Dimuat di Koran Jakarta Rabu, 5 September 2018
Judul : The Book of Ikigai
Penulis : Ken Mogi, Ph.D.
Penerjemah : Nuraini Matsura
Penerbit : Noura Books
Cetakan : Pertama, Juni 2018
Tebal : 200 halaman
ISBN : 978-602-385-415-8
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Salah satu cara agar kita bisa meraih kesuksesan
adalah dengan menerapkan ikigai dalam kehidupan sehari-hari. Ikigai sendiri adalah istilah Jepang untuk
menjelaskan kesenangan dan makna kehidupan. Secara sederhana ikigai adalah
filosofi Jepang yang memberikan motivasi, semangat, gairah dan tujuan untuk
menjalani hidup. Di mana dengan ikigai, kita bisa menjalani hidup yang lebih
menyenangkan, bisa terhindari dari stres bahkan kita bisa meraih kesuksesan.
Dengan penjelasan yang terperinci dan mudah
dipahami, Ken Mogi dengan bukunya, The Book of Ikigai mencoba menunjukkan
tentang peran penting ikigai dalam meraih kesuksesan, dan kisah-kisah
inspiratif pelaku ikigai yang patut kita teladani. Dijelaskan pula lima pilar
yang harus kita lakukan ketika ingin menerapkan ikigai agar kita sukses.
Pertama, mengawali dengan hal yang kecil. Misalnya kebiasaan bangun pagi. Disadari atau
tidak kebiasaan bangun pagi akan membuat kita selangkah lebih depan dari pada
orang-orang yang terbiasa bangun siang. Sebagaimana yang dilakukan oleh Jiro
Ono, pemilik Sukibayasi Jiro, restoran sushi. Dia selalu bangun pagi agar bisa
pergi ke pasar untuk mendapatkan ikan terbaik. Dia juga tidak segan untuk
memijit daging gurita selama satu jam, agar hasilnya lebih lezat. Dia juga
tidak segan membersihkan sisik dan usus
ikan demi menghasilkan sushi yang nikmat (hal 7).
Kebiasaan sederhana itu, merupakan salah satu kunci
sukses yang mengangtarkan Jiro Ono,
sebagai chef bintang-tiga-Michelin
dan restorannya menjadi yang terbaik di dunia. Ada pula Hiroki Fujita, yang
berdagang tuna di pasar ikan Tsukiji yang terkenal di Tokyo. Dia selalu bangun pagi agar bisa memperoleh
tuna terbaik. Fujita menyadari seni
memilih tuna itu sangat rumit. Jika dia bangun terlambat, bisa jadi dia tidak
akan mendapatkan tuna terbaik, dan tidak memperoleh keuntungan. Di Jepang sendiri kebiasaan bangun pagi
memang sudah menjadi kebiasaan sejak masa era Edo (1603-1868) ketika Jepang
diperintah oleh Keshogunan Tokugawa. Di
mana hal ini dilakukan demi meraih kesuksesan dalam bidang pertanian (hal 27).
Kedua, membebaskan diri sendiri. Artinya kita tidak memedulikan definisi
sosial, baik masalah pangkat atau profesi. Menurut Mihaly Csikzentmihalyi,
seorang psikolog Amerika kelahiran Hungaria, membebaskan diri sendiri berarti
kita berada pada kondisi flow (mengalir).
Di mana kita tidak memerlukan pengakuan
untuk hasil kerja atau upaya yang telah kita lakukan. Kita larut dalam
aktivitas sehingga rasanya tidak ada yang
lebih penting (hal 78).
Seperti Sei
Shinagon yang nyaris tidak pernah
merujuk posisinya di masyarakat dalam keseluruhan The Pillow Book.
Padahal dia merupakan penulis cerita film-tersebut. Hal itu juga berlaku bagi Jiro Ono, yang
tidak memedulikan posisinya sebagai seorang chef hebat. Baginya yang
terpenting adalah selalu menghasilkan sushi terbaik, agar siapa saja yang
menikmatinya bisa merasakan kenikmatan dan kelezatannya.
Ketiga, keselarasan dan kesinambungan. Yaitu kita bisa menyesuaikan diri dalam
berbagai lingkungan masyarakat dan siap untuk melanjutkan kebiasaan yang sudah
ada tersebut. Mengingat di Jepang memang kaya akan adat dan budaya. Seperti
kebiasan dalam minum teh juga olahraga sumo. Keselarasan dan kesinambungan
merupakan etos terpenting dan unik dari cara berpikir masyarakat Jepang.
Sikap inilah yang dipertahankan Ono dalam
menjalankan restorannya. Dia melestarikan salah satu makanan khas di Jepang
dengan sushinya. Dia berusaha menghasilkan sushi terbaik agar siapa saja yang
menikmatinya merasa senang dan puas. Dia mengerjakannya dengan sungguh-sungguh,
hingga masih bertahan hingga sekarang. Karena hal itu pula-lah Jiro Ono
berhasil meraih kesuksesan.
Selain tiga pilar tersebut masih ada dua pilar lagi
yaitu kegembiraaan dari hal-hal kecil dan hadir di tempat dan waktu sekarang.
Semuanya saling melengkapi dan jika kita menerapkannya maka kita pun bisa
meraih kesuksesan. Dan kita tidak perlu khawatir ikigai ini bukan hanya bisa
dimiliki oleh orang Jepang. Karena setiap manusia juga bisa memiliki ikigai
sendiri. Secara keseluruhan buku ini
mengajarkan kita untuk menerima diri
sendiri dalam melakukan sebuah pekerjaan.
“Rahasia terbesar ikigai adalah menerima diri
sendiri, apa pun ciri-ciri unik yang mungkin kita miliki semenjak lahir.” (hal
183).
Srobyong, 24 Agustus 2018
No comments:
Post a Comment