Thursday 22 February 2018

[Resensi] Potret Kisah Remaja dalam Memaknai Cinta dan Persahabatan

Dimuat di Koran Pantura, Rabu 14 Februari 2018


Judul               : Melted
Penulis             : Mayang Aeni
Penerbit           : Bentang Pustaka
Cetakan           : Pertama, Mei 2017
Tebal               : x + 278 halaman
ISBN               : 978-602-430-141-5
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara. 

Cinta tidak pernah habis untuk dijadikan cerita. Satu kata namun berjuta makna dan kisah-kisah yang termaktub di dalamnya. Maka tidak salah jika cinta selalu menjadi elemen menarik yang akan terus dibahas dengan berbagai persepsi. Selain cinta tema persabatan juga kental dibahas dan dijadikan bumbu manis dalam sebuah karya.. Begitu pula dalam novel ini.  Kita diajak menyelami kisah cinta khas remaja yang lucu, juga mendebarkan dengan perpaduan kisah persahabatan. Bagaimana para remaja menghadapi sebuah masalah ketika cinta dan persahabatan itu sendiri menjadi taruhannya.

Namun jangan khawatir meski tema yang diambil penulis ini terasa biasa dan umum dibahas, penulis memiliki keunggulan sendiri dalam pengemasannya. Di mana kisah dikemas dengan gaya bahasa yang renyah dan eksekusi yang apik. Kita pasti paham, bahwa setiap orang itu pasti memiliki keunikan sendiri. Dan setiap orang punya cara tersendiri dalam mengemas sebuah cerita.

Novel ini sendiri menceritakan tentang tiga tokoh sentral yang saling terkait. Ada Cherry yang sejak awal sudah jatuh cinta kepada Nico. Dia tidak peduli meski Nico selalu cuek dan tidak pernah peduli padanya. Cherry dengan tingkat percaya diri yang luar biasa besar, tetap keukuh mengejar cinta Nico.
Lalu ada Nico—cowok yang mendapat julukan Ice Prince. Nico digambarkan sebagai cowok yang tidak tersentuh. Dia selalu membatasi diri karena alasan tertentu. Hanya dengan Arif dan Dika—dua sahabatnya itu Nico mau membuka diri.

Tokoh ketiga adalah Mahardika—atau lebih sering disapa Dika. Dia adik kelas Nico tapi juga sahabat Nico.  Dan cowok yang terkenal playboy ini adalah teman sekelas Cherry.  Karena berada satu kelas, dengan sendirinya Dika dan Cherry pun menjadi dekat. Namun masalahnya, lambat laun Dika menyadari bahwa dia tidak ingin hanya menjadi sahabat bagi Cherry.  

Sedang Cherry tidak menyadari kalau Dika menyukai dirinya. Dia pikir Dika adalah teman yang menyenangkan. Karena itu tanpa sungkan dia sering bercerita tentang perjuanganya dalam merebut hati Nico.  Di sisi lain Nico diam-diam mulai terbiasa dengan keberadaan dan kebawelan Cherry. Apalagi sejak mereka menikmati liburan bersama di Singapura tanpa sengaja. Masalah semakin runyam ketika diam-diam Nico mengetahui kalau Dika ternyata menyukai Cherry.  Tanpa sengaja dia mendengar percakapan antara Dika dan Nico.

How can he’s being so selfish with people who event put aside his feeling for him? (hal 166). Bagaimana mungkin dia rela menukar persahabatan demi perasaanya yang masih belum jelas kepada cewek yang baru dikenalnya (hal 168). Itulah pertanyan-pertanyaan yang menggema di kepala Nico.  Nico tidak mau mengorbankan persahabatan demi cinta.

Begitupula dengan Dika. Dia tak mau merusak persahabatannya dengan Nico. Ditambah lagi Di juga tidak mau menyakiti Cherry. Namun keadaan berubah ketika Dika mengetahui sesuatu antara Nico dan Cherry hingga membuat Dika marah besar.


Sebuah novel remaja yang cukup memikat. Kita seolah dihadapkan pada permasalahan yang kerap terjadi di masa putih abu-abu. Yang mana kita memiliki sahabat kental, namun akhirnya malah jatuh cinta pada cewek yang sama. Inilah sebuah dilema yang harus dihadapi Nico dan Dika.  Di sisi lain cinta itu begitu manis dan baru mereka rasakan. Namun di sisi lain, persahabatan tidak kalah penting karena sudah dibina sejak lama.

Selain itu ada pula masalah keluarga yang tetap menjadi pengaruh bagaimana seorang anak bersikap. Sebagaimana Nico yang dibesarkan dalam keluarga berada namun minim kasih sayang. Hal itulah yang akhirnya membuat dia membatasi diri. berbeda dengan teman-temannya yang terlahir dalam keluarga penuh kehangatan hingga akhirnya bisa membawa diri.

Memang dalam novel ini masih ada beberapa kekurangan. Seperti masih tersisa beberapa salh tulis, hingga ada beberapa bagian yang terasa loncat-loncat dalam bercerita. Namun lepas dari  kekurangannya, novel ini asyik untuk dinikmati. Apalagi bagi pecinta novel romance remaja. Dan pastinya dengan membaca novel ini kita diingatkan tentang pengaruh orangtua dalam mendidik anak serta  arti penting sebuah persahabatan. “Believe me, our friendship isn’t as week as you think.” (hal 235).


Srobyong, 25 Agustus 2017 

6 comments:

  1. Tema cinta adalah tema yang melegenda dan selalu asyik untuk dibahas juga dinikmati. Sekalipun saya bukan pencinta novel remaja (ini pasti karena faktor usia saya saja) hehehe...namun penggambaran yang ditulis tentang novel ini sungguh bikin penasaran

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, makanya tema cinta masih menjadi nilai jual tinggi dalam perbukuan. :) Dan untuk novel ini memang ada keunikan sendiri jadi asyik pas dibaca. Ringan dan menghibur.

      Delete
  2. Assalamualaikum, Mbak Ratna. Maaf mau tanya, kalau e-paper Koran Pantura bisa dilihat di mana, ya? Soalnya udah googling bolak-balik, tapi nggak nemu. Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. O, gitu. Eh tapi, berarti kita nggak bisa lihat resensi2 yg pernah dimuat dong. hehe. Anyway, makasih infonya, Mbak.

      Delete