Dimuat di Harian Bhirawa, Jumat 27 Oktober 2017
Judul : Maut Lebih Kejam daripada Cinta
Penulis :
Orhan Pamuk, dkk
Penyusun
: Anton Kurnia
Penerbit : Basabasi
Cetakan : Pertama, Agustus 2017
Tebal : 280 halaman
ISBN : 978-602-6651-04-4
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama Jepara.
Dalam setiap bidang industri kreatif kita akan dikenalkan dengan
berbagai penghargaan sebagai bukti prestasi luar biasa yang telah dicapai. Misalnya saja Academy Award—atau disebut
juga Piala Oskar, yang merupakan pengharagaan film Amerika untuk menghargai
industri film. Ada pula Grammy Award—yaitu
penghargaan bergengsi yang diberikan guna menghargai prestasi luar biasa dalam
industri musik. Sedang dalam dunia literasi, pengharaan yang paling prestisus
adalah Penghargaan Nobel Sastra. Dan menurut data terbaru, peraih penghargaan
Nobel Sastra 2017 ini diraih oleh Kazuo Ishiguro, penulis Inggris berdarah
Jepang.
Sebagaimana kita ketahui, sastra memang
hadir, tidak hanya hadir sebagai hiburan semata. Dengan kekuatan kata yang
tajam, sastra juga hadir sebagai salah satu media yang kerap mengkritisi
berbagai masalah sosial budaya masyarakat bahkaan masalah politik. Baik itu
dengan prosa liris atau satire. Jadi secara tidak langsung keberadaan sastra
semakin menunjukkan eksistensinya.
Buku ini, yang merupakan hasil
pengumpulan dan diterjemaahkan oleh Anton Kurnia—sastrawan Indonesia—di mana
sudah banyak karya cerpen, esais atau hasil terjemahannya di muat diberbagai
media, merupakaan kumpulan karya para peraih nobel dari berbagai dunia. Anton
Kurrnia memilih 25 kisah yang sedikit banyak mengangkat tema cinta, keluarga
dan berbagai kritisk sosial budaya.
Misalnya saja cerpen berjudul “Ayah
dan Anak” karya Bjornstjerne Bjornson. Cerpen ini menyadarkan kita bahwa
seorang ayah tidak memedulikan apa pun, yang terpenting adalah anaknya bahagia.
Bahkan jika itu harus menghabiskan banyak biaya. “Aku punya sesuatu yang ingin
aku dermakan kepada orang-orang miskin. Aku ingin menjadikan itu sedekah atas
nama putraku.” (hal 13).
Dalam cerpen ini diceritakan ada
seorang lelaki berpengaruh dan paling kaya di desanya. Namanya Thord Overaas.
Dia rela melakukan apa saja untuk anaknya—Finn. Dimuali dari pembabtisan yang
dilakukan secara khusus, kemudian doa untuk kelulusan Finn, hingga akhir di
mana Finn menikah. Namun sebuah kejadian membuat Thord Overass sangat sedih.
Ada pula kisah berjudul “Hantu Kekasih” karya Rudyar Kipling.
Cerpen ini membuat kita memahami bahwa kita tidak boleh bersikap kejam pada
seseorang. Kita juga harus menjaga
ucapan agar tidak membuat orang lain tersakiti. Selain itu ceritaa ini juga
mengingatkan agar tidak membenci seseorang secara berlebihan. Karenaa batas
benci dan cinta itu setipis benang.
Menceritakan tentang laki-laki
bernama Pansay yang kerap kali bergonta-ganti pasaangan. Dia terbiasa
memutuskaan hubungan dengan wanaita yang dikencaninya jika bosan. Namun suatu
hari ada salah satu wanita bernama Nyonya Wessington yang tidak rela jika harus
putus dengan Pansay. Hal itulah yang pada akhirnya membuat Pansay berlaku agak
keras agar Nyonya Wessington mau pergi. Hanya saja akibat perbuatannyaa itu
Pansay harus menerima kenyataan yang lebih kejam dari apa yang telah
dilakukananyaa kepada Nyonya Wessington (hal 15).
Tidak kalah menarik ada cerpen
berjudul “Tukang Sepatu” karya John
Galsworthy. Di sini penulis mengkritisi para pelaku bisnis yang kerap melakukan
tindakan kotor demi meraih banyak keuntungan. Mereka menjual iklan tanpa
memedulikan dengan kualitas karya. Hal ini tergambar jelas dari kisah yang
dipaparkan tentang Gesser bersaudara—tukang sepatu. Ketika tukang sepatu lain
sudah mulai lalai dan kerap berlaku curang, mereka tetap memilih berjalan pada
jalan kebenaran dengan menghasilkan karya terbaik, meski harus terseok-seok
dalam bertahan hidup.
Lalu cerpen “Maut Lebih Kejam
daripada Cinta” karya Gabriel Garcia Marquez. Sebuah cerpen yang mengkritisi
sikap pejabat yang kerap kali mudah tergoda dengan wanita. Juga tentang kebohongan publik yang kerap
dilakukan pejabat—di mana orasi yang dilakukan ketika mencalonkan diri hanya
kebohongan, karena setelah terpilih kebanyakan akan ingkar janji. Adalah
Senator Onesimo Sanchez yang awalnya selalu menolak membantu Nelson, namun
ketika dia menyodorkan putrinya, seketika itu pertahanan sang senator runtuh
(hal 133).
Selain itu tentu saja masih banyaak
cerita lain yang tidak kalah menarik. Seperti Idiot yang mengkritisi masalah
adat, Gelang Emas yang mengiritisi tentang halal dan haram, Bila Dara Jatuh
Cinta dan banyak lagi. Semua dipaparkan dengan terjemahan yang lugas dan mudah
dimengerti. Buku ini juga dilengkapi
sejarah masalah Penghargaan Nobel Sastra yang pastinya bisa menambah wawasan
kita.
Srobyong, 19 Oktober 2017
Blog yang bagus.... semoga terus berkembang....Saya ingin berbagi wawancara dengan Gabriel Garcia Marquez (imajiner) artikel di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2017/09/wawancara-dengan-gabriel.html
ReplyDelete