di kampus, dan lagi berada dalam satu kelas. Tapi Fitra hanya bisa diam.

            Dalam diam itu Fitra hanya bisa menatap jauh, ketika melihat cowok itu adaa dalam ruang yang sama. Ya, Fitra hanya bisa memerhatikan saja. Menatap dia yang asyik bersenda gurau dengan teman-teman lainnya. Melihat senyumnya  yang hanya sepintas pun membuat Fitra lega. Ya, Fitra tidak bisa melakukan apapun kecuali hanya bisa menatap jauh dan menyematkan doa untuk dia.

            Fitra hanya bisa mengagumi dalam diam, menikmati senyumnya dari jauh tanpa dia tahu. Dia bahkan tidak tahu bahwa mendengar suaranya saja cukup membuat Fitra senang. Hanya ini yang bisa Fitra lakukan. Dia tidak berani berharap lebih kecuali karena kuasaNya.

            Seperti ketika Fitra selalu berkesempatan satu kelompok dengan dia, itu membuatnya bisa lebih banyak waktu untuk saling diskusi. Tapi, Fitra tetap tak bisa apa-apa dan masih dengan diamnya.

            Ya, Fitra menikmati cara yang  dipilihnya, meski sakit dan kadang menyusahkan hati. Bagaimanapun juga, rasa itu tetap menghampiri. Dan Fitra hanya bisa menatap jauh dia yang tak pernah tahu rasa yang bersarang di hati.

            Fitra berjuang sendiri menata hati ini. merajut rasa ini agar tidak terkungkung dari rasa yang menggebu. Meski dia bilang mampu dan akan berusaha menyukai dalam diam, kadang dia juga tidak bisa mengelola rasa. Ada kalanya Fitra lelah dan ingin membuka tabir yang ada. Tapi, dia sadar diri, siapalah dirinnya? Fitra merasa tidak pantas bersamanya, mungkin inilah cara terbaik yang bisa dilakukannya dalam mengagumi.

            “Salahkah aku jika rasa ini menyapaku? Menjadikanku pengagum rahasiamu.” Fitra berucap lirih. Mencoba mencari jawaban dari keresahan yang mendera.

            Hanya cara inilah yang bisa dia lakukan. Takutnya  jika Fitra  jujur akan rasa ini, dia malah akan pergi.  Fitra memilih menyukai dengan caranya. Dengan diam dan membiarkan rasa itu berada di dalam hati yang tidak diketahui orang lain.

Fitra memilih mencintai dalam diam, karena dalam diam Fitra berdoa jika dia baik untukku semoga Allah menemukan satu titik itu dalam ikatan suci yang diridloi ,namun jika dia tidak baik untuknya, dia berharap bisa ikhlas dan mendoakannya untuk mendapatkan pengganti yang lebih baik. Karena Allah adalah sutradara terbaik di dunia, dan Fitra percaya akan pilihanNya.

            “Inilah caraku mencintaimu, ya, mencintaimu dalam diam.”

            “Diam bukan berarti tidak peduli, karena dengan diam aku menjaga hatiku dan hatimu agar tidak menduakan cinta Allah, mencoba menjaga hati untuk seseorang yang nantinya benar-benar halal, yang patut di cintai sebagai imam diri ini,” ucap  Fitra.

            “Diam adalah caraku mencintaimu agar aku tidak terlalu berharap padamu, karena sebuah harapan hanya aku gantungkan pada Sang Kuasa. Diam adalah caraku mencintaimu agar rasa ini tidak menjadi candu yang membawa pada kubangan nafsu yang menjatuhkan. Diam adalah caraku mencintaimu, agar aku dan kamu tidak terjerat akan godaan syaitan.”

            Fitra menengadah curhat akan rasa yang dimiliki pada Sang Penguasa. Menitipkan segala rasa yang menggelayutinya. Ya, biarlah Allah yang nantinya memutuskan segala rasa ini.

Fitra menutup diary-nya, menyimpan dalam tumpukan coretan yang dia buat,  tak tahu kapan orang itu akan rasa yang disimpan slalu.

“Untukmu yang selalau ada dihatiku,” lirih Fitra.


Srobyong, 1 Januari 2015.


Posting sebelum tidur, ^_^

Mencoba nulis cerita  Narasi yang dominan tapi gagal, hehhh

No comments:

Post a Comment