Friday, 29 September 2017

[Review Buku] Pentingnya Menjaga Kelestarian Hutan dan Binatang

Judul               : Kapten Bhukal, The Battle of Alas Tua
Penulis             : Arul Chandrana
Penerbit           : Metamind, Creative Imprint of Tiga Serangkai
Cetakana         : Pertama, Agustus 2016
Tebal               : xviii + 382 hlm
ISBN               : 978-602-9251-32-6


Membaca novel bergenre fantasi ini,  kita akan diingatkan tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan dan binatang. Bahwa manusia itu tidak boleh egois, menguasai semua alam dan melupakan keberdaan binatang. Bagaimana pun binatang juga berhak hidup dan  berhak mendapat kebebasan dalam mencari pangan, layaknya manusia. 

Menceritakan tentang Bukhal, pendatang baru di Kampung Gunong Bengko, di hutan Bawean. Kehadirannya sempat membuat kampung gempar. Karena dia memiliki bentuk yang berbeda dari para monyet biasa. Bukhal bertubuh hitam pekat dan tidak memiliki ekor. Karena dia memang bukan monyet, tapi simpanse. Dia juga sering berbicara dengan kosakata aneh yang tidak pernah di dengar oleh para binatang (hal 20). 

Meskipun Ketua Mengmang sudah resmi menerima kehadiran  Bukhal, tapi tidak semua warga mau menerima Bhukal layaknya anggota masyarakat lainnya (hal 32). Banyak yang menatap tidak suka padanya. Mereka menganggap Bukhal aneh, mencurigakan dan terlihat berbahaya. Bukhal pun mencari cara agar dirinya bisa diterima oleh semua warga.  Dari Jarok dan Bocol—warga setempat yang langsung mengagumi Bukhal, dia akhirnya tahu bagaimana caranya agar bisa diterima dan dihormati di hutan itu.

“Jika ingin menjadi monyet yang bermartabat di sini, dihargai dan dihormati, didengar kata-katanya, dipertimbangkan usulnya, caranya hanya satu, menerobos ladang manusia, mengambil tanamannya dan kembali dengang selamat ke perkampungan.” (hal 45).

Bukhal pun langsung beraksi. Dia menyusun rencana agar bisa menerobos ladang manusia dan kembali dengan selamat. Dengan kepandaiannya dalam membuat strategi,  Bukhal berhasil melakukan aksinya. Kehebatannya pun langsung tersebar ke seluruh pelosok hutan. Para monyet  yang dulunya membenci dia, berbalik menghormatinya. Dan para binatang di hutan percaya kalau kedatangan Bukhal akan membawa anugerah. Karena Bukhal berhasil mengalahkan manusia yang kerap menindas para binatang, merusak hutan, sehingga sering kali mereka kekurangan makanan dan kehilangan keluarga. Di sinilah mereka bertanya-tanya, “Sebenarnya binatang dan manusia adalah dua jenis yang saling membutuhkan atau untuk saling menguasai?” (hal 121).

Bukhal  pun kemudian didaulat sebagai kapten yang memimpin para binatang untuk menyerang manusia. Mereka sudah tidak tahan lagi dengan sikap manusia. Mereka selalu bertindak semena-mena. Para manusia datang dengan senjata menebangi pohon, membuat para binatang tidak memiliki tempat tinggal. Tidak hanya itu manusia juga memburu para babi—membunuh, mengusir para babi ke hutan  kering dan mengambil tanah subur mereka untuk diolah sebagai perkebunan dan ladang. Para manusia juga memburu para rusa untuk diambil tanduknya.

Di sisi lain, para  petani yang menjadi korban perusakan yang dilakukan Bukhal bersama teman-temannya, sangat marah. Mereka tidak terima dengan apa yang dilakukan para binatang tersebut. Mereka juga melakukan rapat untuk menindaklanjuti kejadian itu. Mereka berencana untuk memburu dan membunuh para binatang.  Perang pun tidak bisa dihindari. Namun lebih dari itu ternyata Bukhal sendiri menyimpan  sebuah rahasia yang tidak pernh terduga dan membuat para binatang kaget dan tidak percaya. 

Novel  dengan gaya bahasa yang renyah ini,  menghadirkan sisi lain tentang kehidupan binatang yang kerap kali menjadi korban akan  keserahakahan manusia. Jadi tidak salah jika suatu saat para hewan akan marah dan menuntut hak mereka untuk memperoleh kebebasan. Sebagaimana yang pernah terjadi, ada konflik binatang dan manusia karena masalah pangan di Riau. Bahwa apa yang dilakukan para binatang adalah sebagai akibat dari apa yang dilakukan manusia (hal 241).  

Jadi perlu kita ingat bahwa seyogyanya sebagai manusia, kita harus menjaga kelestarian hutan dan binatang.  Tidak boleh bertindak semena-mena demi memuaskan keegoisan diri.



Srobyong, 26 Februari 2017 

No comments:

Post a Comment