Monday, 11 September 2017

[Resensi] Tuntunan Gaya Busana Muslimah

Dimuat di Majalah Aulee, edisi September 2017 


Judul               : 99 Notes for Muslimah
Penulis             : Satria Nova
Penerbit           : Mizania
Cetakan           : Pertama, 1 April 2017
Tebal               : 194 halaman
ISBN               : 978-602-418-157-4
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.


Muslimah yang baik adalah muslimah yang bisa menjaga diri—menjaga aurat dengan baik agar tidak menimbulkan fitnah apalagi bencana.  Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim dijelaskan, “Ada dua golongan ahli neraka yang aku belum pernah melihatnya. Pertama, golongan yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang dengan cambuk tersebut mereka mencambuki orang-orang. Kedua, golongan perempuan yang berpakaian tapi telanjang, yang  cenderung (tidak taat kepada Allah) dan mengajarkan orang lain untuk meniru perbuatan mereka.” (hal 66).

Buku ini dengan gaya bahasa yang renyah dan gurih, memaparkan tentang nasihat-nasihat untuk muslimah. Salah satunya adalah tentang  bagaimana seharusnya seorang muslimah memakai busana. Sedari kecil kita tentu sudah dijelaskan tentang batas-batas aurat seorang muslimah. Yaitu seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak tangan. Dan kita pun dianjurkan memakai jilbab. Hanya saat ini tidak semua muslimah tergerak untuk memakainya.  Padahal perintah ini sudah dijelaskan dalam surat Al-Azhab ayat 59. “Hendaklah mereka menjulurkan  jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (hal 68).

Di antara alasan yang sering dipaparkan para muslimah ketika tidak segera memperbaiki gaya busana—khususnya mengenakan jilbab yaitu,  merasa belum siap dan beranggapan yang terpenting adalah memiliki hati baik. Padahal berjilbab dan  harus memiliki hati baik itu sama-sama perintah Allah yang harus dilaksanakan, kita tidak boleh memilih salah satu.

Kemudian kali kita juga merasa jilbab dan pakaian lebar akan mengangggu aktivitas dan membuat kita kepanasan. Padahal panas di dunia tidak sebanding dengan panas yang akan kita terima di neraka kelak. Selain itu perlu kita ketahui,  jilbab dan pakaian muslimah sama sekali tidak membatasi ruang gerak dan aktivitas kita. Banyak saat ini para muslimah yang tetap bisa bersekolah tinggi, traveling, keliling dunia, bekerja, berbisnis dan melakukan hobi mereka, meski memakai pakai syar’i (hal 70-71).

Kerap kali kita juga berpikir dengan memakai jilbab dan baju tertutup akan membuat diri mereka tidak menarik. Dan pendapat  dengan memakai baju dan jilbab lebar kita akan  kesulitan dalam mendapat jodoh dan pekerjaan. Ini sungguh pemikiran yang bodoh. Masalah jodoh itu ketetapan Allah. dan jika kita tidak diterima dalam sebuah instansi perusahaaan karena jilbab, itu tanda perusahaan tersebut kurang baik, karena tidak menghargai keyakinan karyawannya. Tidak ketinggalan kita sering berasalan bahwa kita belum dapat hidayah untuk berjilbab. Padahal kenyataanya kita sendiri yang kadang menghalangi hidayah itu sendiri.  perlu kita ketahui hidayah itu bukan ditunggu, melaikan diusahakan. Kita harus paksa diri untuk berjilbab dan memakai baju syar’i, maka lama-lama hati kita akan merasa nyaman.

Ada alasan tersendiri kenapa Allah memerintahkan para muslimah untuk berjilbab dan menutup aurat. Di mana ternyata hal itu memiliki banyak manfaat. Di antaranya bisa melindungi diri dari kejahatan seksual yang saat ini marak terjadi, hati menjadi tenang serta menunjukkan jati diri sebagai seorang muslimah itu sendiri.

Perlu diingat dalam menjaga aurat kita tidak sekadar memakai jilbab, tetapi benar-benar memperhatikan apakah pakaian yang dikenakan itu sudah syar’i atau belum. Yang mana ciri-cirinya adalah pakaian muslimah seyogyanya tidak ketat—di mana masih memperlihatkan lekuk tubuh muslimah itu sendiri,   tidak transparan, sehingga bagian tubuh muslimah bisa dilihat dari luar,  tidak menyerupai pakaian laki-laki, tidak memakai pakaian yang menyerupai pakaian wanita kafir, tidak boleh memperlihatkan perhiasan kepada selain mahramnya, tidak bermegah-megahan saat mengenakan pakaian dan jilbab yang dipakai harus menjulur sampai dada. Selain itu cara berpakain itu harus diterapkan di mana saja. Bukan hanya ketika sedang bepergian, namun juga di lingkungan sekitar rumah.

Kita harus selalu menjaga sikap baik dengan tidak berbicara buruk, mencintai kebersihan, berani melakukan perubahan dan mandiri.  Dengan melakukan semua itu, bukankah sama saja kita menghargai diri sendiri? Jangan sampai kita menjadi seorang muslim yang rugi karena bertindak tidak sesuai norma agama dan ujungnya merugikan diri sendiri.

Buku ini sangat patut dibaca bagi para muslimah. Karena selain memaparkan tentang masalah gaya busana, di sini dipaparkan juga tentang pesan-pesan bijak yang harus diketahui para muslimah, dimulai dari pentingnya menuntut ilmu, hingga masalah aktivitas, ibadah juga menjemput jodoh.

Srobyong, 1 Juli 2017 – 16 Agustus 2017 

No comments:

Post a Comment