Judul :
Hapus Sedihmu, Nikmati Hidupmu
Penulis :
Dwi Suwiknyo, dkk
Penerbit :
Noktah, Diva Press
Cetakan :
Pertama, April 2018
Tebal :
348 halaman
ISBN :
978-602-51185-9-3
Setiap orang sudah pasti memiliki masalah. Karena
masalah adalah bumbu dalam
kehidupan. Kita tidak mungkin
selalu dalam keadaan suka atau dalam keadaan sedih terus. Suka dan duka adalah
pasangan yang saling mengiringi. Semua memiliki porsi masing-masing. Pepatah
mengatakan, “Di balik kesedihan pasti ada kebahagian.” Oleh karena itu, ketika kita mendapat
masalah, hadapilah dengan sikap positif
dan pikiran terbuka. Karena dengan begitu, hati kita akan lebih lapang serta
tegar.
Buku yang diambil dari kisah nyata para penulis ini,
dengan paparan yang renyah dan lugas, mengajak kita untuk melihat sebuah
masalah dari sisi pandang yang lain. Bahwa sebuah masalah bukanlah sesuatu yang
harus kita takuti, hingga membuat kita selalu sedih. Namun sebaliknya, hadapi
masalah dengan sikap positif, dan mengambil pelajaran untuk mendewasakan diri.
Sebut saja kisah yang dipaparkan Abi Ziya “Bayi,
Ujian dan Keikhlasan”. Hal yang paling diharapkan dari sebuah pernikahan adalah
kehadiran bayi. Begitu pula yang diharapkan Abi Ziya. Baginya menikah bukanlah
akhir dari segalanya, tapi sebuah gerbang baru yang harus dia hadapi apa pun
yang ada di dalamnya. Sebulan dua bulan, kabar tentang kehamilan istrinya belum
juga dia dengar.
Namun pada bulan ke tiga, akhirnya kabar itu datang
juga. Abi tentu saja sangat senang dan bersemangat dengan kabar tersebut. Dia
bahkan sudah menyiapkan kamar mungil untuk bayinya nanti. Dia juga rutin
membawa istrinya ke dokter kandungan untuk konsultasi kesehatan. Semua awalnya terlihat baik-baik saja. Tapi
suatu hari dokter memberitahukan, bahwa istrinya harus melakukan persalinan di
rumah sakit. Dokter menjelaskan bahwa ada resiko kehamilan karena istrinya mengidap
asma (hal 15).
Mendengar kabar itu Abi merasa sangat sedih. Dalam
bayangan Abi, ketika istrinya harus melahirkan di rumah, nanti dia tidak akan
mendapat pelayanan dengan cepat dan bahkan dibiarkan saja oleh para perawat
yang terkenal ketus-ketus. Mengingat
banyak gosip negatif yang sering dia dengar. Namun yang lebih membuat Abi
merasa sedih adalah ketika akhirnya bayi yang dia tunggu kelahirannya, lahir
dalam keadaan yang memprihatikan dan harus dirawat secara intensif di rumah
sakit. Bahkan sempat terdengar persentase kehidupannya sangat sedikit.
Kalut dan sedih itulah yang dirasakan Abi. Namun dia
sadar sedih terus menerus bukanlah cara penyelesaian yang baik. Dia harus tegar
demi dirinya, anak dan istrinya. Berbagai cara pun dia lakukan, demi kesehatannya anaknya. Hingga akhirnya usahanya
berhasil, anaknya bisa sembuh dan sehat.
Ada pula kisah yang dipaparkan Afiana Rohmani “
Peluh dan Air Mata di FK” cita-cita Afi adalah menjadi penulis
dan masuk jurusan sastra atau bahasa.
Namun orangtuanya menyarankannya untuk menjadi seorang dokter. Akhirnya
demi kebahagiaan orangtua, Afi memilih masuk kedokteran (hal 31-32).
Di sinilah berbagai masalah mulai menyapa Afi. Dia menyadari dirinya bukanlah siswa yang
sangat pintar. Oleh karena itu, Afi belajar mati-matian agar bisa mengikuti arus
pendidikan kedokteran, yang umumnya memang didominasi anak-anak cerdas.
Sayangnya hal itu tidak mudah. Afi sering tertinggal dan bahkan tidak bisa ikut
praktikum, karena nilai pre-test-nya
jelek.
Tidak hanya itu,
pada akhir semester dia harus menerima, bahwa nilainya sangat anjlok.
Banyak mata kuliahnya yang mendapat nilai D bahkan E. Padahal dia sudah belajar
dengan maksimal. Berbagai masalah yang sering hadir saat kuliah, kadang membuat
Afi ingin berhenti. Namun mengingat harapan sang ibu, akhirnya Afi bertahan
meski harus terseok-seok hingga berhasil lulus dan dia tetap bisa menekuni
hobinya menulis.
Selain dua kisah tersebut, masih ada 13 kisah yang
tidak kalah menarik dan menginspirasi.
Seperti kisah Menjemput Rezeki di Pulau Seberang, Ketika Salah Jadi
Sumber Tawa, Balada Perawan Tua dan
banyak lagi. Masing-masing cerita memiliki keunikan tersendiri. Meski ada
beberapa kesalahan, kisah ini tetap menarik dibaca.
Membaca buku ini, kita diingatkan tentang pentingnya
rasa syukur, sabar dan ikhlas ketika mendapat masalah. Kita tidak boleh putus
asa dan selalu berpikir positif saat menghadapi masalah. Selain itu melalui
kisah ini kita diingatkan tentang pentingnya iman yang ternyata bisa menjadi
benteng bagi diri kita. “Benteng Kejiwaaan
yang sesungguhnya adalah iman.
Keimanan kepada Allah Yang Maha
Memiliki.” (hal 51).
Srobyong, 18 Mei 2018
No comments:
Post a Comment