Dimuat di Jateng Pos, Minggu 5 November 2017
Judul : Islam Mencintai Nusantara :
Jalan Dakwah Sunan Kalijaga
Penulis : B. Wiwoho
Penerbit : Pustaka Iman
Cetakan : Pertama, Mei 2017
Tebal : 306 halaman
ISBN : 978-602- 8648-20-2
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumna Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Para sarjana berbeda pendapat
mengenai kedatangan Islam di Indonesia. Kebanyakan sarjana Orientalis
berpendapat bahwa Islam datang ke Indonesia pada abad ke -13 Masehi dari
Gujarat (bukan dari Arab langsung). Sedangkan kebanyakan sarjana Muslim
berpendapat bahwa Islam sudah sampai ke Indonesia pada abad pertama
Hijriyah—sekitar abad ke -7 sampai abad ke -8 Masehi, langsung dari Arab (hal
13).
Akan tetapi ada satu kenyataan yang
disepakati bahwa kedatangan Islam ke Indonesia dilakukan secara damai. Islam,
dalam batas-batas tertentu, disebarkan oleh pedagang, bersama atau kemudian
dilanjutkan oleh para guru dan pengembara sufi. Kemudian terjadi perkawinan campuran antara
penyebar agama dengan penduduk setempat yang merupakan anak bangsawan
Indonesia, sehingga kedudukan sosial mereka meningkat lebih tinggi.
Setelah para pedagang dan penyebar agama itu memiliki
kedudukan yang cukup kuat, mereka
membangun pusat-pusat pendidikan yang lebih dikenal dengan sebutan pesantren.
Di Tanah Jawa sendiri kedatangan Islam tidak bisa terpisah dengan sentuhan dari
para wali yang lebih dikenal dengan sebutan Wali Sanga (Wali Sembilan)—sebuah
dewan wali yang memiliki otoritas tertinggi dalam keagamaan dan penyebaran agama
pada zamannya. Sebagaimana sebutannya Wali Sanga itu terdiri dari sembilan
wali. Mereka memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di nusantara.
Dan Sunan Kalijaga merupakan salah
satu tokoh sentral dalam proses penyebaran Islam di Tanah Jawa. Dalam
pendekatan untuk mengenalkan agama Islam, Sunan Kalijaga ini memiliki cara yang
unik. Sunan Kalijaga melihat bahwa
masyarakat masih kental dengan tradisi Hindu, Budha dan kepercayaan-kepercayaan
lama. Oleh karena itu dia mencoba menyerap budaya dan tradisi yang sudah ada
untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam.
Menurut Sunan Kalijaga menyampaikan ajaran Islam perlu disesuaikan
dengan keadaan setempat, sedikit demi sedikit. Kepercayaan, ada istiadat, dan
kebudayaan lama tidak harus dihapus. Bahkan diisi dengan unsur dan roh
keislamaan.
Salah satu pendekatan yang dilakukan
Sunan Kalijaga adalah menjadikan wayang kulit sebagai media pendidikan atau
dakwah. Di mana dia menampilkan tokoh-tokoh favorit rakyat dalam kisah dialog
tentang tasawuf dan akhlakul karimah. Selain itu Sunan Kalijaga juga
mengenalkan Islam melalui puisi berbahasa jawa—yang biasanya disebut tembang
macapat—yang sampai saat ini masih banyak dipelajari. Salah satunya adalah
Suluk Kidung Kawedar, yang terdiri dari 46 bait. Keberadaan Suluk Kidung
Kawedar ini, membuat masyarakat senang. Karena Sunan Kalijaga tidak
mengecam kepercayaan sudah ada dalam masyarakat.
Misalnya saja dalam bait pertama
Suluk Kidung Kawedar dipaparkan, “Ana
kidung rumeksa ing wengi/ teguh ayu luputa ing lara/ luputa bilahe kaleh/ jim
setan datan purun/ peneluhan tan ana wani/ miwah penggawe ala/ guna ning wong
luput, geni temahan tirta/ maling adoh tan wani ngarah ing mami/ tuju duduk pan
sarah.”
Bait ini bermakna, “Ada tembang
pujian menjaga malam/ membuat kita selamat dan jauh dari segala penyakit/
terbebas dari segala mara bahaya/ jin dan setan tidak berani/ guna-guna (atau
teluh) tidak mempan/ juga perbuatan buruk, dari orang-orang jahat/ api menjadi dingin bagaikan air/ pencuri
menjauh tiada yang berani mengincar saya/ segala mara bahaya sirna.” (hal
65-66).
Lalu pada bait-bait berikutnya Sunan
Kalijaga mengenalkan tentang sejarah para nabi, sahabat dan keluarganya. Ada
pula dipaparkan para malaikat yang mendampingi kita, pentingnya zikir,
keutamaan surat Al-Ikhlas dan ayat kursi. Tidak ketinggalan dijelaskan juga
tentang ulama-ulama tasawuf yang memiliki peran dalam mengislamkan
jawa, serta menganti sesajen dengan
sedekah.
Namun dalam dakwahnya, Sunan Kalijaga tidak langsung mengecam dan membuang nilai-nilai agama dan
kepercayaan lama yang sudah dianut masyarakat. Yang dilakukan Sunan Kalijaga adalah menyusupkan nilai-niali baru
ke dalam agama, kepercayaan dan tata cara dan adat kebiasaan hidup yang sudah
ada sebelumnya. Dengan metode dakwah ini, maka Nusantara—khususnya pulau Jawa,
diislamkan, sehingga sekarang menjadi
negara dengan penganut agama Islam terbesar di dunia (hal 80).
Buku ini membuktikan bahwa Islam
merupakan rahmatan lil alamin dan berwajah ramah. Cara dakwah Sunan Kalijaga menunjukkan kalau
tidak ada pertumpahan darah atau paksaan, namun dengan taktik modifiksi budaya
yang tidak menyakiti siapapun.
Srobyong,
23 September 2017
Subhanallah indah sekali ya mbak jalan dakwah wali 9 ....tak seperti zaman now malah da,i nya saling mengkafirkan ...
ReplyDeleteSubhanallah indah sekali ya mbak jalan dakwah wali 9 ....tak seperti zaman now malah da,i nya saling mengkafirkan ...
ReplyDeleteIya Mbak, perjuangan mereka, para wali sungguh luar biasa. :)
Delete