Wednesday 3 October 2018

[Resensi] Orangtua Tidak Boleh Pilih Kasih

Dimuat di Kabar Madura, Senin 17 September 2018


Judul               : Still into You
Penulis             : Yenny Marissa
Penerbit           : Bentang Pustaka
Cetakan           : Pertama, Agustus 2017
Tebal               : x + 330 halaman
ISBN               : 978-602-430-156-9
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara



Pola asuh orangtua terhadap anak memiliki dampak yang besar dalam tumbuh kembang anak. Ketika anak diasuh dengan sikap demokratis, maka hal itu bisa membangun anak menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Jika anak diasuh dengan sikap otoriter, maka anak akan tumbuh menjadi seorang disiplin, namun memiliki kecenderungan suka memberontah. Dan ketika diasuh dengan cara permisif—atau memberi kebebasan anak secara berlebihan—hal ini akan mendidik anak menjadi sosok yang tidak bisa dikendalikan.

Selain itu perlu kita ingat juga dalam mengasuh anak, orangtua sebisa mungkin tidak boleh bersikap pilih kasih. Orangtua harus bersikap adil kepada anak. Jangan karena anak memiliki kekurangan, orangtua lebih memanjakan anak lain yang berprestasi. Karena hal ini bisa menimbulkan sikap iri dan rendah diri kepada anak.

Novel karya Yenny Marissa ini selain mengusung tema umum—cinta—novel ini juga memadukannya dengan masalah pelik keluarga, khususnya tentang cara asuh orangtua pada anak.  Sebuah kisah yang cukup menarik dan membuat kita berpikir ulang tentang pentingnya pola asuh yang benar. Orangtua tidak boleh egois dan hanya mementingkan pemikiran sendiri, tanpa memikirkan perasaan anak.

Novel ini berkisah tentang kisah cinta remaja yang penuh intrik serta tantangan. Bagi Arkan, masa lalu sudah semestinya dihapus atau lebih kejamnya dibuang. Tidak perlu diingat-ingat apalagi sampai mengulang kisah yang sama (hal 1). Akan tetapi pemikirannya itu berubah ketika dia harus bertemu lagi dengan Revi, mantan pacarnya semasa SMP. Pertemuan kembalinya dengan sang mantan, memicu semangat Arkan untuk berusaha merebut kembali hati, cewek yang sudah pernah dia sakiti sebelumnya.

Namun pertanyaanya, berhasilkan Arkan dengan misinya, ketika Revi yang sekarang sangat berbeda dengan sosok yang dikenalnya di masa lalu? Belum lagi sikap Revi yang jutek, cuek dan galak pada Arkan.   Di sini kesabaran Arkan benar-benar diuji. Apakah dia akan tahan dengan sikap Revi  atau memilih menyerah dan melepaskan masa lalunya.

Di sisi lain, Revi yang saat itu tengah dikejar-kejar Arkan, malah sering jalan bareng dengan Nathan, sahabat Arkan, karena mereka kebetulan berada pada satu klub yang sama. Siapa sih yang bisa menjamin ketika cowok dan cewek sering jalan berdua? Inilah hal yang paling Arkan takutnya.  Keduanya adalah sosok yang sangat penting bagi dirinya.

Sedang bagi Revi sendiri, saat itu dia tidak ingin diganggu dengan urusan cinta. Satu luka yang saat ini tengah dia hadapi lebih dari cukup. Dia tidak mau menambah lagi, jika nantinya dia kembali disakiti. Revi seolah merasa trauma, akibat sikap orang-orang yang paling dekat dengan dirinya. Dia tidak pernah menyangka, pilihannya untuk tinggal bersama orangtuanya, ternyata malah menyakitinya.

Sejak dulu Revi hanya ingin keberadaanya diakui oleh orangtuanya. Dia ingin mendapat perhatian yang sama sebagaimana Shevi, kakaknya. Sayangnya harapan itu tidak pernah dia dapat bahkan ketika mereka tinggal bersama. Shevi tetap satu-satunya orang yang diperhatikan orangtuanya. Yang lebih menyakitkan adalah, ketika tanpa sengaja dia mengetahui alasan  orangtuanya, kenapa tiba-tiba dia diminta tinggal bersama mereka, setelah bertahun-tahun dititipkan di rumah neneknya. (hal 117-118).  Kadang Revi  berpikir apakah dia harus sakit dulu baru orangtunya peduli padanya.

Cukup seru dan bikin penasaran  dengan akhir kisahnya. Hanya saja, pada beberapa bagian novel ini terasa cukup lambat. Selain itu ada beberapa kata-kata yang menurut saya terlalu kasar diucapkan remaja. Namun lepas dari kekurangannya, novel ini cukup bersih dari salah ketik. Penulis lihai dalam bermain kata. Secara keseluruhan, bagi penikmat kisah romance, novel ini bisa dijadikan salah satu pilihan.

dari kisah ini, selain kita bisa belajar tentang masalah pola asuh yang sudah saya paparkan di atas, di sini kita juga belajar pentingnya merasakan kebahagiaan dengan mensyukir apa yang kita miliki. “Sederhana saja, jika ingin bahagia, buatlah kebahagiaan itu. Jangan pernah menunggu keadaan karena keadaan itu sesuatu yang tidak pasti. Sesuatu itu abu-abau. Intinya, bahagia itu pilihan.” (hal 78).

Srobyong, 11 Agustus 2018

No comments:

Post a Comment