Dimuat di Koran Pantura, Rabu 14 Februari 2018
Judul : Melted
Penulis : Mayang Aeni
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : Pertama, Mei 2017
Tebal : x + 278 halaman
ISBN :
978-602-430-141-5
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama,
Jepara.
Cinta tidak pernah habis untuk
dijadikan cerita. Satu kata namun berjuta makna dan kisah-kisah yang termaktub
di dalamnya. Maka tidak salah jika cinta selalu menjadi elemen menarik yang
akan terus dibahas dengan berbagai persepsi. Selain cinta tema persabatan juga
kental dibahas dan dijadikan bumbu manis dalam sebuah karya.. Begitu pula dalam
novel ini. Kita diajak menyelami kisah
cinta khas remaja yang lucu, juga mendebarkan dengan perpaduan kisah persahabatan.
Bagaimana para remaja menghadapi sebuah masalah ketika cinta dan persahabatan
itu sendiri menjadi taruhannya.
Namun jangan khawatir meski tema
yang diambil penulis ini terasa biasa dan umum dibahas, penulis memiliki
keunggulan sendiri dalam pengemasannya. Di mana kisah dikemas dengan gaya
bahasa yang renyah dan eksekusi yang apik. Kita pasti paham, bahwa setiap orang
itu pasti memiliki keunikan sendiri. Dan setiap orang punya cara tersendiri
dalam mengemas sebuah cerita.
Novel ini sendiri menceritakan
tentang tiga tokoh sentral yang saling terkait. Ada Cherry yang sejak awal
sudah jatuh cinta kepada Nico. Dia tidak peduli meski Nico selalu cuek dan
tidak pernah peduli padanya. Cherry dengan tingkat percaya diri yang luar biasa
besar, tetap keukuh mengejar cinta Nico.
Lalu ada Nico—cowok yang mendapat
julukan Ice Prince. Nico digambarkan sebagai cowok yang tidak tersentuh.
Dia selalu membatasi diri karena alasan tertentu. Hanya dengan Arif dan
Dika—dua sahabatnya itu Nico mau membuka diri.
Tokoh ketiga adalah Mahardika—atau
lebih sering disapa Dika. Dia adik kelas Nico tapi juga sahabat Nico. Dan cowok yang terkenal playboy ini adalah
teman sekelas Cherry. Karena berada satu
kelas, dengan sendirinya Dika dan Cherry pun menjadi dekat. Namun masalahnya,
lambat laun Dika menyadari bahwa dia tidak ingin hanya menjadi sahabat bagi
Cherry.
Sedang Cherry tidak menyadari kalau
Dika menyukai dirinya. Dia pikir Dika adalah teman yang menyenangkan. Karena
itu tanpa sungkan dia sering bercerita tentang perjuanganya dalam merebut hati
Nico. Di sisi lain Nico diam-diam mulai
terbiasa dengan keberadaan dan kebawelan Cherry. Apalagi sejak mereka menikmati
liburan bersama di Singapura tanpa sengaja. Masalah semakin runyam ketika
diam-diam Nico mengetahui kalau Dika ternyata menyukai Cherry. Tanpa sengaja dia mendengar percakapan
antara Dika dan Nico.
How can he’s being so selfish with
people who event put aside his feeling for him? (hal 166). Bagaimana mungkin dia rela menukar persahabatan demi
perasaanya yang masih belum jelas kepada cewek yang baru dikenalnya (hal
168). Itulah pertanyan-pertanyaan yang menggema di kepala Nico. Nico tidak mau mengorbankan persahabatan demi
cinta.
Begitupula dengan Dika. Dia tak mau
merusak persahabatannya dengan Nico. Ditambah lagi Di juga tidak mau menyakiti
Cherry. Namun keadaan berubah ketika Dika mengetahui sesuatu antara Nico dan
Cherry hingga membuat Dika marah besar.
Sebuah novel remaja yang cukup
memikat. Kita seolah dihadapkan pada permasalahan yang kerap terjadi di masa
putih abu-abu. Yang mana kita memiliki sahabat kental, namun akhirnya malah
jatuh cinta pada cewek yang sama. Inilah sebuah dilema yang harus dihadapi Nico
dan Dika. Di sisi lain cinta itu begitu
manis dan baru mereka rasakan. Namun di sisi lain, persahabatan tidak kalah
penting karena sudah dibina sejak lama.
Selain itu ada pula masalah keluarga
yang tetap menjadi pengaruh bagaimana seorang anak bersikap. Sebagaimana Nico
yang dibesarkan dalam keluarga berada namun minim kasih sayang. Hal itulah yang
akhirnya membuat dia membatasi diri. berbeda dengan teman-temannya yang
terlahir dalam keluarga penuh kehangatan hingga akhirnya bisa membawa diri.
Memang
dalam novel ini masih ada beberapa kekurangan. Seperti masih tersisa beberapa
salh tulis, hingga ada beberapa bagian yang terasa loncat-loncat dalam
bercerita. Namun lepas dari kekurangannya, novel ini asyik untuk dinikmati.
Apalagi bagi pecinta novel romance remaja. Dan pastinya dengan membaca novel
ini kita diingatkan tentang pengaruh orangtua dalam mendidik anak serta arti penting sebuah persahabatan. “Believe
me, our friendship isn’t as week as you think.” (hal 235).
Srobyong,
25 Agustus 2017
Tema cinta adalah tema yang melegenda dan selalu asyik untuk dibahas juga dinikmati. Sekalipun saya bukan pencinta novel remaja (ini pasti karena faktor usia saya saja) hehehe...namun penggambaran yang ditulis tentang novel ini sungguh bikin penasaran
ReplyDeleteYup, makanya tema cinta masih menjadi nilai jual tinggi dalam perbukuan. :) Dan untuk novel ini memang ada keunikan sendiri jadi asyik pas dibaca. Ringan dan menghibur.
DeleteAssalamualaikum, Mbak Ratna. Maaf mau tanya, kalau e-paper Koran Pantura bisa dilihat di mana, ya? Soalnya udah googling bolak-balik, tapi nggak nemu. Hehehe
ReplyDeleteKalau dimuat dapat dari redaksinya.
DeleteO, gitu. Eh tapi, berarti kita nggak bisa lihat resensi2 yg pernah dimuat dong. hehe. Anyway, makasih infonya, Mbak.
DeleteSama-sama :)
Delete