Dimuat di Harian Bhirawa, Jumat 23 November 2018
Judul : Merindu Baginda Nabi
Penulis : Habiburrahman El Zhirazy
Penerbit :
Republika
Cetakan : Pertama, April 2018
Tebal : iv + 176 halaman
ISBN : 978-602-573-419-9
Persensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Hidup itu seperti roda yang berputar. Kadang kita berada di atas, kadang di bawa. Jadi
kita tidak boleh terlalu sombong dengan
apa yang sudah kita capai saat ini. Semestinya kita bersikap syukur dan terus
menambah iman dan ilmu untuk bekal hidup di dunia dan akhirat.
Setelah sukses dengan karya-karyanya, Kang Abik ini,
kembali menelurkan karyanya lagi. Kali
ini dengan pilihan tema yang tidak terlalu berat, yang saya pikir pas dibaca untuk usia remaja.
Karena dalam novel ini lebih banyak kita akan diajak melihat potret dunia
remaja dengan berbagai liku kehidupan. Serta kita diajak untuk merenungi tentang bagaimana kita menghadapi
tantangan hidup yang bisa saya katakan tidak mudah.
Seperti biasanya dengan gaya bahasa yang lugas dan mudah
dipahami, Kang Abik menghadirkan kisah
yang cukup menarik dan menyentuh. Tentu saja khas dari Kang Abik adalah nilai-nilai pembelajar hidup yang
banyak, serta adanya unsur dakwa yang
sangat kental, sebagaimana sudah menjadi
ciri khas dalam setiap karyanya.
Kisahnya sendiri berpusat pada kehidupan Rifa, gadis
dari tong sampah atau gadis terbuang, yang kemudian mendapatkan kasih sayang
berlimpah dari orangtua asuhnya. Dia
tumbuh di Darus Sakinah, yayasan yatim
piatu yang diurus oleh Pak Nur, atas wasiat Mbah Tentrem, selaku penemu pertama
Rifa. Di sanalah, Rifa didik dengan nilai-nilai agama kental serta pendidikan
akhlakul karimah. Sehinga dia tumbuh menjadi gadis yang bersahaja dan pintar.
Berbagai prestasi telah dia raih. Bahkan dia sempat ikut pertukaran pelajar ke
San jose, Amerika.
Namun ternyata ada Arum, teman sekelas Rifa, yang
memiliki rasa iri dan dengki terhadap
Rifa. Apalagi dalam nilai akademisnya selalu kalah dari Rifa. Oleh karena itu
dia berusaha agar Rifa bisa tinggal kelas, karena pertukaran pelajar.
“Peraturan kedisiplinan harus ditegakkan tanpa
pandang bulu, Bu! Jangan ada yang jadi anak emas pihak sekolah! Nanti akan
bikin suasana tidak sehat, Bu!” (hal 39).
Tidak hanya itu Arum juga berusaha mencelakakan Rifa
dengan mengirim seseorang, hingga Rifa mengalami kecelakan motor. Arum juga tidak segan menyingkirkan
orang-orang yang membela dan melindungi Rifa. Namun begitu, Rifa tetap memilih sabar dan
tetap berbuat baik kepada Arum. Dia selalu ingat dengan pesan ibunya.
“Di dunia ini isinya tidak hanya orang baik, ya ada
orang jahat (buruk). Jadi orang baik
atau orang jahat itu pilihan. Jadilah orang yang baik. Kalau kami dinakali
orang ya biarkan saja, nggak usah dibalas.
Yang penting kamu tidak nakal dan berbuat nakal kepada orang lain. Kalau
kamu dijahati orang ya biarkan saja, nggak usah dibalas. Yang penting kamu
tidak jahat dan tidak menjahati orang lain. Kalau kamu difitnah orang ya
biarkan saja, nggak usah dibalas. Yang penting kamu tidak memfitnah orang lain.
Kalau kamu berbuat kebajikan tapi tidak dianggap oleh orang lain ya biarkan
saja, tidak usah dipikir, sebab Gusti Allah itu Maha Adil. Kalau Allah
bersamamu, apalagi yang kamu khawatirkan?” (hal 86).
Selain fokus pada kisah perjalanan hidup Rifa, akan
disinggung pula tentang kerinduan umat kepada Rasulullah saw. Kerinduan yang
mampu mengantarkan seseorang pada tempat yang tidak terduga. Serta kerinduan
yang membuat seorang insan ingin selalu meneladani sikap Rasulullah.
Secara keseluruhan novel ini cukup ringan dan
menarik untuk dibaca. Namun dari sekian banyak kelebihan yang ada, saya merasa
novel ini juga memiliki banyak lubang kekurangan. Saya merasa ekseskusi cerita
kurang memuaskan dan kisahnya cukup datar dan tidak ada gelombang yang berarti.
Bahkan untuk pilihan judul, telah membuat saya terkecoh dengan isinya. Namun
lepas dari kekurangannya, melalui novel ini kita bisa belajar tentang arti
syukur, sabar dan ikhlas dalam menerima takdir.
Kita juga diajarkan untuk tetap berbuat baik, meski telah dijahati.
Selain penulis juga menyisipkan pesan agar kita gemar membaca, menghindari
narkoba, pornografi serta selalu semangat dalam mencari ilmu dan meraih
cita-cita. Karena iman dan ilmu adalah kunci sukses dalam menghadapi tantangan
hidup.
“Teman terbaik kalian dalam menghadapi tantangan hidup adalah iman dan ilmu. Ilmu
adalah investasi terbaik yang akan terus mendatangkan keuntungan setiap saat.”
(hal 89).
Srobyong, 18 November 2018
No comments:
Post a Comment