Saturday 31 January 2015

[Cerpen] Cowok di Bus Santika



Judul : Cowok di Bus Santika

OLeh : Kazuhana El Ratna Mida

Aku sudah memasuki Bus Santika dan duduk santai di kursi bagianku. Tiba-tiba seorang cowok muncul dan dengan santai duduk menjajariku. Kutatap dia yang nantinya akan menjadi teman perjalanan menuju desa kelahiranku. Cowok berperakwakan tinggi dan cukup tampan menurut kacamataku. Sedari tadi dia hanya diam tak menyapaku dan asyik mendengarkan musik yang menempel di telinganya.

Aku pun memilih yang sama. Bodoh amat, dia saja cuek. Kenapa aku tidak. Kemudian sambil menunggu semua penumpang masuk dan siap mengantar aku pulang. Kuisi waktu dengan membaca manga terbaru yang baru aku beli beberapa hari lalu. ‘Manga Naruto’ yang menjadi favoritku.

“Wah kamu suka Naruto?” tiba-tiba dia sudah ikut nimbrung membaca bersamaku. Tubuhnya condong ke arahku hingga bisa kucium bau parfum melati yang melekat dalam tubuh cowok itu. horor juga nih cowok kok memakai parfum seperti ini. Bodoh amat mungkin emang ini parfum kesukaannya.

“Eh, iya, kamu juga suka?” tanyaku balik. Dia menganguk, dan kemudian meluncurlah cerita tentang hobinya dengan dunia anime yang sangat digemarinya itu.

Senang juga sih aku mendapat teman duduk yang bisa nyambung diajak ngobrol. Biasanya aku hanya bisa diam hingga sampai tujuan. Kupikir tadi, aku akan kembali merasakan itu. karena melihat gelagat dia yang begitu cuek dengan sekelilingnya. Namun aku salah dia asyik juga.

“Kamu anak Mlonggo juga?” Matanya berbinar. Aku mengangguk mengiyakan. 

“Tidak kusangka kita satu daerah ya,” ucapnya sambil tersenyum manis.

Akhirnya kami pun mengobrol sana-sini, dan aku tidak menyangka dia juga satu kampus denganku meski beda fakultas dan semester. Jadilah kami saling bertukar alamat dan juga nomor handphone yang bisa dihubungi. Mungkin suatu saat kami bisa bertemu lagi.

Pertemuan dan obrolan manis yang terjadi karena manga Naruto. Andai kau tak mengeluarkan manga itu belum tentu kami bisa mengorbol bebas seperti ini.

“Bagimana kalau nanti kita balik ke Jogja bareng. Ketemuan di halte bus ini ya,” ucapnya ketika kami sudah sampai.

Aku mengiyakan saja. Pasti seru bisa berengan dengan dia lagi. Dan lagi aku merasa sangat nyaman dengan dia. Jangan-jangan, aku suka dia pada pertemuan pertama? Who Knows?

“Sampai jumpa dua minggu yang akan datang,” ucapnya melambaikan tangan. Aku sendiri sudah harus melaju ke rumah melepas lelah dengan sepeda kakak yang sedari tadi setia menunggu kepulanganku.

Kusapa surga kecil yang menjadi saksi bisu aku tumbuh, aku senang sekali dua bulan aku tidak pulang. Rasanya rindu pada bapak dan ibu sudah membuncah. Kupeluk mereka dengan bahagia. Setelah itu aku rebahan di kamar tercinta.

Tiba-tiba ringtone lagu’ blue bird’ milik Ikimono Gakari mengagetkan aku. Kubuka pesan masuk di handphoneku. Ternyata dari Sabil, cowok di bus santika yang menjadi teman dudukku.

“Rai, dah sampai di rumah dengan selamatkan?” 

“Alhamdulillah, iya aku dah sampai dan istihat di rumah.”

Aku senyum-senyum sendiri membaca pesan-pesan yang dia kirim untukku. Obrolan yang tertunda di bus kami lanjutkan di sini. Dua minggu di rumah dia yang mewarnai dan memenuhi inbok hp-ku. Meski kami berkomunikasi lewat dunia maya. Rasanya itu cukup membuat kami seolah sudah kenal lama.

Dan hari ini, sudah saatnya aku kembali untuk mengejar cita. Aku begitu semangat karena hari ini aku bisa bertemu lagi dengan dia. Aku sudah membayangkan pertemuan manis ke dua yang pasti lebih asyik dari awal kami jumpa.

Kutunggu dia hingga, bus sudah mau siap berangkat ke kota. Tapi dia tidak muncul juga. Aku jadi was-was, padahal tadi dia sempat memberi kabar kalau dia sudah siap untuk berangkat. Kuhubungi nomor handphonenya, tapi tak jua ada jawaban dan selalu sibuk. 

“Halo, benarkah ini nomor Raisa?” suara seseorng dari seberang sana.

“Iya, saya sendiri, ngomong-ngomong Sabilnya mana? Bus sudah mau berangkat lho Mbak,” aku mencoba menjelaskan. Cukup lama penelepon itu diam dan menghela napas. 

Bagai disambar petir, ketika aku mendengar kepergian Sabil yang begitu mendadak dan tak masuk akal. Mungkinkah dia mengerjaiku? Wajahku yang semula ceria menjadi sendu. Kuputaskan membatalkan tiket ke Jogja dan segera pergi ke rumah Sabil.

Kutatap dia yang sudah terbujur kaku. Tak bisa kubendung tangis yang kucoba tahan sedari tadi. Dia yang bari datang mewarnai kini telah pulang pada Ilahi tanpa permisi.

“Ini dek Rai, ada titipan dari Sabil buat kamu,” Alia kakak Sabil yang tadi meneleponku menyerahkan kotak kecil untukku.

Kubuka kotak itu di rumah setelah selesai acara pemakamannya. Sebuah surat dan mug cantik bertulis namaku. 

Untuk Raisa

Maaf jika pertemuan ini membuatku terluka. Sungguh aku tidak bermaksud untuk memporak-porandakkan hidup yang sudah kau punya. Perasaan yang sudah aku belenggu agar tak tertarik dengan dunia merah jambu malah datang ketika melihatmu. Padahal sedari awal aku coba besikap dingin tak memerhatikanmu. Tapi entah kenapa aku malah tidak bisa mengendalikan perasaan yang aku punya.

Mungkin kau tidak ingat aku, aku Muhammad Sabil Al Fatih. Kakak kelasmu yang dulu yang selalu memerhatikanmu. Lama aku menyimpan rasa ini, karena kamu selalu bilang tak mau berpacaran sebelum gelar sarjana kau raih. Karena itu aku hanya bisa menatapmu dari jauh. Sebenarnya aku tahu semua tentangmu. Cuma aku berpura-pura seolang tak mengenalmu.

Hari itu di Bus Santika. Aku sungguh senang bisa mengobrol denganmu. Kemudian kita saling mengirim pesan layaknya sudah saling mengenal sejak dulu. Sungguh, andai aku bisa mengulur waktu aku ingin ada lebih lama untuk menemani di sisimu. Tapi, tumor otak yang menggerogotiku tak bisa diajak kompromi. Aku memang sengaja pulang, ketika aku sudah merasakan maut yang mengintai. Kau mungkin bingung bagaimana aku tahu akan ajal yang mau menjemputku. 

Aku seorang indigo yang memiliki kemampuan bisa menlihat masa depan orang-orang, termasuk masa depanku sendiri. Kerena itu kutulis ini untukmu ketika ajal semakin mendekatiku.

Aku harus pergi Raisa. Maaf dan terima kasih telah mewarnai di detik-detik kehidupanku. Meski tak banyak kenangan indah yang aku berikan padamu. Sungguh sejak dulu aku sangat mencintamu. Jaga diri baik-baik ya. Seseorang yang baik akan dikirimkan untukmu.

Aku menangis sesenggukan dengan menggenggam erat surat itu. pedih rasanya kehilangan seseorang yang begitu tulus padaku dalam sekejap mata. Aku menyesal karena telah melupakan dia yang ternyata telah lama memerhatikanku. Pantas saja kau merasa familiar dengan dia. 

Cowok di Bus Santika—Sabil aku takkan melupakanmu lagi. Sebuah kenangan terindah meski hanya dua minggu. Semerbak wangi melati menusuk hidungku, aroma parfum yang sama ketika kita saling sapa saat bertemu. Apakah kau masih melihatku di sini? Jiwamu yang masih rindu.

Ya, pada akhirnya aku harus menerima, cintaku harus tertunda karena sebelum kita berikrar untuk saling tautkan hati kau telah pergi. 

Meninggalkanku selamanya tak tahu kapan akan bertemu lagi. Mungkin dikehidupan selanjutnya? Who knows?. Pikirku dalam hati.

Aku harus kembali menata ulang hati memulai hidup kembali. 

Srobyong, Edit terakhir 20/1/15

No comments:

Post a Comment