Dimuat di Radar Mojokerto, Minggu 26 Maret 2017
Judul : Cinta dalam Semangkuk Sop Kaki Kambing
Penulis : Ifa Avianty
Penerbit : Indiva
Cetakan : Pertama, Oktober 2016
Tebal : 176 hlm
ISBN :
978-602-6334-03-9
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama.
Jepara.
Membaca novel ini selain disuguhi
kisah cerita yang lucu dan unik, penulis juga menyisipkan sisi historis yang
berhubungan dengan perbedaan ideologi masa pergerakan nasioanal. Di sini disinggung juga perihal masalah
kultur daerah yang membuat novel ini terasa berbeda dengan kebanyakan novel
lainnya. Penulis memiliki keunikan tersendiri dalam menghadirkan kisah yang
tidak pasaran.
Mengisahkan tentang cinta segitiga
yang dikemas renyah dan tidak terduga. Ada Stepanie si Putri Ketimun yang
sering patah hati, Awy sang Pangeran Naga yang dimabuk asmara serta Gadhi si
jejaka nerdy.
Awy dan Gadhi adalah sahabat kental.
Mereka mulai dekat ketika masuk SMA,
karena sama-sama nerd.
Jadi dengan sendirinya mereka pun menjadi cocok (hal 16) Dan Stephanie adalah
teman Awy semasa zaman TK dulu. Mereka
sempat berpisah karena berbeda sekolah sampai akhirnya bertemu lagi di resto
Gadhi saat makan Sop Kaki Kambing.
Di sinilah, entah dapat gagasan dari
mana, tiba-tiba Awy ingin menjodohkan Gadhi dengan Stephanie. Menurutnya mereka
sangat cocok. Bahkan Awy sudah merencakan untuk mempertemukan mereka. Hanya saja,
mendadak Awy berubah pikiran. Diam-diam dia juga mengharapkan bisa memiliki
Stephanie. Hingga akhirnya dia membernikan diri mengutarakan perasaannya. Dan
di sinilah masalah dimulai. Di sisi lain, Stephanie merasa bimbang. Benarkah
dia telah melakukan hal yang benar dengan menerima Awy?
Beralih ke Gadhi, akhirnya dia
berkesempatan melihat Stephanie yang selalu dibanggakan Awy sebagai calon
istrinya. Yang ternyata pertemuan itu ternyata memberi efek yang tidak terduga.
Baik bagi Gadhi juga bagi Stephanie. Dan tiba-tiba dia merasa menyesal
mengiyakan tawaran Awy (hal 55).
Dan masalah semakin rumit, ketika
orangtua Stephanie menawarkan perjodohan dan Awy dihadapkan pada sebuah tradisi
yang membuatnya tidak tenang. Dan lebih mengejutkan Babe Awy ternyata mengenal
tentang keluarga Stephanie yang semakin membuatnya dilarang menikahinya. Ada
misteri apa?
Setelah bagian ini pembaca akan
diajak menyelami side story di masa lampau yang masih mendarah daging.
Sejarah yang berhubungan dengan keluarga Awy juga Stephanie. Setting waktu pun berubah di zaman masa
penjajahan tahun 1908-1924. Petualangan
baru yang menegangkan akan membuat kita tersihir.
Dipaparkan dengan sudut pandang
masing-masing tokoh membuat para tokoh terasa hidup. Sejak awal novel ini cukup
sulit ditebak endingnya. Membuat penasaran penuh kejutan. gaya bahasanya pun
renyah dan lugas. Asyik untuk diikuti. Dan lagi ada sisi religi yang kental dalam
novel ini. Meski memang pada beberapa
bagian ada yang terasa lambat dan ada ketidakkonsistenan dalam pemakaian pov
aku (hal 43-44). Tapi lepas dari kekurangannya novel ini sangat recomended
dibaca.
Kekuatan lain dalam novel ini adalah
banyaknya selipan nasihat yang menginspirasi bisa dijadikan pembelajaran dan
renungan. Misalnya di sini kita diajari
bagaimana cara menjaga hati, memanage cinta yang baik agar mendapat
rahmat-Nya. Kita juga dianjurkan untuk tidak membiasakan berpikir positif
karena pikiran positif memiliki energi yang positif juga. “Kalau kamu pikir
tidak bahagia, maka kamu kemungkinan memang tidak bahagia.” (hal 63).
Lalu kita juga dilarang berpikir
pendek dan negatif. “Jangan berpikiran negatif terhadap sesuatu yang belum
terjadi.” (hal 78). Dan mengajarkan agar ikhlas dalam setiap cobaan yang
menerpa, berdamai dengan masa lalu.
Srobyong, 25 Februari 2017
Nasehat-nasehatnya bagus. Jika kita berpikiran positif, maka energi-energi yang ada di sekitar kita akan menjadi positif. Jika kita berfikir bahagia maka ... ^_^
ReplyDeleteYup, itulah pentingnya positif thingking.
DeleteKita juga dianjurkan untuk tidak membiasakan berpikir positif karena pikiran positif memiliki energi yang positif juga. “Kalau kamu pikir tidak bahagia, maka kamu kemungkinan memang tidak bahagia.” (hal 63).
ReplyDelete.
.
.
ini kata2nya begitu ambigu mbak, hhee
kita dianjurkan utk berpikir positif, maka kita akan dampaknya, begitu pun sebaliknya, kira2 kayak gitu kan ya mbak, hheee
Hhheh, sepertinya ada yang kelebihan kata atau ada yang harus ditambah. hehh Rohma jeli banget :) Masukan diterima :)
DeleteBerarti ini pake alur flashback yah, Mbak Ratna?
ReplyDeleteaku jadi penasaran, ada konflik apa sih sma keluarga Awy sama Stephanie? heheee
Tepatnya sih alurnya campuran Rohma, kisahnya sederhana tapi dikemas dengan tidak biasa, jadi seru :D
Delete