Saturday 3 January 2015

[Cerpen] Menggapai Bintang

Judul : Menggapai Bintang
Oleh : Kazuhana El Ratna Mida/Ratna Hana Matsura

Cika sedang senang saat ini. Pasalnya sekarang dia sedang dekat dengan Bintang. Dia cowok paling popular di seantaro SMA Budi Utama ini. Semua bermula dari ketidak sengajaan yang membuat mereka bertemu dan menjadi akrab seperti sekarang ini.

Hari jumaat lalu ketika Cika dan Yasmin—kakaknya sedang asik memilih novel dan manga terbaru, dia bertemu dengan Bintang kakak kelasnya di sekolahnya itu. Siapa sangka mereka ternyata memilki hobi yang sama yaitu doyan membaca manga. Jadi sejak hari itu, mereka berikrar menjadi teman. Cika senang bukan kepalang. Bagaimana tidak, dulu untuk berbicara dengan Bintang saja rasanya sulit. Dia selalu beriringan dengan teman-temannya yang super duper elit. Cika tahu diri, siapa dirinya yang hanya seorang siswa di Budi Utama karena beasiswa. Jadi dia sedikit minder jika berteman dengan para elit pemilik yayasan ini. Meski Cika tahu dia bukan orang sombong yang membanggakan harta orang tuanya.

“Senang bertemu denganmu Cik, lain kali kita mengobrol lagi.” Bintang berlalu meninggalkan Cika yang masih terbengong itu. Bintang cowok yang selalu dia idolakan. Ini seperti mimpi.

Dengan perasaan berbunga-bunga Cika pulang. Dia sudah tidak sabar menuangkan segala rasa yang ada di dada pada buku diarynya tercinta. Yasmin hanya tersenyum melihat tingkah adiknya.

Dear Diary, Aku senang sekali hari ini bisa bertemu dengan Kak Bintang. Cowok yang selalu aku banggakan. Yang selalu membuat jantung berdetak dikala melihat senyumnya yang menawan. (Jumat, 28 Agustus 2014)

~*~
Sekolah geger ketika melihat Cika datang ke sekolah bareng dengan Bintang. Semua mata tertuju padanya. Dia sekarang bak cinderela.

“Kenapa Cika bisa bareng Bintang?” kasak-kusuk itu terus terngiang.

“Paling Bintang kasihan jadi diajak sekalian,” salah satu siswa menebak asal.

Padahal kenyataanya adalah Bintang hari ini memang sengaja menjemput Cika untuk diajak sekolah bersama.

Di kelas Cika langsung di serbu teman-temannya. Semua menodong ingin mendengar cerita dari Cika. Untunglah bel masuk kelas berbunyi, jadi dia selamat dari teman-temannya yang masih ingin mengorek informasi.

“Cik, aku penasaran deh,” ucap Mita teman sebangku Cika dan juga sahabatnya.

“Nanti aku ceritakan.” Cika berjanji pada sahabatnya itu.

Namun, belum sempat Cika untuk bercerita pada Mita di waktu istirahat, Bintang muncul dan memanggil Cika.

“Cik, ke kantin yuk.” Tanpa menunggu persetujuan Cika, Bintang langsung meraih tangan Cika untuk diajak ke kantin.

Sekarang semua cewek semakin cemburu dengan Cika. Bintang selalu membuat sensasi dengan siapa pun yang ada di dekatnya.

“Wah, aku jadi terkenal gara-gara dekat dengan Kak Bintang,” ucap Cika jujur.

“Benarkah? Bukankah dulu kamu memang sudah terkenal?” Bintang menatap Cika.

“Terkenal apa Kak? Ngaco deh, Kak Bintang tuh yang terkenal. Jago basket banyak penggemar pintar di pelajaran pula,” Cika menjelaskan semuanya.

“Hahha, masak sih? Kok aku nggak merasa ya?” Bintang cuek.

“Aku pikir kamu terkenal Cik, dengan segala prestasi belajar dan kompetensi yang kau ikuti, kau juga selalu mempersembahkan juara untuk sekolah. Kau sudah pintar sejak dari SMP kan, hingga kau bisa mendapat beasiswa di sini untuk melanjutkan SMA,” ucapan Bintang mengangetkan Cika. Dari mana dia tahu semua prestasinya.

“Lho Kak Bintang kok tahu,” Cika bingung.

“Ada deh, pokoknya aku salut sama kamu, coba aku ini satu kelas dengan kamu, pasti aku kalah telak tidak bisa mengalahkanmu.” Bintang terkekeh. Cika hanya tersipu malu.

“Wah, ini ya yang namanya Cika.” Tiba-tiba, teman-temannya Bintang ikut bergabung dengan meja mereka.

“Manis juga.” Mereka tertawa renyah. Membuat Cika sedikit salah tingkah.

“Tidak usah dipikirkan Cik, mereka memang seperti itu. Suka sekali iseng,” Bintang menjelaskan.

Semakin hari, Cika dan Bintang semakin dekat. Mereka selalu berangkat bersama dan pulang bareng dari sekolah. Cika juga selalu meluangkan waktu untuk menunggu Bintang yang latihan basket di setiap ada jadwalnya.

Mereka sudah seperti lem dan perangko yang tidak terpisahkan.

“Hari ini, kita mau ke mana nih?” Bintang bertanya lembut pada Cika yang ada di sampingnya.

“Ke mana ya?” Cika nampak berpikir, dia memandang langit seolah meminta jawaban.

Tapi, sebelum Cika menentukan pilihan, Bintang malah sudah membawa Cika ke café shop langganan mereka.

Bintang memesankan menu kesukaan Cik yang sudah dia hafal di luar kepala. Cika semakin kagum dengan cowok di depannya. Cowok yang selalu perhatian dan memanjakannya. Entah sampai kapan jalinan pertemanan itu bertahan. Cika tidak tahu.

Jujur, sebenarnya Cika memiliki rasa lebih dari sekedar teman pada Bintang. Namun, dia belum berani bilang pad Bintang. Dia malu. Apakah Bintang juga memiliki rasa yang sama terhadapnya? Entahlah Cika tidak tahu. Dia berharap kisah mereka bisa terus beradu.

Cika merebahkan tubuhnya di kasur kesayanganya. Di carinya buku diary yang selalu menemaninya. Dia membolak-balik membaca kembali setiap cerita yang dia tuangkan saat kedekatan dengan Bintang semakin mesrah.

Dear Diary, Kamu tahu ngak, aku semakin cinta mati dengan Kak Bintang. Aku ingin dia menjadi milikku seutuhnya. Apa itu mungkin diary? Aku selalu ingin di dekatnya.

Diary, kenapa ya dia selama ini baik sekali padaku, selalu memerhatikanku dengan berlebih. Apa dia juga menyukaiku? Diary ayo ngomong jangan diam saja dong, jawab aku? (Sabtu, 13 September 2014)

Cika memeluk bukunya erat, menentramkan rasa yang kini menggerogotinya karena memikirkan Bintang yang selalu dalam benaknya. Senyumnya, kebaikannya. Sikap lembutnya, semua membuat Cika makin mabuk kepayang.

Sebagian orang menganggap mereka pacaran. Kalau pun iya Cika sangat senang. Tapi, pada kenyataannya mereka itu teman yang terlihat mesrah. Bintang tidak pernah mengatakan rasa suka pada Cika.

Cika sampai gemas dibuatnya. Dia juga ingin tahu alasan Bintang yang selalu memanjakannya,kenapa Bintang selalu berusaha membuat dia senang.
Minggu pagi, Bintang sudah di depan rumah. Cika yang masih kucel kaget dengan kedatangannya.

“Kak Bintang pagi-pagi udah ke sini? Kangen Cika ya?” ucap Cika tersenyum.

Bukannya menjawab Bintang malah mengacak-acak rambut Cika yang tergerai itu.

“Mau tahu aja, dah mandi sana? Cewek kok jam segini masih kummel, bau!” Bintang menutup hidungnya. Cika mendelik dan langsung kabur untuk mandi.

“Rajin sekali,” Jasmine, Kakak perempuan Cika menimpali. Sambil menunggu Cika, mereka melewatkan waktu dengan obrolan ringan di teras rumah.
Memicarakan tentang Cika yang tidak ada habisnya.

“Ehem ehem,” Cika sudah muncul dengan khas bau wangi di sepanjang teras ini. Dia mendekati Yasmin dan duduk di samping kakaknya.

“Kelihatannya, seru sekali, tawa kalian sampai terdengar tadi,” Cika mengomentari.

“Benarkah? Sayang?” Yasmin menatap adiknya lembut. Cika mengangguk pasti. Bertiga kini mereka saling berbagi cerita bersama. Angin menjadi saksi bisu keakraban yang tercipta itu.

Setelah kepulangan Bintang, diam-diam Cika menangis dalam kesendirian. Dengan menatap diarynya tersayang dan mulai bercerita.

Dear diary, Aku sungguh bodoh,ketika mengangap Kak Bintang menyukaiku. Mana mungkin dia suka dengan cewek ingusan sepertiku? Cewek yang seharusnya masih duduk di bangku kelas 2 SMP masih berusia 13 tahun. Ya, aku memang sekarang kelas satu SMA, karena ikut kelas acceleration. Tapi tetap tidak merubah usiaku bukan? Aku masih ingusan di matanya. Kak Bintang hanya menganggap aku seperti adik kecilnya.

Diary, aku sedih sekali dengan kenyataan pahit ini. Tapi, aku tidak ingin merusak kebahagiaan dua orang yang kukasihi. Kak Bintang dan Kak Yasmin yang ternyata baru mengikrarkan jalinan cinta yang tertata rapi yang tidak Cika ketahui. Aku yang tak peka, padahal selama ini kami memang selalu bertiga. Tapi aku seolah menyingkirkan keberadaan Kak Yasmin. Hanya menganggap aku dan Kak Bintang sebagai tokoh utama.

Kak Bintang dekat denganku karena aku adik Kak Yasmin, orang yang dia suka.
Betapa bodoh aku yang tidak menyadari kedekatan mereka selama ini. tentang Kak Bintang yang tahu segala prestasiku, itu pasti karena cerita Kak Yasmin yang tahu segalanya tentang aku. Kecuali secuil rasa yang aku simpan dalam goresan ini. Ah! Cintaku bertepuk sebelah tangan diary.

Diedit tanggal 29 Desember 2014.
Srobyong

No comments:

Post a Comment