Judul :
Promise ; This Is Not Only About Love
Penulis :
Dwitasari
Ide Cerita :Sukhdev & Dwitasari
Penerbit : Loveable
Cetakana : Pertama, 2016
ISBN : 978-602-6922-44-1
YOGYAKARTA, Rahman (Dimas Anggara) seorang cowok
Jogja yang berwajah tampan namun lugu dan sederhana, sangat berbeda dengan
sahabatnya sejak kecil yaitu Aji.
Aji (Boy Wiliam) yang playboy dan suka bergonta-ganti pacar. Aji
selalu punya keinginan agar Rahman bisa menjadi seperti dirinya. Bisa merasakan
cinta dan memiliki wawasan yang lebih luas lagi, namun dengan cara yang salah.
Tetapi, cara Aji mengubah Rahman justru menjadi awal kejadian yang mengubah
hidup Rahman secara drastis. Tanpa disadari, malam itu membuat ayahnya marah
kepada Rahman dan semenjak itu pula Rahman tidak bertemu aji lagi.
MILAN, 18 belas bulan kemudian, adalah kota di mana
saat ini Rahman kuliah dan juga bekerja paruh waktu di sebuah toko klontong.
Kanya (Amanda
Rawles) adalah gadis Jawa
blasteran yang sejak usia 10 tahun tinggal di Eropa dan harus pulang ke Jogja
untuk mendengarkan sebuah wasiat dari ibunya. Dan, ibunya berharap Kanya tidak
kembali lagi ke Eropa untuk menjalankan wasiat tersebut.
Moza (Mikha
Tambayong) adalah teman kuliah
Rahman yang selalu punya perasaan lebih kepada Rahman. Tapi, Moza melihat ada
sebuah teka-teki di hidup Rahman yang tidak dia ketahui jawabannya.
ISTANBUL, Salsabila
(Mawar De Jongh)
adalah salah satu murid di pesantren ayah Rahman, yang jatuh cinta kepada
Rahman dan dia menitipkan sebuah surat untuk Rahman melalui Aji. Suatu ketika
di malam hari, Rahman menerima telepon dan ternyata dari Aji. Rahman merasakan
perubahan dari sahabatnya itu, bahkan pertemuan Aji dan Rahman tidak seperti
dulu lagi. Moza pun baru tahu siapa Rahman sebenarnya saat itu dan siapa
perempuan yang dicintainya.
~*~
Novel ini mengisahkan
tentang Rahman, anak dari Pak Purnomo,
yang memiliki pondok pesntren di Yogyakarta. Dia memiliki seorang teman bernama
Aji yang playboy. Aji selalu berusaha meracuni pemikiran Rahman yang polos agar
mau seperti dirinya. Prinsip Aji adalah menikmati hidup dengan senang-senang.
Lagipula hidup itu cuma sekali, jadi harus dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya
adalah dengan pacaran. Misalnya dengan Salsabila, santi bapaknya yang sudah
lama menyukai Rahman.
“Kamu ikut gaya dan
cara aku nyarai pacar, supaya hidup kamu nggak datar-datar aja kayak jalan tol.” ( hal.48)
Hal ini tentu saja
ditolak mentah-mentah oleh Rahman. Baginya pacaran itu mendekati zina. Namun bukan Aji kalau mudah menyerah. Jika
Rahman tidak mau pacaran, maka berbagai cara akan dia lakukan untuk membujuk
sahabatnya itu. Aji memberikan DVD porno pada Rahman.
Sebuah petaka pun
muncul. Pak Purnomo memergoki Rahman memiliki DVD itu. Rahman pun di sidang
bapaknya. Sampai sebuah keputusan dari bapaknya membuat Rahman lemah karena harus
dinikahkan di usia muda.
Dari Yogyakarta,
lalu setting berganti ke Milan. Rahman tengah menyelesaikan pendidikannya arsitektur di
sana. Sekaligus mencari seseorang yang sangat dirindukan. Di sana Rahman
mengenal Moza yang diam-diam menyukai
Rahman. Dalam pencariannya siapa sangka Rahman
malah bertemu dengan Aji dan melihat sebuah kenyataan yang tidak terduga.
Novel ini dibuka
dengan prolog memikat. Memakai pov campuran satu dan dua, membuat pembaca
penasaran dengan apa yang terjadi dalam kisah itu. Namun pada kisah seterusnya
ceritanya terasa agak membosankan. Dan saya kurang suka dengan eksekusi ending.
(Mungkin hanya saya saja)
Hal yang merasa
ganjalan saya adalah tentang sikap Rahman yang sangat berubah. Di mana keluguan
Rahman? Dia dikatakan sebagai seorang yang dididik dengan agama yang kental,
namun hal itu sudah tidak terlihat lagi ketika dirinya berada di Milan. Rasanya
sangat timpang ketika dijeskan pada bab awal kalau Rahman itu sosok yang sangat
memegang teguh ajaran agama.
Saya juga merasa
ada lubang dari kepergian Kanya yang terlalu tiba-tiba dan tanpa dijelaskan
dengan alasan yang logis kenapa dia pergi. Lalu kenapa dia kembali ke Milan.
Banyak pertanyaan yang tidak saya temukan dalam novel ini.
Di sini tokoh yang
lebih berperan banyak adalah Rahman, Moza dan Aji. Sedangkan Kanya dan
Salsabila terasa hanya pemanis yang muncul sesekali.
But, lepas dari itu
... novel ini memiliki keunikan dengan layout yang manis. Gaya penceritaan bagus. Juga quote-quote yang
memikat. Jadi bagi yang suka romance bisa menjadikan buku ini sebagai salah
satu alternatif bacaan. Oh ya novel ini juga difilmakan. Semoga pada filmnya
pertanyaan-pertanyaan saya yang memenuhi kepala bisa terjawab. Saya belum nonton filmnya.
Yang saya pelajari
dari novel ini adalah tentang usaha untuk menjadi seseorang yang ikhlas dan
tidak mudah menyerah.
Saya penasaran sama filmnya. Tapi barusan lihat trailernya sekilas kok kayak enggak greget.
ReplyDeleteSaya belum lihat trailernya, jadi pengen lihat dulu buat pertimbangan
DeleteWah, saya malah berlum pernah nonton😁
ReplyDelete