Saturday, 9 September 2017

[Resensi] Mitos dan Dongeng Gelap Tentang Perempuan

Dimuat di Harian Bhirawa, Jumat 8 September 2017 


Judul               : Sihir Perempuan
Penulis             : Intan Paramaditha
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, April 2017
Tebal               :  viii + 160 halaman
ISBN               : 978-602-03-4630-4
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama, Jepara

Mitos adalah cerita yang disinyalir tentang para dewa dan pahlawan zaman dahulu, tapi memiliki makna yang mendalam tentang asal usul suatu alam, manusia dan bangsa dan bersifat gaib. Sedangkan dongeng adalah kisah-kisah berbentuk khayalan yang menarik dan luar biasa.  Buku ini dengan gaya bercerita yang menarik dan renyah menyatupadukan antara mitos dan dongeng dalam balutan cerita yang memikat. Keunikan lainnya dalam buku ini adalah penulis menjadikan perempuan sebagai tokoh sentral yang dieksplore—di mana perempuan bisa menjadi apa saja; ibu, anak, karyawati yang baik, hingga boneka porselen.  Perempuan  selalu memiliki sisi yang tidak akan pernah habis jika dikupas.

Terdiri dari 11 cerita, buku ini menghadirkan kisah-kisah tidak terduga dan menegangkan. Bagaimana tidak? Karena selain menyatupaduka antara mitos dan dongeng, buku kumpulan cerpen ini memiliki rasa horor yang cukup mencekam. Kita akan dipertemukan dengan sosok-sosok yang kerap menjadi teror, membuat jantung berdebar.  Namun perlu dicatat, selain menawarkan ketakutan, mitos, dongeng gelap dan perempuan, buku ini juga menghadirkan pesan-pesan tersirat yang bisa dijadikan renungan.

Di antaranya adalah kisah berjudul “Perempuan Buta Tanpa Ibu Jari” (hal  24).  Bahwa dikisahkan ada seorang janda beranak dua  yang menikahi seorang duda beranak satu. Larat adalah anak dari pihak lelaki.  Dia sangat disayang ayahnya. Namun dibenci oleh ibu dan saudara tirinya. Dia ditempatkan di sebuah lonteng.  Dan sering disuruh-suruh. Tapi hal itu tidak mengurangi kecantikan Larat.

Suatu hari Gusti Pangeran membuat pesta. Di sana Gusti Pangeran bertemu wanita yang dicintainya yang tak lain tak bukan adalah Larat. Sayangnya Larat tidak ikut persta sampai selesai. Dia pergi dan hanya meninggalkan sepatu kaca. Gusti Pangeran pun segera mencari jejak wanita itu.
Saat itulah terjadi sebuah peristiwa. Dua kakak tiri Larat melakukan tindakan mengejutkan, hingga akhirnya dia dibawa Gusti Pangeran ke istana. Namun baru beberapa lama perjalanan, seekor burung gagak datang dan membongkar kebohongan itu.  Tak hanya itu gagak itu juga membuat dua kakak tiri Larat menjadi buta dan hidup dalam kesengsaraan.

Mengadaptasi dongeng cinderella, cerpen ini dikemas dengan unik dan menarik. Dongeng yang versi aslinya nampak begitu manis, dalam versi Intan Paramaditha menjadi kisah yang gelap dan kelam. Belum lahi permaian ending yang benar-benar mengejutkan semakin menambah keunggulan dari cerpen ini.

Ada pula kisah berjudul “Mobil Jenazah” (hal 36).  Sejak dua minggu lalu Karin harus pulang naik taksi karena mobilnya rusak. Anehnya setiap dia menunggu taksi selalu saja ada mobil jenazah yang menghampirirnya. Seolah-olah mengajak dia untuk ikut mobil itu.  Sungguh hal itu membuat Karin ketakutan. Apalagi jika mengingat film-film horor yang menakutkan tentang mobil jenazah. Sampai pada suatu waktu, Karin akhirnya menyadari sesuatu. Dan semua sudah tidak sebagaimana mestinya.   Mobil jenazah itu memang benar tengah berusaha menjemputnya.

Tidak kalah menarik adalah kisah berjudul “Pintu Merah” (hal 50). Menceritakan tentang Dahlia, si bungsu yang harus merawat ayahnya yang sakit-sakitan. Bersama ayahnya dia tinggal di sebuah rumah dengan mode zaman Belanda. Selain merawat ayahnya, diam-diam Dahlia memiliki kegiatan lain. Dahlian menemukan sebuah pintu merah  dekat gudang di sudut gelap. Dan di sana ada sebuah rahasia besar antara dia dan pintu yang tidak dia bagi dengan ayah ataupun saudaranya.

Selain tiga kisah ini masih banyak cerita-cerita lainnya yang tidak kalah menggelitik. Seperti Sihir Perempuan, Misteri Polaroid, Sejak Porselen Berpipi Merah itu Pecah, Jeritan dalam Botol dan banyak lagi. Semua dikemas dengan apik dan memikat. Rasa horornya benar-benar merasuk, membuat merinding. Dan  misteri pekat yang dihadirkan juga sangat mendebarkan.  Saya benar-benar terhibur dan menikmati gaya bercerita penulis.

Belum penulis memiliki ide-ide menarik yang jarang disentuh penulis lainnya. Ini menjadi nilai tambah tersendiri bagi buku ini.  Meski di sini masih ditemukan beberapa salah tulis, hal itu tidak mengurangi esensi dari buku tersebut. Dari buku ini kita bisa belajar tentang  betapa kuat dan tegar seorang perempuan, meski harus menghadapi berbagai rintangan hidup. Perempuan tetap bangkit dan tidak mudaah menyerah.

Srobyong 24 Agustus 2017 

No comments:

Post a Comment