Thursday, 7 December 2017

[Review Buku] Kisah Anna & Bara, Rahasia Sepulang Sekolah




Judul               : Anna & Bara
Penulis             : Ghyna Amanda
Penyunting      : Jason Abdul
Penerbit           : Falcon Publishing
Cetakan           : Pertama, November 2017
Tebal               : 248 halaman
ISBN               : 978-602-6714-02-2

Blurb

Anna said : “Kikuk, rambut berantakan, kacamata tebal, berotak udang pula. Itulah Bara. Masalahnya, aku malah terperangkap buat bantuan dia menghadapi ujian nasional. Rasanya jadi buang-buang waktu! Pokoknya jangan sampai teman-temanku tahu soal ini!”

Bara said : “Cewek populer dan pintar, tapi bermuka dua. Itulah Anna. Mau enggak mau aku harus belajar bersamanya. Tapi gimana bisa belajar kalau mood-nya gampang berubah dan dia suka melempar-lempar benda apa pun setiap aku salah jawab soal?”

Yang satu populer. Yang satu nerdus. Keduanya tepaksa harus bekerja sama untuk meraih satu tujuan. Tapi jangan sampai siapa pun tahu apa yang bisa terjadi setelah jam sekolah, ya ....

~*~

Apa yang akan terjadi jika di cewek populer dan cowok nerd dipertemukan? Itulah kira-kira pertanyaan yang menjadi kunci memikat dalam novel ini. Ketika kebanyakan penulis sering memilih tokoh utama cowok yang pintar, cool, dan sederet kelebihan lainnya, maka berdanding terbalik dengan  Ghyna. Dia malah memilih cowok nerd sebagai tokoh utama.  Dan di sinilah malah keunikannya. Dia berani tampil beda. Belum lagi tema yang diangkat meski sederhana namun juga unik dan saya rasa jarang diangkat dalam beberapa segi.

Novel ini sendiri berkisah tentang Anna cewek populer di sekolah, karena segudang prestasi yang dimilikinya. Meski di balik semua itu ... ternyata dia menyimpan sesuatu yang tidak pernah diduga oleh orang lain.  Ada pula Bara, cowok nerd yang tidak pernah dipedulikan keberadaannya  penampilannya yang tidak menarik juga memiliki kelemahan dalam pelajaran.

Dan siapa sangka keduanya kemudian dipertemukan dalam peer tutor yang sebenarnya sangat tidak disukai Anna. Bagi Anna kegiatan itu sangat menganggun dan membuang waktu.  Tapi sayangnya dia tidak bisa menolak permintaan Pak Yunus ketika memintanya melakukan hal itu. Dia harus selalu menunjukkan sikap patuh dan tidak protes. Namun setidaknya ada uang lelah yang bisa dia dapat dari kegiatan tersebut (hal 13).

Berbeda dengan Bara, ketika dia dipertemukan dengan Anna, tentu saja dia sangat senang. Apalagi jika mengingat pertemuan pertama mereka di masa-masa awal dalam orientasi siswa baru. Namun siapa sangka apa yang kemudian terjadi malah di luar bayangan Bara. Dari pertemuan itu dia malah menemukan sisi lain dari Anna yang tidak pernah dia lihat di sekolah. Meski begitu, Bara tetap menikmati pertemuan mereka setiap pulang sekolah. Apalagi berkat Anna, nilai Bara pun mulai mengalami peningkatan.   Dan kisah semakin seru, ketika tiba-tiba Anna merubah penampilan Bara menjadi sosok berbeda. Apa yang sedang dipikirkan Anna? Kenapa dia melakukan hal itu? Apa yang sebenarnya terjadi setelah pulang sekolah di antara mereka?

Bersamaan dengan perubahan yang terjadi pada Bara, tiba-tiba sosok di masa lalu Anna muncul. Ramon, mantan pacar Anna mengajak balikan. Apa yang akan dilakukan Anna? Apakah dia akan menerima kembali Ramon?  Lalu ada pula Natalia teman Anna, yang mengatakan pada Bara, bahwa bisa jadi selama ini dia hanya dimanfaatkan Anna.

“Kamu enggak dimanfaatin sama dia, kan? Si Annika itu, katanya dari katanya dari keluarga miskin. Dia populer gara-gara deketin anak-anak kaya. Jadi bisa nebeng-nebeng gitu, deh. Hati-hati aja. Kalau dia udah ngebaik-baikin kamu, berarti dia udah mulai manfaatin.” (hal 63-64).  Pertanyaannya apakah Bara akan percaya begitu saja?

Selain membahas tentang kisah rahasia sepulang sekolah yang dilalui Anna dan Bara, di sini kita juga diajak menyelami latar belakang kenapa Anna bisa memiliki sikap yang bertolak belakang—di mana di sekolah dia selalu menunjukkan kepatuhan dan teladan yang baik, sedang bersama Bara, Anna menjadi sosok yang apa adanya—marah dengan bebas atau berbicara sesuka hati. Serta kenapa Bara yang nampak begitu pendiam dan menutup diri dari pergaulan.

Tidak ketinggalan ada pula masalah keluarga juga perihal usaha mencapai mimpi yang ingin diraih. Meski keduanya harus menghadapi kenyataan mimpi mereka tidak terlalu dihargai orantua masing-masing. Bara yang lahir dari keluarga dokter, dipaksa mengikuti jejak orangtua, padahal dia ingin menjadi pramugara. Sedangkan Anna yang ingin menjadi dokter, karena alasan finansial malah dilarang melanjutkan sekolah.

 “Anna merasa mimpinya tidak terlalu tinggi. Mimpinya belum sempat mengudara, tapi sudah dijatuhkan duluan.”(hal 123).

Membaca novel ini kita seperti diajak menyelami masa SMA lagi yang menyenangkan dan penuh kejutan. Ceritanya lucu, menghibur dan sukses bikin tertawa dari senyum biasanya sampai terbahak.
Suka dengan tema yang diangkat penulis. Meski ada bumbu kisah cinta yang dimasukkan dalam novel ini, namun porsi cinta tidak sampai menguasai  pokok cerita. Karena di sini lebih pada perjuangan para siswa yang mencoba menjari jati diri.  Juga tentang persahabatan, kepercayaan dan masalah mimpi serta keluarga.

Hanya saja penulis tidak mengeksplore lebih lanjut tentang orangtua Bara, yang sempat disinggung. Padahal jika dibahas lebih lanjut, kisah akan terasa lebih menarik dan hidup. Lalu kisah ini bisa dibilang memiliki alur cepat. Jadi jangan terkejut jika awalnya kita berada di A sebentar, maka tidak lama kita akan langsung sampai pada point B.

Namun lepas dari semua itu, novel ini tetap menghibur dan patut dibaca. Suka dengan gaya bahasa penulis yang lepas dan renyah. Bikin nggak bosen. Trus salut dengan penulis, di mana dia benar-benar bisa menghidupkan  para tokoh.

Dari novel ini saya belajar, bahwa orangtua tidak seharusnya membatasi keinginan anak. Orangtua semestinya memberi dukungan bukan mematahkan. Selain itu kita diingatkan untuk jadi diri sendiri,  dan jangan suka memfitnah.

Srobyong, 7 Desember 2017

4 comments:

  1. bagus ya kayaknya.. jadi pengen ikutan baca.. salam kenal :)

    ReplyDelete
  2. Aduh kak,, rambutku emang berantakan, tapi aku enggak pake kacamata, dan otakku enggak udang deh sepertinya :(

    -Traveler Paruh Waktu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah ada Bara mampir. Eh ... :D berarti bukan bara kamu yang dimaksud hehhheh

      Delete