Dimuat di Kabar Madura, Senin 17 September 2018
Judul : Still into You
Penulis : Yenny Marissa
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : Pertama, Agustus 2017
Tebal : x + 330 halaman
ISBN : 978-602-430-156-9
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Pola asuh orangtua terhadap anak memiliki dampak
yang besar dalam tumbuh kembang anak. Ketika anak diasuh dengan sikap
demokratis, maka hal itu bisa membangun anak menjadi pribadi yang bertanggung
jawab. Jika anak diasuh dengan sikap otoriter, maka anak akan tumbuh menjadi
seorang disiplin, namun memiliki kecenderungan suka memberontah. Dan ketika
diasuh dengan cara permisif—atau memberi kebebasan anak secara berlebihan—hal
ini akan mendidik anak menjadi sosok yang tidak bisa dikendalikan.
Selain itu perlu kita ingat juga dalam mengasuh anak,
orangtua sebisa mungkin tidak boleh bersikap pilih kasih. Orangtua harus
bersikap adil kepada anak. Jangan karena anak memiliki kekurangan, orangtua
lebih memanjakan anak lain yang berprestasi. Karena hal ini bisa menimbulkan
sikap iri dan rendah diri kepada anak.
Novel karya Yenny Marissa ini selain mengusung tema
umum—cinta—novel ini juga memadukannya dengan masalah pelik keluarga, khususnya
tentang cara asuh orangtua pada anak.
Sebuah kisah yang cukup menarik dan membuat kita berpikir ulang tentang pentingnya
pola asuh yang benar. Orangtua tidak boleh egois dan hanya mementingkan
pemikiran sendiri, tanpa memikirkan perasaan anak.
Novel ini berkisah tentang kisah cinta remaja yang
penuh intrik serta tantangan. Bagi Arkan, masa lalu sudah semestinya dihapus
atau lebih kejamnya dibuang. Tidak perlu diingat-ingat apalagi sampai mengulang
kisah yang sama (hal 1). Akan tetapi pemikirannya itu berubah ketika dia harus
bertemu lagi dengan Revi, mantan pacarnya semasa SMP. Pertemuan kembalinya
dengan sang mantan, memicu semangat Arkan untuk berusaha merebut kembali hati,
cewek yang sudah pernah dia sakiti sebelumnya.
Namun pertanyaanya, berhasilkan Arkan dengan
misinya, ketika Revi yang sekarang sangat berbeda dengan sosok yang dikenalnya
di masa lalu? Belum lagi sikap Revi yang jutek, cuek dan galak pada Arkan. Di sini kesabaran Arkan benar-benar diuji.
Apakah dia akan tahan dengan sikap Revi
atau memilih menyerah dan melepaskan masa lalunya.
Di sisi lain, Revi yang saat itu tengah
dikejar-kejar Arkan, malah sering jalan bareng dengan Nathan, sahabat Arkan,
karena mereka kebetulan berada pada satu klub yang sama. Siapa sih yang bisa
menjamin ketika cowok dan cewek sering jalan berdua? Inilah hal yang paling
Arkan takutnya. Keduanya adalah sosok
yang sangat penting bagi dirinya.
Sedang bagi Revi sendiri, saat itu dia tidak ingin
diganggu dengan urusan cinta. Satu luka yang saat ini tengah dia hadapi lebih
dari cukup. Dia tidak mau menambah lagi, jika nantinya dia kembali disakiti.
Revi seolah merasa trauma, akibat sikap orang-orang yang paling dekat dengan
dirinya. Dia tidak pernah menyangka, pilihannya untuk tinggal bersama
orangtuanya, ternyata malah menyakitinya.
Sejak dulu Revi hanya ingin keberadaanya diakui oleh
orangtuanya. Dia ingin mendapat perhatian yang sama sebagaimana Shevi,
kakaknya. Sayangnya harapan itu tidak pernah dia dapat bahkan ketika mereka
tinggal bersama. Shevi tetap satu-satunya orang yang diperhatikan orangtuanya.
Yang lebih menyakitkan adalah, ketika tanpa sengaja dia mengetahui alasan orangtuanya, kenapa tiba-tiba dia diminta
tinggal bersama mereka, setelah bertahun-tahun dititipkan di rumah neneknya.
(hal 117-118). Kadang Revi berpikir apakah dia harus sakit dulu baru
orangtunya peduli padanya.
Cukup seru dan bikin penasaran dengan akhir kisahnya. Hanya saja, pada
beberapa bagian novel ini terasa cukup lambat. Selain itu ada beberapa
kata-kata yang menurut saya terlalu kasar diucapkan remaja. Namun lepas dari
kekurangannya, novel ini cukup bersih dari salah ketik. Penulis lihai dalam
bermain kata. Secara keseluruhan, bagi penikmat kisah romance, novel ini bisa
dijadikan salah satu pilihan.
dari kisah ini, selain kita bisa belajar tentang
masalah pola asuh yang sudah saya paparkan di atas, di sini kita juga belajar
pentingnya merasakan kebahagiaan dengan mensyukir apa yang kita miliki. “Sederhana
saja, jika ingin bahagia, buatlah kebahagiaan itu. Jangan pernah menunggu
keadaan karena keadaan itu sesuatu yang tidak pasti. Sesuatu itu abu-abau.
Intinya, bahagia itu pilihan.” (hal 78).
Srobyong, 11 Agustus 2018
No comments:
Post a Comment