Friday, 29 April 2016

[Review] Tentang Pertemuan dan Pelajaran Hidup


Judul               : 17:17
Penulis             : Sheva
Editor              : Septi Ws
Ilustrasi Isi      : Cynthia
Penerbit           : Grasindo
Cetakan           : pertama, Maret 2016
Halaman          : vi + 184
ISBN               : 978-602-375-377-2

“Ini benar-benar menjadi hari yang melelahkan. Namun,  sulit untuk tidak memikirkan tentang pertemuan hari ini.” (hal. 176)

Hari esok memang tidak bisa ditebak. Dengan siapa kita bertemu dan kejutan apa yang menanti. Apakah itu kabar gembira atau malah kabar buruk.  Tapi siapa sangka dari pertemuan itu malah bisa memahami tentang perjalanan hidup.

Novel ini menceritakan tentang dua orang asing yang semula tidak pernah saling kenal yang kemudian bertemu pada waktu dan cuaca yang tidak tepat. Raka dan Sara sebenarnya hari itu, mereka tengah mengikuti tes wawancara sebagai business development executive.

Dari rumah Raka sebenarnya sudah tidak terlalu tertarik dengan wawancara itu.  Dia gugup dan sediki merasa mual. Hanya saja dia berusaha berpikir positif mungkin ini adalah kesempatannya bisa mendapat pekerjaan setelah empat bulan menganggur.

Sama halnya dengan Sara. Dia bertanya pada ibunya bagaimana jika nanti dia gagal. Namun sang ibu dengan bijak memberikan kekuatan positif pada anaknya. “Ya, bangkit lagi, dong. Jangan cepat putus asa, ibarat makanan belum matang, apinya keburu dimatikan hanya karena takut pancai panas.” 
(hal. 7)
Rasa  pesimis Sara semakin terasa ketika sampai di tempat wawancara. Di mana para peserta tenyata bukan hanya dirinya dan lagi dia harus melakukan tes psikotes. Hal yang sangat tidak sukainya, dan menurutnya psikotes hanya tipuan luar biasa yang membuatnya gagal berulang-ulang dalam wawancara pekerjaan. (hal. 15) Itulah alasan yang kemudian membuat Sara lebih memilih meninggalkan wawancara begitu saja ketika tahu ada psikotes. Dia memilih  makan di McDonald’s yang kemudian terjebak hujan deras.

Saat itulah Raka datang dengan tubuh yang sudak basah kuyup karena menerjang hujan. Dan entah kenapa dari sekian banyak ruang kosong, Raka memilih duduk di meja di samping Sara dan menyapa.  (hal. 25)

Sara tidak ada pilihan hujan, membuatnya terjebak di sana. Meski dia menyimpan banyak kecurigaan, dia tetap memilih di dalam.  Lagipula di sana adalah tempat paling aman untuk berteduh. Kalau pun dia memutuskan pulang, juga masih sulit.

Dua orang yang tidak saling kenal, terjebak pada satu tempat. Namun siapa sangka, pertemua itu membuat mereka mendapat pelajaran hidup yang cukup bermakna. Dari obrolan ringan, canda tawa bahkan pertengkaran. Lalu mendengarkan musik juga memutuskan menuju stasiun bersama.

Uniknya mereka memutuskan kepergian itu tepat pukul 17:17, waktu yang terasa ganjil. Hanya saja waktu itu kemudian memiliki kejutan yang tidak terduga. Menimbulkan sebuah pertanyaan besar apakah bisa mereka bisa kembali dipertemukan di waktu yang sama?

Sebuah novel yang cukup unik dengan gaya bahasa yang dipakai. Sempat mengernyitkan dahi, tapi perlahan gaya bahasa yang dipilih membuatku benar-benar tertarik untuk menyelesaikan kisah ini—penasaran sekali dengan apa yang akan terjadi selanjutnya natara Raka dan Sara. Banyak kejutan yang sungguh membuaku berdecak kagum. Bagaimana penulis bisa menceritakan kisah ini dengan sangat runtut.

Bermula dari pertemuan tak terduga hingga mereka harus berpisah dengan perasaan yang sama-sama tidak menentu. Hari yang sebelumnya dirasakan ingin cepat diakhir, malah membuat mereka ingin memperpanjang lagi waktu agar bisa saling bercakap. Padahal mereka sudah diingatkan alarm untuk pulang.

Memakai gaya alur maju mundur membuat kisah ini semakin membuatku terjebak pada labirin, karena harus menebak-nebak apa yang dulu telah terjadi? Ada juga ilustrasi Raka dan Sara yang semakin membuat novel ini unik. Hanya saja masih ada beberapa typo dan kesalahan tanda baca di sana. Juga ada ketidakkonsiten dalam penggunan pov pada bagian Sara. (hal. 123)

Tapi lepas dari itu, novel ini sungguh menarik untuk dibaca. Bagaimana seseorang memadang kehidupan dan mengatasi berbagai permasalahan yang harus dihadapi. Percakapan yang terjadi antara Raka dan Sara, meski sederhana sungguh sangat sarat makna dan saling mengingatkan mereka tentang kehidupan.

Beberapa quote yang menyentil  adalah

~Kesulitan itulah yang membuat diri kita semakin dewasa setiap harinya. (hal. 75)

~Sejelek-jelek perkataan, gue lebih memilih kata-kata yang jujur. (hal. 91)

~Dapat pekerjaan itu memang masalah kesempatan. (hal. 111)

~Fiksi adalah salah satu bentuk kenikmatan untuk menenangkan diri. (hal. 119)

~Hidup orang juga sama kompleksnya dengan hidup kita. Punya kesalahan dan punya hal-hal yang mengejutkan. (hal. 125)

Secara keseluruhan novel ini mengajarkan agar kita menjalani hidup dengan baik. Jangan mudah berputus asa. Ambil sisi positifnya saja. Bahwa dalam setiap kehidupan itu selalu ada sisi baik dan buruk.  Dan kadang kehidupan yang kita rasa rumit itu bisa menjadi lebih mudah jika kita bisa berpikir secara sederhana. Hanya saja kita kadang mengabaikannya.

Srobyong,  29 April 2016 

No comments:

Post a Comment