Dimuat di Harian Bhirawa, Jumat 28 September 2018
Judul : Lepas dari Lapas Hidup
Penulis : KH. Adrian Mafatihallah Kariem,
MA
Penerbit : Republika
Cetakan : Pertama, Maret 2017
Tebal : xviii +446 halaman
ISBN : 978-602-0822-242-6
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumi Univeristas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
“Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekadar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan
kelapangan sesudah kesempitan.” (hal x).
Dalam hidup ini kita tidak mungkin terhindar dari
berbagai masalah. Silih berganti
berbagai masalah akan hadir dan menjadi bumbu kehidupan kita. Tinggal bagaimana
kita menghadapinya. Apakah kita siap untuk mengatasinya atau memilih pasrah
menyerah dengan keadaan yang ada.
Kita pasti menyadari bahwa untuk menjadi sosok yang
pandai bersyukur, sabar dan ikhlas bukanlah perkara mudah. Namun, bukan berarti
kita tidak bisa melakukannya. Islam sebagai ajaran suci memberikan terapi
kehidupan, sarat kebahagian sejati yang menjadi dambaan setiap insan. Buku ini
hadir menyajikan risalah-risalah indah agar hidup kita tak gundah, bisa lepas
dari lapas masalah. Siap tampil berjuang mencari solusi tidak terisolasi dari
masalah (hal xi).
Di antaranya, kita bisa memulainya dengan berlatih
bersyukur. Di sadari atau tidak banyak
orang yang berbahagia tetapi belum tentu bersyukur, sebaliknya orang yang
bersyukur hidupnya dijamin akan berbahagia. Syukur memilih kekuatan bagi kita
dalam menghadapi berbagai masalah yang kita hadapi. Perlu kita catat orang yang senantiasa
bersyukur dengan apa yang ada akan tetap survive dalam keadaan snang dan
susah sekalipun. Perjalanan hidupnya diberikan kekuatan keberanian melewati
tantangan, walau batu karang kebencian dan fitnah menghadang (hal 10).
Dengan bersyukur maka kita akan tumbuh sukap qanaah
(kepuasan jiwa), kemudian akan tercipta istiqamah (konsisten) dan
memiliki semangat intropeksi sebagai senjata ampuh melumpuhkan musuh
keserakahan dan keangkuhan. Di sisi lain sikap syukur, akan mendekatkan kita
kepada Allah (hal 11).
Penulis menjelaskan, bahwa “hamba yang bersyukur,
lisannya kana bertutur teratur, pikirannya terukur, pergerakannya sesuai alur,
hatinya tertanam sifat-sifat luhur. Sebaliknya, hamba yang kufur, lisannya akan
ngelantur, pikirannya ngawur, hatinya takabur, tingkahnya lakunya tidak
tercerminkan budi pekerti yang luhur, sudah pastinya hidupnya akan hancur
lebur.” (hal 16).
Kemudian kita harus membiasakan berterima kasih.
Berterima adalah ajaran mengagumkan yang menjadikan seseorang beruntung dan
hidup tambah babagia, hati lega, lapang jiwa. Tahu berterima kasih menunjukkan
bahwa kita termasuk pribadi yang mulia, lepas dari kata terhina, gengsi,
perasaan malu. Kita tidak perlu merasa malu ketika mendapat bantuan orang lain.
Sebaliknya kita harus bersyukur dengan mengucapkan terima kasih kepada siapa
saja yang telah menolong kita. Kita
mengucapkan hamdalah atas rahmat yang Allah berikan.
Tidak kalah penting adalah berbakti kepada orangtua.
Kita pasti sudah sering mendengar bahwa rida Allah terletak pada ridah orangtua
dan murka Allah terletak pada kemurkaan orangtua. Maka sudah semestinya kita
harus selalu berbuat baik dan jangan pernah sekali-kali membatah orangtua. Dari
rida mereka-lah hidup kita bisa menjadi berkah. Sebaliknya jika kita bersikap
kasar dan bahkan durhaka, maka dipastikan hidup kita pun jadi tidak berkah,
rezeki sulit didapat, kehidupan penuh masalah, kesukaran selalu menghadang
langkah kita.
Selain beberapa hal yang sudah dipaparkan tentu saja
masih banyak risalah lain yang sangat membangun dan memotivasi. Semisal tentang
pentingnya memiliki keyakinan tinggi dari motivasi diri bahwa tidak ada yang
tak mungkin tercapai kalau tertanam tekad pasti bisa. Ada pula kepercayaan diri
bahwa kita memiliki segudang keunggulan yang bisa diexplorasi untuk ditebar
manfaatnya. Atau adapula nasihat bagi
kita untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap masalah. Kita harus berani menghadapi masalah meskipun
nanti hasilnya tidak sesuai harapan kita, dan masih banyak lagi.
“Kalah sebelum bertanding itu namanya kemalangan.
Sebaliknya berani bertanding itu namanya indah meraih kemenangan.”
(hal 149).
Buku ini sangat membantu kita untuk mulai berikhtiar
dalam usaha memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih baik. Kita diajak untuk menjadi pribadi tangguh
yang tidak mudah terbelenggu berbagai masalah. Dilengkapi dengan kisah-kisah
inspiratif dan quote yang membangun, menjadi nilai lebih buku ini.
Srobyong, 18 Agustus 2018
No comments:
Post a Comment