Dimuat di Kedaulatan Rakyat, Minggu 2 September 2018
Judul : Patah Hati di Tanah Suci
Penulis : Tasaro GK
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : Pertama, Juli 2018
Tebal : viii + 332 halaman
ISBN : 978-602-291-411-2
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam
Nahdlatul Ulama, Jepara
Salah satu impian
besar dari banyak umat Islam
adalah beribadah di tanah suci. Karena di sanalah kita bisa menggenapkan
rukun Islam. Kita juga bisa merasakan jejak perjuangan Nabi Muhammad ketika
menyebarkan Islam. Berkesempatan
beribadah di sana, merupakan anugerah yang luar biasa. Karena Makkah dan
Madinah, merupakan rumah Allah. Tempat
suci yang menyimpan banyak berkah.
Akan tetapi saat ini untuk bisa berhaji kita perlu
menunggu puluhan tahun. Hal ini terjadi
karenanya melonjaknya peminat haji, sedang daya tampung di Makkah dan Madinah
tidak memadahi. Dan hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, di berbagai
negara atau benua lain juga mengalami keadaan yang sama. Untuk mengakali
lamanya penantian masa haji, maka sebagian umat Islam memilih melakukan umrah.
Karena prosesnya tidak terlalu lama dan kita tetap bisa berbidah ke tanah
suci.
Buku karya Tasaro GK ini merupakan kisah perjalan
yang dia alami ketika menjejakkan di tanah suci untuk menjalankan ibadah umrah.
Kisah-kisah inspiratif yang tersemat baik ketika mengunjungi Madinah juga
Makkah. Berbagai pengalaman menarik yang dia alami dipaparkan dengan apik dan
menarik. Di sisi lain buku ini juga
merupakan curhat penulis dalam mengenang kisah ayahnya dan luapan rindu kepada
Baginda Nabi Muhammad saw. Melalui buku
ini kita bisa menikmati kisah inspiratif penulis dalam banyak aspek.
Penulis berkata, “Bagiku, seburuk apa pun keadaan
di Tanah Suci. Jika itu membuat seseorang menemukan momentum spiritualnya, masih jauh lebih bagus
dibandingkan sebaliknya.” (hal 51).
Ada kisah yang menurut saya sangat menarik, tentang
suara-suara anak kecil yang membuat penulis akhirnya terbangun dan menjalankan
shalat malam di Masjid Nabawi. Ada pula, kejadian tidak terduga, di mana penulis
mendapat kucuran dana dari para sahabatnya, setelah dia sempat menyedekahkan
uangnya demi menolong orang lain, sebelum berangkat bahkan ketika sudah di
Makkah-Madinah. Tidak kalah menarik, ada juga peringatan tegas yang didapat
penulis, ketika hatinya merasa kurang kyusuk saat beribadah.
Kisah-kisah ini menjadi penanda, bahwa Allah selalu
memerhatikan umat-Nya. Allah membalas langsung apa yang kita niatkan dan apa
yang sudah kita perbuat. Selain beberapa
kisah tersebut, tentu saja masih banyak cerita lain yang tidak kalah menarik
dan menggugah. Di sisi lain kita juga
dibuat terharu akan curhatan penulis dalam mengungkap rindu juga mengungkap
maaf bagi sang ayah.
Penasaran bagaimana curhatan Tasaro terhadap
ayahnya? Buku ini akan menjawab semuanya. Meski sedikit banyak saya kurang suka
dengan gaya bahasa bercerita penulis,
yang kurang lugas, saya terhibur dengan pesan-pesan moral yang
dipaparkan penulis. Indah dan penuh hikmah.
Srobyong, 10 Agustus 2018
buku yang sangat menarik, hmm tapi banyak yang tidak suka dengan gaya kepenulisannya yah... tetapi kisah ini ke tanah suci merupakan cerita ajaib yang ingin dibaca setiap orang
ReplyDeleteIya ini seharunya buku yang menarik. Karena kisah di tanah suci itu selalu bikin setiap orang penasaran. Namun kalau selera saya memang kurang suka dengan cara berceritanya. Mungkin kembali pada selera,juga sih. :)
Delete