Sunday, 26 November 2017

[Review Buku] Dari Judi, Dendam Hingga Cinta



Judul               : Game of Hearts ; Love in Las Vegas
Penulis             : Silvarani
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama,  September 2017
Tebal               : 225 halaman
ISBN               : 978-602-03-6634-0


“Hidup adalah meyakini ketentuan Allah. Jika ingin mendapatkan, selalu berusaha, sebaliknya jika tak dapat, ikhlaskan dan tetap berprasangka baik kepada Allah.” (hal 214).

Dibuka dengan prolog yang tegang dan menarik, hal ini sudah menjadi nilai kelebihan dari novel ini. Karena sudah pasti pembaca akan langsung penasaran dan ingin membaca kisah ini hingga selesai. Tidak jauh-jauh dari cinta, namun dipadukan dengan tema yang tidak biasa, membuat novel ini memiliki kelebihan sendiri. Yah, kali ini penulis memasukan unsur perjudian yang saya pikir jarang digarap para novelis Indonesia.  Kemudian disatu padukan pula dengan masalah keluarga dan dendam hingga membuat novel ini semakin berwarna.

“Hati-hatilah kepada gadis yang sakit hati. Caranya balas dendam selalu tidak disangka-sangka.” (hal 28).

Aldhan Prasetya Aridipta adalah pewaris dari kekayaan milik keluarganya, Aridiptha Group. Keberadaannya saat ini menjadi tumpuan dan harapan untuk semua orang dalam hal kesejahteraan dan perubahan dan perusahaan yang saat ini dia pimpin. Lalu suatu hari  sebuah proyek Las Vegas membuat Aldhan terkejut, pasalnya ternyata dialah yang ditujuk untuk melakukan bisnis ke sana. Dan yang lebih membuat Aldhan terkejut adalah alasan sebenarnya di balik proyek tersebut.  Di mana jika dia tidak mau melakukan proyek ini bisa jadi banyak investor yang akan menarik diri dari bisnis Aridipta dan bahkan nyawa sang ayah akan berada dalam bahaya (hal 42).

Aldhan meski kadang marah kepada sang ayah, pada kenyataannya di lubuk hatinya yang paling dalam, dia masih sangat menyayangi ayahnya. Meski sejak krisis moneter 1997 kehidupan ayahnya berubah dan keluarga mereka berantakan. Ayah dan ibunya bercerai. Sang ibu menikah kali dan sudah bahagia dengan keluarga barunya. Sedang dia dan adiknya, Renald, hanya dimanja dengan harta berlimpah namun minim kasih sayang.  Hal inilah yang membuat adiknya sering membuat ulah untuk menarik perhatian. Sayangnya cara itu tidak berhasil, kedua orangtuanya masih sibuk dengan dunia masing-masing.  Dan Aldhan lebih fokus pada karir dan bermain-main dengan wanita. Membawa wanita dengan bebas keluar masuk di rumah bukanlah perkara asing.

Kepergiannya ke Las Vegas ini  akhirnya membuat dia mengenal Ryker Preston, pemilik Rotten Pumkin. Dan dari pria itu, Aldhan diajari untuk bermain judi dan dikenalkan dengan Reika Matilda—yang ternyata adalah lulusan Nevada University  yang menulis tesis tentang cara memenangi permainan judi berdasarkan perhitungan matematika.

Membaca novel ini seperti menikmati film-film luar yang penuh dengan permainan-permainan judi. Kita diajak melihat dan menikmati keseruan juga ketakutan tatkala tengah mengadu nasib dengan permainan judi. Karena jika tidak pintar, maka sudah pasti kita akan menjadi pecundang, karena selalu kalah secara berulang.

Selain mengajak kita menikmati dunia gemerlap kasino di Las Vegas,  Aldhan juga harus menerima teror dari Love—wanita yang pernah menemani malam-malam panjangnya yang tidak terima ditinggal begitu saja. Gadis itu masih mencinta Aldhan dan tidak ingin diputus begitu saja. Oleh karenya Love berusaha menyusul Aldhan.

Sedang Aldhan sendiri setelah menginjakkan kaki di Las Vegas, lebih fokus pada urusan utang ayahnya dan berusaha melunasi secepatnya. Dia tidak tertarik dengan urusan wanita, sebelum dia bertemu Reika Matilda yang entah kenapa membuat dia tertarik.  Namun yang mengejutkan adalah tentang sebuah titik rahasia yang Reika simpan. Tentang dia yang tidak percaya cinta juga tentang kenyataan lain yang tidak pernah Aldhan duga. Ada apa sebenarnya?

“Begitulah hidup. Terkadang apa yang kamu inginkan sulit sekali digenggam. Justru yang tak terlalu kamu inginkan mengemis untuk dimiliki.”  (hal 109).

Diceritakan dengan gaya bahasa yang mudah dicerna dan tidak jlimet, membuat buku ini asyik dibaca.  Suka dengan pengambilan tema yang tidak biasa dan keberanian penulis dalam memasukkan unsur judi, yang terasa begitu nyata. Jadi penasaran apa penulisnya juga jago judi, eh xixii. Habis eksekusinya mantap. Jika divisualisaikan pasti memang lebih seru. 

Keunggulan lainnya adalah tentang kepiawaian penulis dalam menyimpan misteri ending hingga akhir. Membuat kita penasaran apa yang sebenarnya telah terjadi? Bernarkan tebakan-tebakan yang kita buat sejak awal membaca kisah ini benar? Nah, jadi secara tidak langsung sejak awal membaca kita juga diajak bermain hati. Hhehh. Karena kita selalu menebak-nebak akhir kisah. Benarkah? Atau salahkah?

Dan yang saya sukai lagi adalah selipan-selipan motivasi keagamaan yang terasa kental dari sosok Jack—sopir pribadi Aldhan yang sudah seperti sahabat  sendiri.

“Cinta adalah kebebasan yang berkomitmen , hasrat yang bertanggung jawab, dan kasih yang tak mengenal pamrih.” (hal 16).

“Membentuk keluarga adalah ibadah dan menyempurnakan iman.” (hal 22).

“Nikahilah gadis salihah agar keturunanmu diajarinya berbagai hal yang baik. Indah” (hal 22).

Kita banyak diajarkan tentang hubungan antara manusia dan Tuhan. Tentang keimanan dan banyak lagi. Semisal tentang kebiasaan Jack yang selalu berusaha mengingatkan  Aldhan untuk selalu menjalankan salat lima waktu.

Hanya saja dari kisah ini ada beberapa bagian yang bagi saya terasa lambat. Lalu tentang keberadaan Love yang manurut saya kurang dieksplore lebih. Karena tokoh ini tiba-tiba hilang. Padahal jika Love dimasukkan lebih dalam cerita pasti akan lebih menarik. Misalnya dia jadi ke Las Vegas dan akhirnya bertemu Reika dan Aldhan, pastinya bakal seru. Kira-kira bagaimana hubungan mereka?

Namun lepas dari kekurangannya, secara keseluruhan novel ini tetap asyik dinikmati. Dari novel ini kita bisa belajar bahwa dendam hanya akan merugikan diri sendiri dan membuat hidup tidak tenang. Lalu kita juga diingatkan dalam mendidik anak yang terpenting itu bukan hanya  pemberian materi yang berlimpah, tapi juga kasih sayang. Temukan juga quote-quote inspiratifnya yang bikin kita ternyuh dan berpikir kembali. 

“Cinta itu bukan tergantung pada pasang atau surutnya hubungan dengan seseorang, tapi perasaan cinta itu ada di hati itu sendiri.” (hal162).


Srobyong, 26 November 2017

No comments:

Post a Comment