Wednesday, 20 September 2017

[Resensi] Berguru dari Kisah Bulu Tengon

Dimuat di Radar Mojokerto, Minggu  17 September 2017 


Judul               : Kisah Bulu Tengon
Penulis             : Dian K
Ilustrator         : R. Herningtyas
Penerbit           : Bhuana Ilmu Populer
Cetakan           : Pertama, Mei 2017
Tebal               : 32 halaman
ISBN               :978-602-394-691-4
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama Jepara.

Indonesia kerap kali disebut sebagai negara yang gemah ripah loh jinawi—yang mana menggambarkan sebagai negara yang memiliki kekayaan alam. Namun ternyata selain kaya akan alam, Indonesia juga negara yang kaya akan adat dan budaya. Mengingat di Indonesia memang terdiri dari berbagai suku yang berbeda dari Sabang sampai Merauke. Namun begitu, sebagaimana semboyan kita, Bhinneka Tunggal Ika—meskipun berbeda-beda tetap kita satu jua.

Inilah keunikan Indonesia. Dan sebagai warga yang  baik, sepantasnya kita menghargai berbagai kekayaan yang ada di tanah air ini. Salah satunya dengan mengenal cerita- rakyat di Indonesia. Karena sadar atau tidak sadar, dari kisah-kisah rakyaat di Indonesia, kita bisa mengambil banyak pelajaran dari kisah tersebut.  Salah satunya adalah “Kisah Bulu Tengon” sebuah kisah rakyat yang berasal dari Kalimantan Utara. Kisah ini patut dijadikan guru dalam berperilaku.

Mengisahkan tentang Ku Anyi yang hidup bahagaia dengan istrinya. Ku Anyi merupakan kepala suku Dayak yang sangat disayangi dan dihormati oleh penduduk. Mengingat Ku Anyi ini memang sangat ramah dan tidak segan membantu. Ku Anyi kerap membagikan hasil buruanya kepada penduduk (hal 4). Hanya satu hal yang kerap membuat Ku Anyi dan istrinya sedih.  Mereka belum juga dianugerai anak oleh Yang Maha Kuasa. Namun begitu, mereka tetap bersabar dan berdoa kepada Allah. “Sabar. Dan teruslah berdoa. Suatu saat Tuhan akan mengabulkan doa kita.” (hal 7). 

Selain bersabar dan berdoa, mereka juga terus berbuat kebaikan. Mereka percaya Kebaikan akan berbuah kebaikan (hal 8).  Hingga pada suatu hari, Ku Anyi bekerja seperti biasa, dia pergi berburu ditemani anjing setianya.  Anehnya, anjing itu tiba-tiba menyalak. Pada awalnya Ku Anyi menduga kalau anjingnya melihat rusa atau kelinci. Tapi ternyata dia salah. Saat itu mereka berada di antara  bambu betung. Dan entah kenapa ada bisikan-bisikan aneh yang membuat Ku Anyi mendekatinya.

Di sana dia menemukan sebuah telur besar, yang akhirnya dia bawa pulang. Mungkin terlur itu bisa dimasak dan dijadikan lauknya.  Selain membawa telur, Ku Anyi juga membawa bambu betung yang juga bisa dijadikan sayur. Sayangnya, ketika Ku Anyi meminta istrinya untuk memask telur dan sayur itu, sang istri menolak, karena mereka sudah memiliki lauk yang lebih cukup. Akhirnya Ku Anyi pun setuju dan berencana memasak telur itu untuk esok hari. Hanya saja ketika pagi tiba, mereka dikejutkan dengan keberadaan dua bayi yang sangat menggemaskan.  Kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya?

Sebuah kisah yang menarik dan dipaparkan dengan asyik juga. Dilengkapi ilustrasi yang cantik, semakin membuat kisah ini enak untuk dibaca. Membaca kisah ini kita bisa belajar bahwa orang yang suka berbuat kebaikan akan mendapat balasan kebaikan juga.  Dan kita juga belajar, bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahan.  Selain itu dalam buku ini kita juga bisa belajar tentang sejarah tentang cikal bakal Kesultanan Bulungan.

Menarik bukan? Rasanya sayang jika tidak mengoleksinya. Membaca buku ini selain mendapat pelajaran moral, kita juga belajar sejarah mengenai keunikan-keunikan kisah rakyat di setiap daerah.  Tidak ketinggalan, mengingat buku ini bilingual book, maka kita juga bisa belajar bahasa Inggris lewat buku ini.

Srobyong, 10 Agustus 2017

No comments:

Post a Comment