Saturday 3 January 2015

Coretan Jejak 2014


Siapa sangka aku terdampar di sini--di dunia literasi. Masih aku ingat jelas ketidak sengajaan berteman dengan seseorang yang sangat menginspirasi. kulihat banyak postingan lomba event kepenulisan di diding FB.

Aku memerhatikan, membaca dengan seksama syarat yang diajukan. Jiwa menulis yang sudah lama tidur tiba-tiba terbangun, aku tergerak untuk mencoba, mulai meng-add pertemanan dan ikut bergabung dalam grup penerbitan. Oke klik, aku mulai. Di penghujung bulan Maret tepat aku bergabung.

Jujur, aku sudah lama fakum tak lagi menggoreskan pena sejak bekerja dan sibuk menggapai asa. Menapaki bangku kuliah dengan menjadi kuli di mana-mana. Aku tak lagi punya waktu seperti sekolah dulu. Jadi lambat laun hobi itu aku matikan, tersemat dalam kerinduan.

Kadang aku rindu, tapi lelah yang menggerogoti kadang lebih dominan hingga aku memilih melupakan. Lagipula, saat itu belum ada wadah dan fasilitas untukku menuangkan. Ya, masih coretan dalam kertas yang aku kumpulkan hingga sekarang.

Namun, pertemuanku dengan event yang ada di FB Maret lalu, membuatku mencoba kesempatan itu. Aku pun ikut. Saat itu sudah tak ada masalah akan fasilitas, alhamdulillah kerja kerasku selama ini berbuah manis, sambil kerja dan kuliah, pun akhirnya aku bisa membeli laptop untuk mengerjakan tugas. Apalagi aku sudah hampir semester akhir yang membuat skripsi.

disela pembuatan skripsi itulah aku mencoba menapaki dunia literasi lagi. Tapi, aku masih coba-coba dan tak begitu serius, dan hasilnya aku gagal tak mendapat apa-apa.

aku pun rehat sejenak kembali berkutat dengan skripsi yang kutargetkaan selesai bulan Mei atau Juni, agar bisa wisuda tahun ini (tahun 2014).

Kututup Fb agar tak menganggu konsentrasi, takutlah tergiur akan event-event yang belum bisa aku patahkan.

Bulan pun berlalu, di akhir Mei, menginjak bulan Juni kalau nggak salah, aku ikut event lagi. Ya, alhamdulillah kala itu Skripsi sudah aku beresi, sudah acc tinggal menunggu rangkaian tes yang aku ikuti.

Ya, hitung-hitung sambil mengisi waktu senggangku. Karena tak ada tugas paling tinggal Uas terakhir kali.

Meski tak selalu lolos aku terus mencoba tak ingin berlari, malah tertantang untuk menaklukkannya. Gagal dalam awal-awal memang sudah biasa. Tak mungkin seseorang langsung meroket dan berjaya. Semua butuh proses menuju mimpi yang ingin diraih. Pun denganku.

Mengingat betapa seringnya aku tak lolos lalu mencoba dan mencoba, akhirnya buah kerja keras itu muncul juga, bisa menjadi salah satu kontirbutor dan mendapat sertifikat untuk pertama kalinya itu sungguh sesuatu yang tak kunyana, lalu melihat namaku bisa nangkring dalam cover buku untuk diterbitkan itu sungguh kebanggaan.

Paling, tidak karyaku sudah dibaca dan itu lebih dari kepuasan batin yang aku rasa.

dari main-main itulah akhirnya ketagihan, apalagi melihat banyak penulis lain yang begitu menginspirsi, jadi ingin mengikuti jejak yang dimiliki. Berbalut modal nekat.

Lagi, lagi dan lagi aku ikuti, dan alhamdulillah kini lebih sering lolos, walau kadang masih ada yang tak tergapai hanya bengong. Aku jadi semakin semangat menuangkan kata yang pernah padam itu. Lalu kuputuskan bergabung dalam grup-grup kepenulisan, belajar tentang EYD dan masalah lain tentang menulis. Bertemu banyak penulis lain yang saling mengingatkan, hem senang sekali rasanya.

Dari sana aku tahu, kenapa naskahku tak lolos, dan aku bertekad akan terus mencoba, dan belajar, tak lupa memperbanyak bacaan untuk  tambah wawasan.

"Kegagalan bukan akhir dari segalanya, tapi kesuksesan yang tertunda yang belum bertemu muaranya."

Ya, itu kata-kata yang aku gunakan untuk memotivasi diri, agar ketika gagal tak langsung menyerah tapi memperbaiki diri.

"Dalam sebuah perlombaan, menang adalah poin tambahan dari keberanian untuk mencoba."

Satu lagi motivasi yang aku genggam erat agar tak mudah bersedih.

Berkompetisi itu pasti ada yang kalah dan menang, tak mungkinlah semua menang, jadi kalau mau ikut lomba juga harus memiliki hati lapang, berbesar hati menerima kekalahan, namun tak jumawa ketika meraih kemenangan.

Dari perjalanan itu, sebuah mimpi yang kupikir tak pernah bisa aku miliki, bisa aku raih. Dan kupikir semua  kemenangan ini bukan hanya karena diri semata, tapi karena campur tangan Sang Penguasa.

Aku sadar diri, aku hanyalah manusia biasa, aku berikhtiar dengan lomba, dan Alllah yang membantu mewujudkan cita itu menjadi nyata. Jadi, tak perlulah sombong karena sejatinya Maha Segala saja begitu pemurah.

Puji syukur kinilah yang ingin aku ucap setelah sekian lama mencoba, akhirnya aku bisa memiliki banyak sertifkat kepenulisan, mengingat berjuta kali gagal rasa itu terpuaskan dengan pengganti lainnnya. Dari bulan Maret yang tak tahu apa-apa, bulan April dan Mei yang jarang online, lalu bulan juni hingga sekarang tujuh puluh tiga sertifikat kini aku dapatkan, dan tujuh puluh antologi bisa aku kantongi belum lagi masih menunggu yang lain yang masih proses penerbitan.

Alhamdulillah, yang tak terkira, kalau bukan karena keridaanNya padaku, apakah bisa kusematkan semua itu? Tidak Allah tetap berperan penting akan segala aktifitasku. Allah membalas dari kerja keras yang dilakukan umat-Nya.

Namun, janganlah mudah menyerah ketika Allah tak juga mengijabahi harapan yang ingin dimiliki. Kadang Allah tahu yang terbaik kapan rencana itu diberikan.

Karena itu aku selalu belajar berpikir positif.

Dari perjalanan ini pun, aku masih belajar masih perlu mempelajari ilmu kepenulisan yang baik sesuai aturan. Aku masilah seorang awam yang butuh bimbingan, butuh pengarahan dan pencerahan, maka dari itu meski sertifikat menggunung, aku tak ingin berhenti belajar. Aku masih harus memperbaiki diri untuk memantapkan tulisan yang kumiliki.

Di sini adalah langkah awal dalam meraih mimpi, jadi sebelum mimpi itu menjadi nyata maka selamanya aku tetap belajar.

Bukankah Allah saja memerintahkan belajar sejak dari buaian hingga   raga memisahkan jiwa? Kenapa harus malas, kalau sudah menjadi orang besar bukan berarti berhenti belajar, tapi malah semakin  termotivasi untuk memperbaiki diri, menanggung tanggung ajwab yang lebih tinggi.

Semangat menulis masih terus aku nyalakaan agar bisa menghasilkan karya yang bisa memotivasi.

Sebuah harapan kecil ketika menapaki Tahun baru.

Menulis, menulis dan terus menulis untuk kebaikan diri sendiri.


#Motivasi untuk memperbaiki diri, semoga kedepannya lebih baik lagi#

Srobyong, 2 Januari 2015

No comments:

Post a Comment