Monday 24 December 2018

[Review Buku] Menaklukkan Masalah dan Kesedihan dengan Sikap Positif




Judul               : Hapus Sedihmu, Nikmati Hidupmu
Penulis             : Dwi Suwiknyo, dkk
Penerbit           : Noktah, Diva Press
Cetakan           : Pertama, April 2018
Tebal               : 348 halaman
ISBN               : 978-602-51185-9-3

Setiap orang sudah pasti memiliki masalah. Karena masalah adalah bumbu dalam  kehidupan.  Kita tidak mungkin selalu dalam keadaan suka atau dalam keadaan sedih terus. Suka dan duka adalah pasangan yang saling mengiringi. Semua memiliki porsi masing-masing. Pepatah mengatakan, “Di balik kesedihan pasti ada kebahagian.”  Oleh karena itu, ketika kita mendapat masalah, hadapilah dengan  sikap positif dan pikiran terbuka. Karena dengan begitu, hati kita akan lebih lapang serta tegar.

Buku yang diambil dari kisah nyata para penulis ini, dengan paparan yang renyah dan lugas, mengajak kita untuk melihat sebuah masalah dari sisi pandang yang lain. Bahwa sebuah masalah bukanlah sesuatu yang harus kita takuti, hingga membuat kita selalu sedih. Namun sebaliknya, hadapi masalah dengan sikap positif, dan mengambil pelajaran untuk mendewasakan diri.

Sebut saja kisah yang dipaparkan Abi Ziya “Bayi, Ujian dan Keikhlasan”. Hal yang paling diharapkan dari sebuah pernikahan adalah kehadiran bayi. Begitu pula yang diharapkan Abi Ziya. Baginya menikah bukanlah akhir dari segalanya, tapi sebuah gerbang baru yang harus dia hadapi apa pun yang ada di dalamnya. Sebulan dua bulan, kabar tentang kehamilan istrinya belum juga dia dengar.

Namun pada bulan ke tiga, akhirnya kabar itu datang juga. Abi tentu saja sangat senang dan bersemangat dengan kabar tersebut. Dia bahkan sudah menyiapkan kamar mungil untuk bayinya nanti. Dia juga rutin membawa istrinya ke dokter kandungan untuk konsultasi kesehatan.  Semua awalnya terlihat baik-baik saja. Tapi suatu hari dokter memberitahukan, bahwa istrinya harus melakukan persalinan di rumah sakit. Dokter menjelaskan bahwa ada resiko kehamilan karena istrinya mengidap asma (hal 15).

Mendengar kabar itu Abi merasa sangat sedih. Dalam bayangan Abi, ketika istrinya harus melahirkan di rumah, nanti dia tidak akan mendapat pelayanan dengan cepat dan bahkan dibiarkan saja oleh para perawat yang terkenal ketus-ketus.  Mengingat banyak gosip negatif yang sering dia dengar. Namun yang lebih membuat Abi merasa sedih adalah ketika akhirnya bayi yang dia tunggu kelahirannya, lahir dalam keadaan yang memprihatikan dan harus dirawat secara intensif di rumah sakit. Bahkan sempat terdengar persentase kehidupannya sangat sedikit.

Kalut dan sedih itulah yang dirasakan Abi. Namun dia sadar sedih terus menerus bukanlah cara penyelesaian yang baik. Dia harus tegar demi dirinya, anak dan istrinya. Berbagai cara pun dia lakukan,  demi kesehatannya anaknya. Hingga akhirnya usahanya berhasil, anaknya  bisa sembuh dan sehat.

Ada pula kisah yang dipaparkan Afiana Rohmani “ Peluh dan  Air Mata  di FK” cita-cita Afi adalah menjadi penulis dan masuk jurusan sastra atau bahasa.  Namun orangtuanya menyarankannya untuk menjadi seorang dokter. Akhirnya demi kebahagiaan orangtua, Afi memilih masuk kedokteran (hal 31-32).

Di sinilah berbagai masalah mulai menyapa Afi.  Dia menyadari dirinya bukanlah siswa yang sangat pintar. Oleh karena itu, Afi belajar mati-matian agar bisa mengikuti arus pendidikan kedokteran, yang umumnya memang didominasi anak-anak cerdas. Sayangnya hal itu tidak mudah. Afi sering tertinggal dan bahkan tidak bisa ikut praktikum, karena nilai  pre-test-nya jelek. 

Tidak hanya itu,  pada akhir semester dia harus menerima, bahwa nilainya sangat anjlok. Banyak mata kuliahnya yang mendapat nilai D bahkan E. Padahal dia sudah belajar dengan maksimal. Berbagai masalah yang sering hadir saat kuliah, kadang membuat Afi ingin berhenti. Namun mengingat harapan sang ibu, akhirnya Afi bertahan meski harus terseok-seok hingga berhasil lulus dan dia tetap bisa menekuni hobinya menulis.

Selain dua kisah tersebut, masih ada 13 kisah yang tidak kalah menarik dan menginspirasi.  Seperti kisah Menjemput Rezeki di Pulau Seberang, Ketika Salah Jadi Sumber Tawa,  Balada Perawan Tua dan banyak lagi. Masing-masing cerita memiliki keunikan tersendiri. Meski ada beberapa kesalahan, kisah ini tetap menarik dibaca.

Membaca buku ini, kita diingatkan tentang pentingnya rasa syukur, sabar dan ikhlas ketika mendapat masalah. Kita tidak boleh putus asa dan selalu berpikir positif saat menghadapi masalah. Selain itu melalui kisah ini kita diingatkan tentang pentingnya iman yang ternyata bisa menjadi benteng bagi diri kita. “Benteng Kejiwaaan  yang sesungguhnya  adalah iman. Keimanan kepada Allah  Yang Maha Memiliki.” (hal 51).

Srobyong, 18 Mei 2018

No comments:

Post a Comment