Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 3 September 2017
Judul : Ninevelove
Penulis : J.S. Khairen
Penerbit : Gramedia
Cetakan Pertama, September 2016
Tebal : 331 hlm
ISBN : 978-602-03-3418-9
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.
Jangan pernah membenci seseorang
secara berlebihan. Karena batas sekat benci dan cinta itu sangat tipis.
Cintailah secara wajar dan bencilah secara wajar. Karena itu lebih baik dan
aman. Novel ini memadukan unsur cinta, persahabat, keluarga, dunia jurnalistik dan ekonomi. Kisahnya ringan dan cukup menghibur. Meski masih ada beberapa lubang yang membuat
novel ini terasa kurang. Meski begitu bagi penikmat buku bisa menjadikan buku
ini sebagai teman membaca yang ringan.
Menceritakan tentang Dewi yang entah
kenapa sangat tidak suka dengan Joven.
Dia merasa Joven selalu mencari perkara dengan dirinya, selalu membuat emosinya tersulut (hal 6). Joven adalah sosok kedua yang menempati urutan
yang paling dia benci. Pada posisi pertama adalah ayahnya sendiri yang dengan
tega telah meninggalkan dia dan ibunya selama bertahun-tahun, dan tiba-tiba
kembali dengan keadaan yang tidak terduga.
Bagi Dewi sosok yang selalu
membuatnya terpesona adalah Guruh, sahabat juga teman satu organisasi di Tinpa
Kampus. Dewi sangat menikmati
kegiatannya di sana, sampai seseorang yang tidak pernah dia duga muncul
memporak-porandakannya. Joven yang ternyata adalah wartawan junior Majalah
Cakrawala akhirnya ikut bergabung juga di sana.
Tapi dari sanalah akhirnya Dewi
mengenal siap Joven yang sebenarnya. Dia tidak sejahat yang dipirkannya selama
ini. Dewi menyadari kebencian yang dimiliki telah membutakan mata hatinya.
Karena itu dia mulai memperbaiki diri.
Selain itu ... Dewi juga ingin berdamai dengan masa lalunya tentang
ayahnya. Joven kemudian malah menjadi
sahabat yang sangat kental dengan dirinya, termasuk Guruh. Bertiga mereka
selalu kompak.
Namun benarkah pertemanan antara
pria dan wanita hanya sampai batas itu? Di sinilah maslahnya. Ternyata
diam-diam Dewi mulai menyukai Joven. Perasaan itu tumbuh sangat tidak terduga
seperti benci yang dulu menjajahnya. Hanya saja dia tahu, Joven sudah memiliki
kekasih. Di sisi lain, Guruh yang
dulunya hanya menganggap Dewi sebagai teman,
ternyata diam-diam mulai merasa ketertarikan kepada Dewi. Hanya saja dia tahu
ternyata hati Dewi meski dulu sempat menyukainya, kini sudah berpaling pada
Joven.
Entah bagaimana jalinan kisah mereka
di akhirnya nanti. Siapa yang akan bersama Dewi. Atau malah tidak seorang pun
di antara mereka. Karena pada
kenyataannya, cinta itu bukan hanya masalah mereka beriga. Ada beberapa sosok
lain yang juga ikut terlibat jalan kisah mereka bertiga. Di mana tokoh itu
memiliki andil yang cukup besar dan mengejutkan.
Dipaparkan dengan gaya bahasa yang
renyah dan asyik, membuat novel ini nyaman untuk diikuti. Dari segi cover novel ini sangat
memikat. Apa lagi judulnya yang unik. Ditambah lagi dalam sudut penceritaan yang
memilih menggunakan sudut pandang masing-masing tokoh. Membaca novel ini seperti kembali ke masa
perkuliahan yang menyenangkan dan seru. Bagaimana membawa diri dalam membangun
persahabatan, serta belajara arti kerjasama dalam berorganisasi.
Hanya saja, dalam novel setebal 331
halaman ini, ada beberapa bagian yang
terasa monoton dan sedikit membosankan. Karena beberapa tokoh kurang diekspkore
dengan baik. serta emosi-emosi para tokoh yang kurang kuat. Selain itu ada pula
sisi religi yang terasa kurang pas dari tokoh Dewi yang memustuskan berhijab.
Namun lepas dari kekurangannya,
novel ini cukup memberi banyak pembelajaran yang bisa direnungkan. Bahwa kita
tidak bisa menilai seseorang hanya dari luarnya. Serta jangan sampai masa lalu
menjadi bumerang yang akan menghacurkan diri sendiri. Di sisi lain ... kita juga bisa belajar lebih
banyak tentang dunia jurnalistis, dunia menulis serta bagaimana cara
bersosialisasi dalma organisasi.
Srobyong, 19 Maret 2017
No comments:
Post a Comment