Monday, 24 December 2018

[Review Buku] Menjadi Pribadi yang Sabar dan Ikhlas

Judul               : Lepaskan, Relakan, Ikhlaskan
Penulis             : @temupenulis
Penerbit           : Laksana
Cetakan           : Pertama, Januari 2018
Tebal               : 316 halaman
ISBN               : 978-602-407-290-2


Dalam hidup ini, tidak mungkin semua bisa berjalan lurus. Pasti suatu kali akan ada riak atau kerikil yang menjadi batu sandungan kita. Ada cobaan yang akan memberi kita kekuatan dan mengajarkan arti syukur serta keikhlasan. Karena memang begitulah kodrat hidup manusia. Ada suka ada duka. Ada cobaan juga pasti ada penyelesaian.   Buku  based on true story ini, dengan paparan yang lugas, renyah dan tidak menggurui memberikan banyak pembelajaran kepada kita tentang pentingnya sikap sabar dan ikhlas. Bahwa di balik sebuah cobaan, pasti akan ada hikmah yang bisa kita ambil dan teladani.

Misalnya saja kisah dari  Dwi Suwiknyo berjudul “Berdamai dengan Diri Sendiri” dalam kisah ini kita akan dihadapkan pada masalah sebagian banyak anak SMA yang mengalami dilema dalam menentukan jurusan kelas—apakah memilih kelas IPA, yang terkenal dihuni para anak-anak berprestasi, atau memilih kelas IPS, yang lebih sering disebut sebagai kelas buangan.   Atau ketika kita harus memilih universitas juga fakultas favorit. Inilah yang dilema yangdialami Dwi. Dia sudah sangat yakin dengan pilihannya masuk IPS dan akan melanjutkan ke STAN. Akan tetapi ternyata Tuhan memiliki rencana yang lain.  (hal 27).

Ternyata, dia gagal masuk STAN. Meski sedih, dia memilih segara bangkit, berusaha merelakan, melepas dan ikhlas akan semua ketentuan Allah. Dia percaya Allah pasti memiliki rencana lebih indah dari apa yang dia rencanakan.

Ada pula kisah dari Redy Kuswanto “Ketika Kenyataan Tak Sesuai Harapan” pada kisah ini kita akan dibuat hanyut oleh kisah yang mengharukan dari penulis yang pernah menjadi jawara lomba “Seberapa Indonesiakah Dirimu?” yang diadakan Penerbit Tiga Serangkai. Di mana dipaparkan sejak awal kedatangan Redy dari tanah rencong adalah untuk melanjutkan pendidikan strata satu. Namun ketika sampai di Yogyakarta, ternyata pendafataran untuk universitas dan fakultas idamannya sudah tutup. Redy merasa sedih dan kecewa. Namun dia tidak mau terlarut dalam kesedihan. Dia mencari jalan lain yang mungkin bisa dia tempuh. Dia memilih melanjutkan sekolah D1. Hanya saja pilihan itu, malah membuat dia dibenci oleh Yandi dan Desi—dua temannya, seperjalanan dari Aceh ke Yogjakarta.

Meski begitu, Redy tetap memilih lanjut dan bertahan. Namun berbagai cobaan tidak terduga kembali menerjangnya. Dimulai dari seretnya kiriman orangtua, hingga masalah penyerangan GAM—Gerakan Aceh Merdeka—yang  berimbas pada keluarganya. Di sinilah kesabaranya diuji. Akan tetapi dengan sabar dan ikhlas dia melalui semua cobaan itu, hingga satu persatu masalah bisa diatasi.

Tidak kalah inspiratif adalah kisah karya Jack Sulistya berjudul “Penerbit Abal-abal Penguji Mental”  Menceritakan tentang kejadian tidak terduga yang dialami Jack ketika memenangkan sebuah lomba—dengan hadiah bisa menerbitkan buku secara mandiri.  Namun siapa duga, ketika dia sudah menstransfer uang untuk pemesanan beberapa ekslempar buku, ternyata buku itu tidak kunjung dikirim. Dan setelah dia selidiki alamat penerbit itu palsu (hal 225).

Sebal dan marah itulah yang dirasakan Jack pertama kalinya. Dia berkali-kali mencoba menghubungi penerbit yang bersangkutan untuk bertanggung jawab. Tetapi hasilnya nihil. Sebenarnya bisa saja Jack menuntut pihak penerbit. Namun Jack lebih memilih sabar dan ikhlas. Hal itu dia jadikan pelajaran untuk lebih berhati-hati lagi ketika ingin menerbitkan buku secara self publishing.

Selain tiga kisah tersebut tentu saja masih banyak kisah-kisah lain yang tidak kalah menginspirasi. Seperti kisah Merelakan LDR Pasca Married karya Kak Adin, Bila yang Tertulis Untuku Adalah yang Terbaik Untukmu karya K. Mubarokah, Jalan Terbaik Merelakan Kebangkrutan karya Seno NS dan banyak lagi.

Dari kisah-kisah yang termaktub dalam kisah ini, saya menyadari bahwa sabar dan  ikhlas memang tidak mudah, namun kita harus tetap berusaha, karena keduanya adalah kunci utama agar kita selalu mensyukuri segala nikmat Allah baik suka atau duka.


Srobyong, 31 Maret 2018                                     

2 comments:

  1. Terima kasih, Mbak, sudah me-review buku kami. Semoga bermanfaat 😘

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Mbak, Semoga berkenan dengan resensi ini. Insya Allah buku ini sangat bermanfaat :)

      Delete