Dimuat di Radar Sampit, Minggu 5 November 2017
Judul : The Best of Hercule Poirot
Penulis : Agatha Christie
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, Maret 2017
Tebal : 599 halaman
ISBN : 978-602-03-3871-2
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama, Jepara
Bagi penikmat kisah misteri pasti
sudah tidak asing dengan nama Hercule Poirot. Dia merupakan tokoh fiksi karangan Agatha
Christie—penulis fiksi kriminal asal Inggris, yang mana karya-karyanya selalu
laku dipasaran. Hercule Poirot adalah seorang detektive swasta yang memiliki
kecerdasan dan kejelian dalam menganalisis berbagai masalah. Selain itu dalam memecahkan kasus yang
dihadapi Poirot ini memiliki pendekatan yang berbeda dari kebanyakan detektive.
Dan hal itu-lah yang membuatnya hampir selalu sukses dalam menguak berbagai
kasus misteri.
Membaca jejak petualangan Poirot
rasanya seperti memasuki labirin panjang yang tidak ada ujungnya. Namun begitu
kita tidak pernah merasa bosan. Kenyataan yang ada, kisah-kisah petualangannya
selalu ditunggu. Untuk mengobati kerinduan penggemar Agata Christie, Gramedia
memilih tiga cerita yang paling difavoritkan pembaca untuk dicetak kembali
dalam tampilan yang menyegarkan. Inilah buku “The Best of Hercule Poirot”. Di
mana kisah-kisah yang terpilih adalah ; The Abc Murders (Pembunuhan ABC), Five
Little Pigs (Menguak Pembunuhan), dan Curtain : Poirot’s Last Case
(Tirai). Memang ketiga cerita ini tidak
memiliki kaitan, namun kisah yang dipaparkan sukses memberi ketegangan dan
kejutan menarik dalam penyelesaian kasus. Tidak terduga dan menakjubkan.
Pada cerita The Abc Murders
(Pembunuhan ABC), secara tiba-tiba Poirot mendapat surat kaleng dari seseorang
dengan inisial ABC. “Mr. Hercule Poirot—Anda menganggap Anda
dapat memecahkan misteri-misteri yang bahkan terlalu rumit bagi polisi Inggris
kamu yang dungu, bukan? Mari kita buktikan, Mr. Clever Poirot, sampai mana
kepintaran Anda. Mungkin bagi Anda kasus ini tidak terlalu sulit untuk
dipecahkan. Berhati-hatilah terhadap apa yang akan terjadi di Andervon pada
tanggak 21 bulan ini.” (hal 16).
Arthur Hastings, sahabat Poirot
menganggap kalau surat itu hanya pekerjaan orang iseng. Begitu pula
dengan polisi yang juga telah melihat surat tersebut. Hal itu sangat
berbanding terbalik dengan pendapat Poirot. “Ada sesuatu
mengenai surat ini yang tidak aku sukai .... Bukan karena naluri. Lebih
tepatnya adalah pengetahuanku—pengalamanku—yang mengatakan padaku bahwa
ada sesuatu yang salah dalam surat ini—“
Dan ternyata dugaan Poirot tidak
meleset pada tanggal 21 di Andover dia mendapat laporan bahwa seorang wanita
tua bernama Ascher, yang membuka toko kecil serta menjual tembakau dan surat
kabar, ditemukan terbunuh (hal 24). Di
sana tidak ada petunjuk apapun kecuali, sebuah buku panduan kereta api dan
panduang itu memang ABC. Bersama
Hastngs, Poitor mencoba mengungkapkan fatka di balik pembunuhan itu. Karena
ternyata pembunuhan yang terjadi itu tidak sesederhana dari apa yang terlihat.
Lalu pada kisah kedua Five Little
Pigs (Menguak Pembunuhan), di sini Poirot mendapat permintaan dari Carla
Lemarchat untuk mengungkap kebenaran di balik pembunuhan yang dilakukan ibunya—Caroline
Crale enam belas tahun yang lalu. Carla tidak percaya bahwa ibunya telah
membunuh ayahnya—Mr. Crale. Dia suda
bertekad bulat, apapun hasilnya dia harus mengetahui kebenaran itu.
Poirot pun mulai mendatangi siapa
saja yang memiliki keterkaitan dengan kejadian itu. di sana Poirot mendapat
kenyataan bahwa Caroline berada pada pihak yang disudutkan dan memang semua
bukti menunjukkan kalau Caroline
adalah pembunuhnya.
“Kenyataan ini mungkin menyakitkan
tetapi saya selalu berprinsip kebenaran harus diutamakan. Kendati tujuan baik,
kedustaan akan bahaya. Setiap orang harus berani menghadapi kenyataan. Tanpa keberanian,
hidup takkan mempunyai arti.”
(hal 362).
Dan terakhir adalah Curtain :
Poirot’s Last Case (Tirai). Saya merasa
kisah ini yang paling mendebarkan. Karena lokasi kejadian kali ini juga
memiliki sejarah tersendiri bagi Arthur
Hastings dan Poirot. Saat itu Poirot tengah menghadapi kelihaian seorang
pembunuh yang lebih suka Poirot sebut X. Karena perbuatan si X banyak korban
berjatuhan. Hanya saja dalam usahanya menemukan X di sana ada Judith—putri Hastings yang bisa jadi adalah
pelaku. “Jangan terburu nafsu Sobat. Aku
mohon kau jangan berbuat kesalahan yang tidaaak mau kubukukan untukmu.” (hal
449).
Ketiga kisah ini benar-benar
mendebarkan dan tidak terduga. Diterjemahkan dengan bahasa yang mudah dipahami,
membuat kita terasa nikmat saat membaca. Beberapa kesalahan tulis yang ada
tidak mengurangi kenikmatan saat membacanya. Dari kisah-kisah ini saya
menyadari hal yang paling berbahaya yang bisa menuntun seseorang penjadi
pembunuh adalah cinta dan harta.
Srobyong, 24 September 2017
Wahh kayakny seru nih.. gw harus baca bukunya nih...
ReplyDeleteYup, seru banget. Monggo diburu bukunya 😊😄
Delete