Dimuat di Koran Pantura, Selasa, 21 Februari 2017
Judul : Love in Sydney
Penulis : Arumi E
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama, Mei 2016
Halaman : vi + 234 hlm
ISBN : 978-602-03-2857-7
Peresensi :
Ratnani Latifah, Penikmat buku dan penyuka literasi Alumni
Universitas Islam Nahdlatul Ulam Jepara.
Hidup
nggak bisa diulang. Yang sudah terlanjur terjadi nggak bisa kita batalkan. Kita
yang harus memutuskan, mau bangkit atau diam saja membiarkan diri tenggelam.
(hlm. 101)
Hidup itu memang tidak mudah. Setiap orang sudah pasti akan
mengalami pasang surut. Ada suka ada duka. Kadang berada di atas kadang juga
dibawa. Hanya saja kuat atau tidak dalam menghadapi ujian semua kembali pada
pribadi masing-masing. Novel Love in Sydney menceritakan tentang dua sosok—Zach
Mayers dan Maura Tafana yang mencoba lari dari masalah hidup yang tengah
menerpa hingga takdir mempertemukan mereka di Sydney.
Zach sebelumnya tinggal di Adelaide
bersama keluarga barunya. Namun kemudian dia memilih Sydney sebagai pelarian
setelah dia menerima kenyataan bahwa sosok yang entah sejak kapan sangat
disukainya-Aleska—adik tirinya, ternyata lebih memilih lelaki lain. Zach kecewa
dan dia butuh ketenangan untuk mencoba move on, sekaligus membuktikan
pada ayahnya bahwa dia bisa mandiri. Sedang Maura memilih meninggalkan nama besar
dan kehidupan yang mapan di Indonesia untuk bersembunyi dari ketakutan masa lalu dan trauma.
Siapa sangka persamaan nasib
mempertemukan mereka. Mereka bertemu dalam sebuah perjalanan setelah hujan.
Zach menuju kantornya sedang Maura
mengantar sepupunya Shanon untuk ke sekolah (hal. 5). Di sanalah kisah keduanya dimulai. Setelah
pertemuan yang tidak sengaja itu, Zach mulai dekat Maura. Apalagi sejak Maura
diusir tantenya karena dianggap lalai dalam menjaga Shanon.
“Kamu sudah melanggar kepercayaan
yang aku berikan padamu. Kamu harus
belajar bertanggung jawab, Maura. Menanggung akibat kesalahanmu.” (hal. 37)
Dan entah sejak kapan keberadaan
Maura bisa membuat Zach tidak lagi mengingat Aleska. Gadis itu memiliki sesuatu
yang membuat Zach tertarik. Meski Zach sadar ada sesuatu yang disembunyikan
Maura dengan segala tingkahnya yang kadang-kadang suka aneh jika bertemu dengan
orang Indonesia. Namun Zach bertekad
untuk bersabar agar bisa merengkuh gadis itu.
Sampai kemudian Zach melihat sosok
Maura dalam tampilan yang berbeda. Zach tidak menyangka kalau Maura memiliki
seorang kembaran. Mereka sungguh mirip hanya saja kembaran Maura—Maghali itu
berjilbab dengan sifat yang berbeda dari Maura (107). Entah
siapa yang nantinya akan diperjuangkan Zach dan rahasia apa yang disimpan
Maura.
Membaca novel ini, selain diajak
menyelami kisah manis antara Maura, Zach dan Maghali, pembaca juga diajak
menyelami kepingan-kepingan misteri hidup Maura. Apa alasan dia lari ke Sydney
dan takut untuk kembali jatuh cinta. Semua dipaparkan dengan gaya bahasa yang
apik oleh penulis. Selain menyuguhkan
kisah cinta yang manis, penulis juga mendukungnya dengan setting tempat yang
indah. Jadi seperti diajak jalan-jalan ke Sydney.
Keunikan lain dari novel ini adalah
penulis membubuhkan sisi religi yang cukup kental. Banyak hal yang bisa dipelajari setelah
membaca kisah ini. Misalnya tentang masalah shalat. Bahwa di manapun berada
baik di tempat mayoritas atau minoritas kita harus melakukan shalat. (hal. 74)
Atau tentang masalah pilihan berhijab dan etika pacaran.
Semua dikemas dengan gaya bahasa yang renyah sehingga tidak terkesan
menggurui. Meski tidak ada sesuatu yang sempurna, beberapa kesalahan dalam
kepenulisan tidak mengurangi kenikmatan dalam membaca.
Dari buku ini dapat dipetik
pelajaran untuk selalu bersyukur. “Bersyukurlah
kepada Tuhan. Dan tetaplah penuh harapan. Jangan lagi khawatir dengan masa depanmu.” (hal. 75) Serta mengajarkan agar jangan menjadi pribadi
yang mudah menyerah. Kita harus menjadi seorang yang penuh semangat dan selalu
berjuang keras dengan memiliki pikiran yang positif. Masa lalu itu bukan akhir dari segalanya.
Namun awal untuk menjadi pribadi yang lebih baik. “Kamu nggak akan maju kalau tetap
berkubang dalam masa lalu.” (hal. 161)
Srobyong, 27 September 2016
No comments:
Post a Comment