Dimuat di Jateng Pos, Minggu 3 Desember 2018
Judul : Change Your Destiny
Penulis : Rully Roesli
Penerbit : Qanita
Cetakan : Pertama, Agustus 2018
Tebal : 200 halaman
ISBN : 978-602-402-124-5
Peresensi : Ratnani Latifah, Alumna Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
“Dalam melawan setiap tantangan, kita harus memiliki
mental baja dan saraf besi! Artinya, kita benar-benar harus sangat yakin bisa
menang dan siap berjuang luar biasa kerasnya. Pikiran dan keyakinan harus terus
positif dan optimis. Dengan sikap
tersebut, badan kita secara alami akan menyesuaikan sehingga kemungkinan
berhasil kita semakin tinggi.” (hal 14-15).
Takdir manusia memang sudah ditetapkan oleh Allah.
Akan tetapi, takdir itu bisa kita rubah, jika kita mau berusaha. Sebagaimana
kita ketahui takdir manusia dibagi dua. Pertama takdir mubram dan mualaq.
Takdir mubram adalah takdir yang tidak
bisa dirubah, karena sudah ditentukan dan ditulis di Lauhul Mahfud. Seperti
kematian dan kapan kita lahir. Sedangkan takdir muallaq adalah takdir yang bisa
dirubah, jika kita berusaha. Seperti rezeki, sembuh dari sakit dan banyak lagi.
Buku ini dengan paparan yang lugas dan mudah dipahami,
menjelaskan tentang bagaimana kita bisa meluruskan takdir. Di mana kisah ini
merupakan kisah nyata dari seorang dokter ahli ginjal dalam menyikapi berbagai
permasalahan hidupnya dengan bijak untuk meluruskan tadir.
Siapa yang menyangka bahwa Roesli kecil yang sebelumnya tumbuh dengan
sehat tiba-tiba, pada usianya yang kelima tahun, kaki kirinya mengalami polio, sehingga tidak
bisa digerakkan. Keadaan itu tentu cukup
mengejutkan. Berbagai alternatif pengobatan sudah dilakukan orangtua Roesli
untuk menyembuhkan kakinya. Akan tetapi, ternyata Allah berkehendak lain.
Melihat keadaan itu, akhirnya orangtua Roesli memilih
berupaya untuk menyelamatkan mental putranya. Dalam artian, mereka berusaha
bersikap wajar dan tidak memperlakukan Roesli selayaknya orang cacat. Dan cara
ini sepertinya sangat berhasil. Karena pada kenyataannya, meski terlahir dengan
kekurangan, Roesli mampu bersaing dengan teman-temannya lainnya dan berhasil
menjadi seorang dokter ahli ginjal. Bahkan dia berhasil mendirikan sebuah rumah
sakit khusus ginjal.
Namun ternyata cobaan yang dialami Roesli tidak
berhenti di sana saja. Ketika dia tengah
mengisi acara ilmiah di Bali, dia mengalami serangan stroke. Dari hasil CT
Scan, para dokter berkesimpulan telah terjadi pendarahan otak pada dokter
Roesli akibat hipertensi. Di mana menurut paparan istrinya, tekanan darahnya
saat itu mencapai 198/125 mmHg (hal 176).
Berbagai upaya kembali dilakukan untuk memulihkan
keadaan Roesli. Berbagai terapi rehabilitasi secara intensif telah dia lakukan.
Dari Fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara ditambah tusuk jarum secara
rutin. Bahkan dia juga menjalani terapi di kolam renang (hidroterapi) di Ciater
Spa Resort, serta menjalani cara rehabilitasi stroke mutakhir yaitu TSM (Transcephalic
Magnetic Stimulation) dan DSA (Digital
Subtraction Angiography). Semua ini dijalini Roeli dengan tekun, karena dia
ingin sembuh (hal 180).
Hingga akhirnya kelumpuhan di lengan dan tungkainya
lambat laun sudah membaik, meski memang tidak seratus persen. Namun kesembuhan itu sangat disyukuri Roesli.
Bahkan dia kembali membuka praktek, karena menurutnya dengan kembali
beraktifitas dan bisa berguna bagi orang lain, juga merupakan cara pengobatan
tersendiri bagi Roesli. Tidak hanya itu,
dia juga mendapat tawaran dari sahabatnya, dr. Augusta untuk menjadi pembicara
ilmiah, meski dalam keadaan tidak sempurna dengan duduk di kursi roda.
Kisah yang dialami Roesli benar-benar sangat
menginspirasi. Dengan segala keterbatasannya dia tetap berjuang untuk bangkit
dan bisa berguna bagi orang lain. Menurut Roesli dalam menyikapi hidup dan agar
bisa meluruskan takdir maka pertama-tama adalah
selalu berpikir positif. Kita harus mau berusaha dengan gigih dalam
upaya meraih kesuksesan atau mimpi yang kita miliki. Tidak lupa kita harus
berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah setelahnya kita harus
bertawakal. Kemudian ketika kita
mengalami sebuah ujian, jangan jadikan hal itu menjadi alasan untuk menyerah.
Namun jadikan kegagalan sebagai epifani untuk bangkit dan terus berusaha.
“Kadang kehidupan dapat menumbangkan kita. Kitalah yang memutuskan
untuk tetap jatuh atau kembali bangkit.” (hal 61).
Buku ini sangat patut kita baca dan renungkan.
Dilengkapi dengan kisah-kisah ketaladan yang lain, serta pembasahan yang
menggabungkan pendekatakn ilmian dan
kajian keagamaan, buku ini akan sangat membantu kita untuk membangunkan
motivasi dan semangat untuk berjuang.
Srobyong, 16 November 2018
Hello everybody, hdre every person is sharing these kinds of experience, therefore it's nice to read this website, and
ReplyDeleteI used to visit this weblog every day.