Saturday, 11 November 2017

[Resensi] Kehebatan Hercule Poirot Memecahkan Kasus Misteri


Dimuat di Radar Sampit, Minggu 5 November 2017 




Judul               : The Best of Hercule Poirot
Penulis             : Agatha Christie
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, Maret 2017
Tebal               : 599 halaman
ISBN               : 978-602-03-3871-2
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama, Jepara

Bagi penikmat kisah misteri pasti sudah tidak asing dengan nama Hercule Poirot.  Dia merupakan tokoh fiksi karangan Agatha Christie—penulis fiksi kriminal asal Inggris, yang mana karya-karyanya selalu laku dipasaran. Hercule Poirot adalah seorang detektive swasta yang memiliki kecerdasan dan kejelian dalam menganalisis berbagai masalah.  Selain itu dalam memecahkan kasus yang dihadapi Poirot ini memiliki pendekatan yang berbeda dari kebanyakan detektive. Dan hal itu-lah yang membuatnya hampir selalu sukses dalam menguak berbagai kasus misteri.

Membaca jejak petualangan Poirot rasanya seperti memasuki labirin panjang yang tidak ada ujungnya. Namun begitu kita tidak pernah merasa bosan. Kenyataan yang ada, kisah-kisah petualangnnya selalu ditunggu. Untuk mengobati kerinduan penggemar Agata Christie, Gramedia memilih tiga cerita yang paling di favoritkan pembaca untuk dicetak kembali dalam tampilan yang menyegarkan. Inilah buku “The Best of Hercule Poirot”. Di mana kisah-kisah yang terpilih adalah ; The Abc Murders (Pembunuhan ABC), Five Little Pigs (Menguak Pembunuhan), dan Curtain : Poirot’s Last Case (Tirai).  Memang ketiga cerita ini tidak memiliki kaitan, namun kisah yang dipaparkan sukses memberi ketegangan dan kejuatan menarik dalam penyelesaiakn kasus. Tidak terduga dan menakjubkan.

Pada cerita The Abc Murders (Pembunuhan ABC), secara tiba-tiba Poirot mendapat surat kaleng dari seseorang dengan  inisial ABC.  “Mr. Hercule Poirot—Anda menganggap Anda dapat memecahkan misteri-misteri yang bahkan terlalu rumit bagi polisi Inggris kamu yang dungu, bukan? Mari kita buktikan, Mr. Clever Poirot, sampai mana kepintaran Anda. Mungkin bagi Anda kasus ini tidak terlalu sluti untuk dipecahkan. Berhati-hatilah terhadap apa yang akan terjadi di Andervon pada tanggak 21 bulan ini.” (hal 16).  

Arthur Hastings, sahabat Poirot menganggap kalau surat itu hanya pekerjaan orang iseng.  Begitu pula  dengan polisi yang juga telah melihat surat tersebut. Hal itu sangat berbanding terbalik dengan pendapat Poirot.  “Ada sesuatu  mengenai surat ini yang tidak aku sukai .... Bukan karena naluri. Lebih tepatnya adalah pengetahuanku—pengalamanku—yang mengatakan padaku bahwa ada sesuatu yang salah dalam surat ini—“

Dan ternyata dugaan Poirot tidak meleset pada tanggal 21 di Andover dia mendapat laporan bahwa seorang wanita tua bernama Ascher, yang membuka toko kecil serta menjual tembakau dan surat kabar, ditemukan terbunuh (hal 24).  Di sana tidak ada petunjuk apapun kecuali, sebuah buku panduan kereta api dan panduang itu memang ABC.  Bersama Hastngs, Poitor mencoba mengungkapkan fatka di balik pembunuhan itu. Karena ternyata pembunuhan yang terjadi itu tidak sesederhana dari apa yang terlihat. 

Lalu pada kisah kedua Five Little Pigs (Menguak Pembunuhan), di sini Poirot mendapat permintaan dari Carla Lemarchat untuk mengungkap kebenaran di balik pembunuhan yang dilakukan ibunya—Caroline Crale enam belas tahun yang lalu. Carla tidak percaya bahwa ibunya telah membunuh ayahnya—Mr. Crale.  Dia suda bertekad bulat, apapun hasilnya dia harus mengetahui kebenaran itu.
Poirot pun mulai mendatangi siapa saja yang memiliki keterkaitan dengan kejadian itu. di sana Poirot mendapat kenyataan bahwa Caroline berada pada pihak yang disudutkan dan memang semua bukti menunjukkan kalau  Caroline adalah  pembunuhnya.

“Kenyataan ini mungkin menyakitkan tetapi saya selalu berprinsip kebenaran harus diutamakan. Kendati tujuan baik, kedustaan akan bahaya. Setiap orang harus berani menghadapi kenyataan. Tanpa keberanian, hidup takkan mempunyai arti.” (hal 362).  

Dan terakhir adalah Curtain : Poirot’s Last Case (Tirai).  Saya merasa kisah ini yang paling mendebarkan. Karena lokasi kejadian kali ini juga memiliki sejarah  tersendiri bagi Arthur Hastings dan Poirot. Saat itu Poirot tengah menghadapi kelihaian seorang pembunuh yang lebih suka Poirot sebut X. Karena perbuatan si X banyak korban berjatuhan. Hanya saja dalam usahanya menemukan X di sana ada  Judith—putri Hastings yang bisa jadi adalah pelaku.  “Jangan terburu nafus Sobat. Aku mohon kau jangan berbuat kesalahan yang tidaaak mau kubukukan untukmu.” (hal 449).

Ketiga kisah ini benar-benar mendebarkan dan tidak terduga. Diterjemahkan dengan bahasa yang mudah dipahami, membuat kita terasa nikmat saat membaca. Beberapa kesalahan tulis yang ada tidak mengurangi kenikmatan saat membacanya. Dari kisah-kisah ini saya menyadari hal yang paling berbahaya yang bisa menuntun seseorang penjadi pembunuh adalah cinta dan harta.


Srobyong, 24 September 2017 

No comments:

Post a Comment