Judul
:
17:17
Penulis :
Sheva
Editor :
Septi Ws
Ilustrasi
Isi : Cynthia
Penerbit : Grasindo
Cetakan : pertama, Maret 2016
Halaman : vi + 184
ISBN : 978-602-375-377-2
“Ini benar-benar menjadi hari yang
melelahkan. Namun, sulit untuk tidak
memikirkan tentang pertemuan hari ini.”
(hal. 176)
Hari esok memang tidak bisa ditebak.
Dengan siapa kita bertemu dan kejutan apa yang menanti. Apakah itu kabar
gembira atau malah kabar buruk. Tapi siapa
sangka dari pertemuan itu malah bisa memahami tentang perjalanan hidup.
Novel ini menceritakan tentang dua
orang asing yang semula tidak pernah saling kenal yang kemudian bertemu pada waktu
dan cuaca yang tidak tepat. Raka dan Sara sebenarnya hari itu, mereka tengah
mengikuti tes wawancara sebagai business development executive.
Dari rumah Raka sebenarnya sudah
tidak terlalu tertarik dengan wawancara itu.
Dia gugup dan sediki merasa mual. Hanya saja dia berusaha berpikir
positif mungkin ini adalah kesempatannya bisa mendapat pekerjaan setelah empat
bulan menganggur.
Sama halnya dengan Sara. Dia
bertanya pada ibunya bagaimana jika nanti dia gagal. Namun sang ibu dengan
bijak memberikan kekuatan positif pada anaknya. “Ya, bangkit lagi, dong. Jangan
cepat putus asa, ibarat makanan belum matang, apinya keburu dimatikan hanya
karena takut pancai panas.”
(hal. 7)
(hal. 7)
Rasa pesimis Sara semakin terasa ketika sampai di
tempat wawancara. Di mana para peserta tenyata bukan hanya dirinya dan lagi dia
harus melakukan tes psikotes. Hal yang sangat tidak sukainya, dan menurutnya
psikotes hanya tipuan luar biasa yang membuatnya gagal berulang-ulang dalam
wawancara pekerjaan. (hal. 15) Itulah alasan yang kemudian membuat Sara lebih
memilih meninggalkan wawancara begitu saja ketika tahu ada psikotes. Dia memilih makan di McDonald’s yang kemudian terjebak
hujan deras.
Saat itulah Raka datang dengan tubuh
yang sudak basah kuyup karena menerjang hujan. Dan entah kenapa dari sekian
banyak ruang kosong, Raka memilih duduk di meja di samping Sara dan menyapa. (hal. 25)
Sara tidak ada pilihan hujan,
membuatnya terjebak di sana. Meski dia menyimpan banyak kecurigaan, dia tetap
memilih di dalam. Lagipula di sana
adalah tempat paling aman untuk berteduh. Kalau pun dia memutuskan pulang, juga
masih sulit.
Dua orang yang tidak saling kenal,
terjebak pada satu tempat. Namun siapa sangka, pertemua itu membuat mereka
mendapat pelajaran hidup yang cukup bermakna. Dari obrolan ringan, canda tawa bahkan
pertengkaran. Lalu mendengarkan musik juga memutuskan menuju stasiun bersama.
Uniknya mereka memutuskan kepergian
itu tepat pukul 17:17, waktu yang terasa ganjil. Hanya saja waktu itu kemudian
memiliki kejutan yang tidak terduga. Menimbulkan sebuah pertanyaan besar apakah
bisa mereka bisa kembali dipertemukan di waktu yang sama?
Sebuah novel yang cukup unik dengan
gaya bahasa yang dipakai. Sempat mengernyitkan dahi, tapi perlahan gaya bahasa
yang dipilih membuatku benar-benar tertarik untuk menyelesaikan kisah ini—penasaran
sekali dengan apa yang akan terjadi selanjutnya natara Raka dan Sara. Banyak
kejutan yang sungguh membuaku berdecak kagum. Bagaimana penulis bisa
menceritakan kisah ini dengan sangat runtut.
Bermula dari pertemuan tak terduga
hingga mereka harus berpisah dengan perasaan yang sama-sama tidak menentu. Hari
yang sebelumnya dirasakan ingin cepat diakhir, malah membuat mereka ingin
memperpanjang lagi waktu agar bisa saling bercakap. Padahal mereka sudah
diingatkan alarm untuk pulang.
Memakai gaya alur maju mundur
membuat kisah ini semakin membuatku terjebak pada labirin, karena harus
menebak-nebak apa yang dulu telah terjadi? Ada juga ilustrasi Raka dan Sara
yang semakin membuat novel ini unik. Hanya saja masih ada beberapa typo dan
kesalahan tanda baca di sana. Juga ada ketidakkonsiten dalam penggunan pov pada
bagian Sara. (hal. 123)
Tapi lepas dari itu, novel ini
sungguh menarik untuk dibaca. Bagaimana seseorang memadang kehidupan dan
mengatasi berbagai permasalahan yang harus dihadapi. Percakapan yang terjadi
antara Raka dan Sara, meski sederhana sungguh sangat sarat makna dan saling
mengingatkan mereka tentang kehidupan.
Beberapa quote yang
menyentil adalah
~Kesulitan itulah yang membuat diri
kita semakin dewasa setiap harinya. (hal. 75)
~Sejelek-jelek perkataan, gue lebih
memilih kata-kata yang jujur. (hal. 91)
~Dapat pekerjaan itu memang masalah
kesempatan. (hal. 111)
~Fiksi adalah salah satu bentuk
kenikmatan untuk menenangkan diri. (hal. 119)
~Hidup orang juga sama kompleksnya
dengan hidup kita. Punya kesalahan dan punya hal-hal yang mengejutkan. (hal.
125)
Secara keseluruhan novel ini
mengajarkan agar kita menjalani hidup dengan baik. Jangan mudah berputus asa. Ambil
sisi positifnya saja. Bahwa dalam setiap kehidupan itu selalu ada sisi baik dan
buruk. Dan kadang kehidupan yang kita
rasa rumit itu bisa menjadi lebih mudah jika kita bisa berpikir secara
sederhana. Hanya saja kita kadang mengabaikannya.
Srobyong, 29 April 2016
No comments:
Post a Comment