[Dokumen pribadi]
Ketika
mendengar tentang wisata “Akar Seribu” saya langsung penasaran dengan bagaimana
lokasi wisata tersebut. Seberapa menarikkah tempat itu? Kenapa sampai disebut
akar seribu? Bagaimana sejarahnya? Sayangnya berkali-kali punya keinginan ke
sana, tapi dalam realita, saya selalu gagal datang, entah dengan alasan apa. Hingga
akhirnya saya bisa menjejak kaki di
sana.
Tentu
saja dengan awal nekat. Karena jujur karena belum pernah datang, saya sama
sekali tidak tahu rute jalannya secara nyata ke sana. Saya hanya mengandalkan google
map yang beberapa kali saya baca dan
kemudian mengandalkan insting, mengikuti tanda panah di jalan.
Dan
ternyata lokasinya tidak sesulit yang saya bayangkan. Lokasi Akar Seribu sendiri berada di Plajan,
Pakis Aji, Jepara. Meski jujur, jalan menunju ke sana memang cukup menantang. Karena
jalannya sedikit curam. Tapi jalan sudah cukup mulus, kok. Karena katanya dulu
di sana jalannya belum sebagus saat ini. (komentar teman-teman yang sudah
pernah datang). Tapi kalau musim hujan
pasti licin.
Saya sendiri mulai perjalan dari Mlonggo sekitar pukul delapan, saya berangkat
dengan memilih jalur lewat Krasak, Bangsri. Jadi dari Krasak, saya lurus, melewati SMP 2
Bangsri masih lanjut terus, kemudian melewati SMK Sadamiyah masih terus lurus,
hingga sampai di desa Kepok. Tidak lama
dari Kepok, saya sampai di desa Plajan. Di
sana ada jalan melingkar jika luru akan menunju Gong Perdamain Dunia, sedang
jika belok kiri akan menuju Akar Seribu, di mana jaranya kurang lebih 200 M.
Memasuki rute
ke Akar Seribu, suasana dingin mulai terasa, mengingat, Plajan memang daerah
dataran tinggi. Tapi semua rasa dari
lelah dan dingin yang sempat terasa dalam perjalanan, langsung luruh ketika
akhirnya sampai di lokasi dengan tepat.
“Yeah ...
akhirnya sampai juga.” Rasanya ingin berteriak keras, namun saya tahan dalam
hati.
Dan rasanya
puas bahwa akhirnya bisa melunasi rasa penasaran yang sejak dulu menggunung di
hati. Ceileh bahasanya, xixii.
Jadi saya pun
langsung masuk, yang ternyata di sana satu orang harus membayar sebesar Rp
5.000,-. Tidak perlu waktu lama, saya
pun langsung eksplore lokasi akar sebiru dengan semangat.
Dimulai dari jembatan pelangi yang mana, setiap orang yang
ingin menikmati view bentang alam yang indah dan asri, juga mengabadikan
gambar. Ketika ingin menikmati momen
itu, kita bisa membayar sebanyak Rp 2000,-. Ternyata jika ramai di sana kita hanya
dibatasi waktu selama lima menit dan hanya bisa menampung lima orang. Mungkin takut
jika terlalu banyak orang jembatan akan roboh, karena jembatan itu dibuat dari
bambu.
[Dokumen pribadi]
Oh iya, alasan
kenapa tempat ini diberi nama akar seribu, ternyata berhubungan dengan adanya
pohon karet yang memiliki banyak akar—bahkan melebihi seribu, Di mana pohon itu
sudah ditanam sejak tahun 1931 oleh Mbah Sumani (alhm). Alasan penanama pohon
ini ternyata untuk mencegah terjadinya longsor, penghijauan dan untuk menjaga
sumber mata air.
[Dokumen pribadi]
Selain bisa
bersuka ria dengan jembata pelangi atau melihat keperkasaan pohon karet yang sudah
berusia puluhan tahun itu, di sana ada juga disediakan wahana yang bisa
dinikmati anak-anak. Seperti permainan mobil-mobilan, melihat berbagai
binatang; di antaranya Rusa, Buaya, dan
Burung Jalak.
Tidak puas itu,
jika mau mencari lokasi asyik buat foto, ada tangga yang diberinama “Tangga
Pelaminan” karena di tangga tersebut di beri bunga-bungan melingkar yang
cantik. Kemudian tidak kalah menarik ada pula gardu pandang yang mana dari sana
kita bisa menikmati view bentang alam Desa Plajan dari atas.
[Dokumen pribadi]
Sebetulnya saya
sangat ingin menikmati keindahan alam lewat gardu pandang ini. Tapi ketika
sampai dan melihat ketinggian salah satu gardu pandang yang ada, mendadak nyali
saya ciut. Entah kenapa saya merasa
takut dan ngeri, melihat lokasi gardu pandang, pohon dan tanah yang
menopang gardu pandang tersebut.
[Dokumen pribadi. foto dari bawah]
Tapi
tidak tahu jika di gardu pandang yang tersedia kursi dan meja—saat itu saya
kebetulan belum melihat yang bagian itu, karena jalan kebetulan di blok karena
ada pelatihan polisi di Akar Seribu.
(Eh, nggak tahu deng, entah di blok atau tidak, tapi rasanya kurang
nyaman, jika lewat jalan yang dibuat latihan polisi. Hhhe. Jadi jalan memutar,
di sana hanya melihat dua gardu pandang, belum lihat secara lengkap).
[Sumber : google]
Tidak ketinggalan
di Akar Seribu ini, kita juga bisa berziara ke petilasan Ki Kerto Guno dan Ki Kerto Seno. Kemudian ada
juga Tebing Kepodang, Gowok Macan dan Tebing Beringin.
Puas menikmati
keindahan alam dan berbagai hal di Akar Seribu, akhirnya saya memilih hengkang dan melajutnya perjalanan ke Gong
Perdamaian Dunia. Yah. Sekalian wong sudah di Plajan. Meski sebelumnya sudah
pernah mampir (baca di sini), tapi
kayanya tetap seru.
Dan benar saja,
sampai di sana, ternyata sedikit banyak ada perubahan yang terjadi. Salah satunya
ditambah rumah pohon, dan tatana taman yang lebih rapi dan menarik. akhirnya setelah puas, dan hari sudah mulai
siang, saya pun memutuskan untuk segera pulang. Oh iya, kalau mau ke Gong
Perdamaian, sekarang per orang harus keluar biaya sebesar Rp 5000,-.
[Dokumen pribadi]
Srobyong, 1 Mei
2018.
|
Tuesday, 1 May 2018
[Traveling] Berburu Wisata Akar Seribu
Label:
Akar Seribu,
Explore Jepara,
Pakis Aji,
Plajan,
Traveling
Lokasi: Srobyong-Mlonggo
Plajan, Pakis Aji, Jepara Regency, Central Java, Indonesia
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Waaah... keratif ya... bisa dijadikan tempat wisata gitu... dan spotnya bagus buat hunting foto.foto...
ReplyDeleteIya, tempatnya asri dan bagus buat hunting foto :)
Deletetempat wisata kayak rumah pohon gitu ya..
ReplyDeleteback to future.. suka bgt pemandangan alamnya. apalagi sore.
Iya ada gardu pandangnya, ada juga wahana lainnya. Jadi bisa milih yang sesuai selere. Memang melihat pemandangan alam itu selalu memikat dan menarik. Nngak ada bosannya.
Delete