Monday 24 December 2018

[Review Buku] Belajar Arti Keikhlasan dan Kesabaran dari Novel

Judul               : Rumah Tanpa Jendela
Penulis             : Asma Nadia
Penerbit           : Republika
Cetakan           : Pertama, Oktober 2017
Tebal               : vi + 215 halaman
ISBN               : 978-602-0822-8-53


“Allah pasti mengabulkan setiap doa. Tapi kadang ada doa-doa lebih penting yang harus didahulukan.” (hal 40).

Setiap orang berhak memiliki harapan. Karena dengan adanya harapan kita akan memiliki semangat untuk berjuang. Novel ini menceritakan tentang mimpi seorang gadis kecil, bernama Rara. Dia tinggal di kompleks kumuh, di pinggiran Jakarta bersama keluargnya.  Meski hidup sederhana, Rara merasa bahagia. Dia merasa tidak kekurangan apa pun. Bapak, ibu dan neneknya pun sangat menyayangi Rara. Mereka jarang memarahi Rara seperti  bapak-ibu teman-temannya.

Rara memiliki hobi menggambar seperti anak-anak lainnya. Di mana dia sering menggambar  bangunan segi empat dari tripleks tipis berwarna cokelat. Rumah dengan satu pintu, tanpa jendela (hal 16).  Hingga suatu hari, dia bersama teman-temannya—Rafi, Akbar dan Yati, tanpa sengaja melawati serbuah rumah besar yang indah. Di sana Rara melihat jajaran pot-pot cantik yang ditaruh di depan jendela-jendela.

Maka sejak itu, dia  sangat ingin memiliki jendela yang nantinya bisa dia pasang di rumah tripleknya.  Di mana dengan memiliki jendela, dia bisa melihat bentang alam ciptaan Allah  yang indah.  Sejak bermimpi memiliki jendela, kebiasan Rara jadi berubah. Ketika bersama bapak-ibu dia akan selalu bercerita tentang keuntungan memiliki jendela, begitu pula ketika  berkumpul dengan teman-temannya. Bahkan kebiasaan menggambarnya juga berubah.  Dia tidak lagi menggambar bangunan reyot segi empat berwana cokelat dengan satu pintu, melainkan dilengkapi dua jendela besar dengan pot bunga yang cantik.

Dan untuk meraih harapannya itu, Rara rela mengumpulkan sedikit demi sedikit uang hasil mengamen, mengojek payung, mengelap mobil atau dari Bude-nya. Namun ketika harapannya sudah tinggal sedikit lagi bisa dia dapat, Rara tidak tega melihat teman-temannya yang ingin menikmati makanan di restoran pandang. Hingga akhirnya dia memilih mentraktir teman-temannya, dan nanti akan mulai menabung lagi.

Meski begitu, Rara tidak pernah menyerah dalam usahanya meraih harapannya. Dengan terperinci Rara mencatat kira-kira berapa biaya yang dia butuhkan untuk membeli jendela. Kegigihan Rara ternyata ditangkap oleh bapak-nya, membuat pria tersebut bisa membantu mewujudkan harapan putri tunggalnya.

Namun ternyata Tuhan berkehendak lain, ketika bapaknya hampir berhasil mewujudkan impian Rara, sebuah kecelakan tidak terduga terjadi.  Kebakaran terjadi di kompleks perumahan kumuh tersebut.  Karena berusaha menyelamatkan Simbok—nenek Rara, bapak tidak terselamatkan dan simbok terluka. Rara sangat sedih dan  terpukul. Dia merasa bersalah pada bapaknya, karena demi dirinya bapaknya bekerja keras untuk membuatkannya jendela. Namun begitu, gadis kecil itu tetap tegar dan sabar. Dia mencoba mengikhlaskan segalanya.

 “Manusia lemah, tapi Allah Maha Kuat, Kita tak mampu, tetapi ada yang mustahil bagi Allah. Selain ikhtiar, manusia hanya tinggal meminta.” (hal 185).

Diceritakan dengan alur maju menudur, novel ini  cukup membuat kita penasaran dengan akhir ceritanya. Asma Nadia punya ciri khas gaya bahasa dan  gaya bercerita yang bisa membuat pembaca penasaran.  Meski pada beberapa bagian kisah ini masih terasa datar dan biasa. Namun lepas dari kekurangannya, novel ini sangat menginspirasi. Novel ini  penuh  dengann nilai-nilai spiritual dan nilai agama yang patut kita renungkan.

Novel  bertema keluarga dan persahabatan ini, menghadirkan keluguan anak dalam bermimpi. Selain itu,  kita diajarkan arti penting tentang kesabaran, keikhlasan dan rasa syukur. Bahwa meski berkali-kali diberi cobaan, kita harus sabar dan kuat. Kita tidak boleh mengeluh. Kita harus mensyukuri apa yang diberikan Allah.  Kita harus yakin bahwa Allah akan memberikan cobaan sesuai dengan kemampuan seorang hamba.  

Srobyong, 21 April 2018

No comments:

Post a Comment