Tuesday, 4 December 2018

[Resensi] Menyikapi Kejahatan dengan Kebaikan

Dimuat di Harian Bhirawa, Jumat 23 November 2018


Judul               : Merindu Baginda Nabi
Penulis             : Habiburrahman El Zhirazy
Penerbit           :  Republika
Cetakan           : Pertama, April 2018
Tebal               : iv + 176 halaman
ISBN               : 978-602-573-419-9
Persensi           : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Hidup itu seperti roda yang berputar.  Kadang kita berada di atas, kadang di bawa. Jadi kita tidak boleh terlalu sombong  dengan apa yang sudah kita capai saat ini. Semestinya kita bersikap syukur dan terus menambah iman dan ilmu untuk bekal hidup di dunia dan akhirat.

Setelah sukses dengan karya-karyanya, Kang Abik ini, kembali menelurkan karyanya lagi.  Kali ini dengan pilihan tema yang tidak terlalu berat,  yang saya pikir pas dibaca untuk usia remaja. Karena dalam novel ini lebih banyak kita akan diajak melihat potret dunia remaja dengan berbagai liku kehidupan. Serta kita diajak untuk  merenungi tentang bagaimana kita menghadapi tantangan hidup yang bisa saya katakan tidak mudah.

Seperti biasanya dengan gaya bahasa yang lugas dan mudah dipahami, Kang Abik menghadirkan  kisah yang cukup menarik dan menyentuh. Tentu saja khas dari Kang Abik adalah  nilai-nilai pembelajar hidup yang banyak,  serta adanya unsur dakwa yang sangat kental,  sebagaimana sudah menjadi ciri khas dalam setiap karyanya.

Kisahnya sendiri berpusat pada kehidupan Rifa, gadis dari tong sampah atau gadis terbuang, yang kemudian mendapatkan kasih sayang berlimpah dari orangtua asuhnya.  Dia tumbuh di  Darus Sakinah, yayasan yatim piatu yang diurus oleh Pak Nur, atas wasiat Mbah Tentrem, selaku penemu pertama Rifa. Di sanalah, Rifa didik dengan nilai-nilai agama kental serta pendidikan akhlakul karimah. Sehinga dia tumbuh menjadi gadis yang bersahaja dan pintar. Berbagai prestasi telah dia raih. Bahkan dia sempat ikut pertukaran pelajar ke San jose, Amerika.

Namun ternyata ada Arum, teman sekelas Rifa, yang memiliki  rasa iri dan dengki terhadap Rifa. Apalagi dalam nilai akademisnya selalu kalah dari Rifa. Oleh karena itu dia berusaha agar Rifa bisa tinggal kelas, karena pertukaran pelajar.

“Peraturan kedisiplinan harus ditegakkan tanpa pandang bulu, Bu! Jangan ada yang jadi anak emas pihak sekolah! Nanti akan bikin suasana tidak sehat, Bu!” (hal 39).

Tidak hanya itu Arum juga berusaha mencelakakan Rifa dengan mengirim seseorang, hingga Rifa mengalami kecelakan motor.  Arum juga tidak segan menyingkirkan orang-orang yang membela dan melindungi Rifa.  Namun begitu, Rifa tetap memilih sabar dan tetap berbuat baik kepada Arum. Dia selalu ingat dengan pesan ibunya.

“Di dunia ini isinya tidak hanya orang baik, ya ada orang jahat (buruk). Jadi   orang baik atau orang jahat itu pilihan. Jadilah orang yang baik. Kalau kami dinakali orang ya biarkan saja, nggak usah dibalas.  Yang penting kamu tidak nakal dan berbuat nakal kepada orang lain. Kalau kamu dijahati orang ya biarkan saja, nggak usah dibalas. Yang penting kamu tidak jahat dan tidak menjahati orang lain. Kalau kamu difitnah orang ya biarkan saja, nggak usah dibalas. Yang penting kamu tidak memfitnah orang lain. Kalau kamu berbuat kebajikan tapi tidak dianggap oleh orang lain ya biarkan saja, tidak usah dipikir, sebab Gusti Allah itu Maha Adil. Kalau Allah bersamamu, apalagi yang kamu khawatirkan?” (hal 86).

Selain fokus pada kisah perjalanan hidup Rifa, akan disinggung pula tentang kerinduan umat kepada Rasulullah saw. Kerinduan yang mampu mengantarkan seseorang pada tempat yang tidak terduga. Serta kerinduan yang membuat seorang insan ingin selalu meneladani sikap Rasulullah.

Secara keseluruhan novel ini cukup ringan dan menarik untuk dibaca. Namun dari sekian banyak kelebihan yang ada, saya merasa novel ini juga memiliki banyak lubang kekurangan. Saya merasa ekseskusi cerita kurang memuaskan dan kisahnya cukup datar dan tidak ada gelombang yang berarti. Bahkan untuk pilihan judul, telah membuat saya terkecoh dengan isinya. Namun lepas dari kekurangannya, melalui novel ini kita bisa belajar tentang arti syukur, sabar dan ikhlas dalam menerima takdir.  Kita juga diajarkan untuk tetap berbuat baik, meski telah dijahati. Selain penulis juga menyisipkan pesan agar kita gemar membaca, menghindari narkoba, pornografi serta selalu semangat dalam mencari ilmu dan meraih cita-cita. Karena iman dan ilmu adalah kunci sukses dalam menghadapi tantangan hidup.

“Teman terbaik kalian  dalam menghadapi  tantangan hidup adalah iman dan ilmu. Ilmu adalah investasi terbaik yang akan terus mendatangkan keuntungan setiap saat.” (hal 89).

Srobyong, 18 November 2018

No comments:

Post a Comment