Dimuat di Harian Bhirawa, Jumat 8 September 2017
Judul : Sihir Perempuan
Penulis : Intan Paramaditha
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, April 2017
Tebal :
viii + 160 halaman
ISBN : 978-602-03-4630-4
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam
Nahdlatu Ulama, Jepara
Mitos
adalah cerita yang disinyalir tentang para dewa dan pahlawan zaman dahulu, tapi
memiliki makna yang mendalam tentang asal usul suatu alam, manusia dan bangsa
dan bersifat gaib. Sedangkan
dongeng adalah kisah-kisah berbentuk khayalan yang menarik dan luar biasa. Buku ini dengan gaya bercerita yang menarik dan
renyah menyatupadukan antara mitos dan dongeng dalam balutan cerita yang
memikat. Keunikan lainnya dalam buku ini adalah penulis menjadikan perempuan
sebagai tokoh sentral yang dieksplore—di mana perempuan bisa menjadi apa saja;
ibu, anak, karyawati yang baik, hingga boneka porselen. Perempuan
selalu memiliki sisi yang tidak akan pernah habis jika dikupas.
Terdiri dari 11 cerita, buku ini
menghadirkan kisah-kisah tidak terduga dan menegangkan. Bagaimana tidak? Karena
selain menyatupaduka antara mitos dan dongeng, buku kumpulan cerpen ini
memiliki rasa horor yang cukup mencekam. Kita akan dipertemukan dengan
sosok-sosok yang kerap menjadi teror, membuat jantung berdebar. Namun perlu dicatat, selain menawarkan
ketakutan, mitos, dongeng gelap dan perempuan, buku ini juga menghadirkan
pesan-pesan tersirat yang bisa dijadikan renungan.
Di antaranya adalah kisah berjudul “Perempuan
Buta Tanpa Ibu Jari” (hal 24). Bahwa dikisahkan ada seorang janda beranak
dua yang menikahi seorang duda beranak
satu. Larat adalah anak dari pihak lelaki.
Dia sangat disayang ayahnya. Namun dibenci oleh ibu dan saudara tirinya.
Dia ditempatkan di sebuah lonteng. Dan
sering disuruh-suruh. Tapi hal itu tidak mengurangi kecantikan Larat.
Suatu hari Gusti Pangeran membuat
pesta. Di sana Gusti Pangeran bertemu wanita yang dicintainya yang tak lain tak
bukan adalah Larat. Sayangnya Larat tidak ikut persta sampai selesai. Dia pergi
dan hanya meninggalkan sepatu kaca. Gusti Pangeran pun segera mencari jejak
wanita itu.
Saat itulah terjadi sebuah
peristiwa. Dua kakak tiri Larat melakukan tindakan mengejutkan, hingga akhirnya
dia dibawa Gusti Pangeran ke istana. Namun baru beberapa lama perjalanan,
seekor burung gagak datang dan membongkar kebohongan itu. Tak hanya itu gagak itu juga membuat dua
kakak tiri Larat menjadi buta dan hidup dalam kesengsaraan.
Mengadaptasi dongeng cinderella,
cerpen ini dikemas dengan unik dan menarik. Dongeng yang versi aslinya nampak
begitu manis, dalam versi Intan Paramaditha menjadi kisah yang gelap dan kelam.
Belum lahi permaian ending yang benar-benar mengejutkan semakin menambah
keunggulan dari cerpen ini.
Ada pula kisah berjudul “Mobil
Jenazah” (hal 36). Sejak dua minggu lalu
Karin harus pulang naik taksi karena mobilnya rusak. Anehnya setiap dia
menunggu taksi selalu saja ada mobil jenazah yang menghampirirnya. Seolah-olah
mengajak dia untuk ikut mobil itu.
Sungguh hal itu membuat Karin ketakutan. Apalagi jika mengingat
film-film horor yang menakutkan tentang mobil jenazah. Sampai pada suatu waktu,
Karin akhirnya menyadari sesuatu. Dan semua sudah tidak sebagaimana
mestinya. Mobil jenazah itu memang
benar tengah berusaha menjemputnya.
Tidak kalah menarik adalah kisah
berjudul “Pintu Merah” (hal 50). Menceritakan tentang Dahlia, si bungsu yang
harus merawat ayahnya yang sakit-sakitan. Bersama ayahnya dia tinggal di sebuah
rumah dengan mode zaman Belanda. Selain merawat ayahnya, diam-diam Dahlia
memiliki kegiatan lain. Dahlian menemukan sebuah pintu merah dekat gudang di sudut gelap. Dan di sana ada
sebuah rahasia besar antara dia dan pintu yang tidak dia bagi dengan ayah
ataupun saudaranya.
Selain tiga kisah ini masih banyak
cerita-cerita lainnya yang tidak kalah menggelitik. Seperti Sihir Perempuan,
Misteri Polaroid, Sejak Porselen Berpipi Merah itu Pecah, Jeritan dalam Botol
dan banyak lagi. Semua dikemas dengan apik dan memikat. Rasa horornya
benar-benar merasuk, membuat merinding. Dan
misteri pekat yang dihadirkan juga sangat mendebarkan. Saya benar-benar terhibur dan menikmati gaya
bercerita penulis.
Belum penulis memiliki ide-ide
menarik yang jarang disentuh penulis lainnya. Ini menjadi nilai tambah
tersendiri bagi buku ini. Meski di sini
masih ditemukan beberapa salah tulis, hal itu tidak mengurangi esensi dari buku
tersebut. Dari buku ini kita bisa belajar tentang betapa kuat dan tegar seorang perempuan,
meski harus menghadapi berbagai rintangan hidup. Perempuan tetap bangkit dan
tidak mudaah menyerah.
Srobyong 24 Agustus 2017
No comments:
Post a Comment