Friday, 21 April 2017

[Resensi] Potret Anak Kecil dalam Menghadapi Kesedihan

Dimuat di Kabar Madura, Jumat 31 Maret 2017 

Judul               : My Grandmother Asked Me to Tell You She’s Sorry
Penulis             : Fredrik Backman
Penerjemah      : Jie Efendie
Penerbit           : Noura Books
Cetakan           : Pertama, November 2016
Tebal               : 496 hlm
ISBN               : 978-602-385-164-5
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.

Setiap anak itu unik, memiliki keistimewaan tersendiri yang tidak bisa diprediksi. Berbeda itu tidak salah. Karena tak selamanya anak yang memiliki kekurangan itu buruk dan tidak selamanya orang yang terlahir sempurna itu baik. Karenya apa yang diberikan oleh Tuhan adalah sebuah anugerah yang pasti memiliki hikmah.

Novel ini mengisahkan tentang sosok Elsa yang berusia tujuh tahun  yang dianggap berbeda  dari kebanyakan orang dewasa—yang kemudian membuatnya tidak memiliki teman. Satu-satunya teman yang dimiliki hanyalah sang nenek yang berusia tujuh puluh tujuh tahun (hal 2). Bersama sang nenek, Elsa melakukan hal-hal luar biasa yang tidak pernah diketahui oleh orang lain. Itulah yang Elsa suka. Mereka memiiki rahasia—tentang dongeng dari Miamas, monster dan perburun harta karun.

Hanya saja, Elsa tidak bisa selamanya memiliki nenek yang selalu setia menjadi teman, menghibur dan mengenalkannya dengan keajaiban-keajaiban yang menyenangkan. Pada suatu waktu dia harus rela, bahwa sang nenek telah pergi untuk selamanya, karena sakit kanker yang dideritanya.  Di sinilah titik Elsa harus mulai melepas kepergian neneknya.

Meski sedih, Elsa mencoba menerima kepergian neneknya dengan lapang. Dia lalu fokus pada sebuah misi terakhir yang diberikan sang nenek. “Besok aku akan mengirimmu dalam perburuan harta karun yang paling  besar yang pernah kau tahu, kesatria kecilku yang pemberani.” (hal 54).
Dalam misi yang diberikan sang nenek mengatakan sesuatu yang membuat Elsa bingung. Di mana dia tidak boleh membenci neneknya, harus melindungi kastel, melindungi teman-teman dan memberikan sebuah surat pada siapa yang menunggu.

“Berikan surat ini kepada siapa yang menunggu. Dia tidak akan mau menerimnya, tapi katakan padanya  kalau surat ini dariku. Beritahu dia, nenekmu mengirim salam dan berkata dia menyesal.” (hal 57). Meski tidak memahami kenapa neneknya harus meminta maaf dan menyuruhnya melakukan misi itu ..., Elsa tetap melakukannya.

Pelan tapi pasti karena misi itu, Elsa mengetahui sesuatu yang selama ini tidak pernah neneknya ceritakan padanya. Kehidupan neneknya sebelum menjadi nenek. Bagaimana hubungan neneknya dengan sang ibu. Kesibukan neneknya hingga orang-orang yang pernah ditemui neneknya. Dan alasan kenapa nenek harus mint maaf.

Kalau boleh jujur, Elsa sempat marah, sedih dan merasa dikhianati. Apalagi dongeng yang katanya hanya menjadi rahasia mereka berdua, juga diketahui oleh orang lain. Bahkan ternyata dari tempat tinggal orang itu, nenek merajut cerita dongeng untuknya. Namun, mengingat semua kenangan yang pernah dilakukan bersama sang nenek, Elsa tidak bisa marah terlalu lama.  Dia malah sangat merindukan neneknya.

Selain menjalankan misi, Elsa juga dihadapkan pada hubungannya dengan sang ibu yang menikah lagi dan sedang hamil. Otomatis Elsa harus bersiap memiliki adik. Ada ketakutan kalau setelah mememiliki adik, dia akan dilupakan. Juga kehidupan para tetangganya yang rata-rata memiliki ciri khas sendiri, yang kadang membuatnya kesal. Entah apa yang dilakukan Elsa untuk mengatasi segala keruwetan hidup dan bagaimana  dia menyikapi kesedihannya.

Sebuah novel yang apik dan inspiratif.  Saya banyak belajar dari novel ini. Bahwa setiap orang itu unik dengan dirinya masing-masing. Kita tidak bisa menyakiti orang lain dengan mudah hanya karena dia berbeda.  Dan tidak selamanya seorang ayah tiri itu jahat. Selain itu dari novel ini saya juga belajar bahwa kita tidak bisa menilai orang lain dari luarnya saja.  Namun perlu digaris bawahi orangtua, ketika memutuskan bercerai dan membangun keluarga lagi, sangat perlu untuk memikirkan dengan masak dampak psikologi anak.

Mengangkat tema yang sering terjadi pada kehidupan sehari-hari, membuat kisahnya begitu lekat dan kuat.  Sesekali sedih, lucu dan sangat menyentuh. Kita diajak mengenal bagaimana Elsa menghadapi berbagai kesedihan. Baik ketika dia terlahir berbeda dan harus merasakan pembulian dari teman-temannya, lalu masalah keluarganya yang tidak utuh. Di mana dia bisa menjalani dengan bijak.  Dipaparkan dengan gaya bahasa yang unik dan  renyah, terjemahan yang asyik, membuat buku ini memikat.   Beberapa kesalahan yang ada tidak mengurangi kenikmatan dalam membaca novel ini.

Srobyong, 6 Februari 2017 

5 comments:

  1. o, ini buku terjemahan to ... kalau terjemahannya saja bagus .. apalagi aslinya .. tp, sayang .. b.inggrisku masih pas-pas'an ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak apa-apa atuh baca yang versi ini saja. Pasti seru.

      Delete
    2. Yup, bisa baca buku yang terjemahannya kalau penasaran. :D

      Delete
  2. aku lama banget ga baca di blognya samean, Mbak Ratna
    sampek kangen...
    aku ikut ambil pelajarannya yah mbakk.... :*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hhheh, boleh Rohma. Mungkin karena kamu semakin sibuk hehheh :)

      Delete