Judul : Pancuran
Pangeran
Penulis : Lilis Hu
Penerbit : Bhuana Ilmu Populer
Editor : Dewi Widiyastuti
Redesain : Yanyan Wijaya
Halaman : 55 halaman
Cetakan : Pertama, 2016
ISBN :
978-602-394-097-4
Dongeng ini menceritakan tentang
Pancuran Pangeran. Kenapa disebut Pancuran pangeran?
Dulu di sebuah kerajaan yang
terletak di antara Bogor dan Jakarta, ada seorang Raja yang memiliki 3 putra. Raja tidak ingin ketiga putranya saling
berebut menjadi putra mahkota, ketika dia nanti turun tahta. Karena itu sang
raja melakukan sebuah sayembara untuk mengetahui siapa yang nantinya pantas
menggantikan dirinya.
Para Pangeran diharuskan mengembara.
Dan barangsiapa yang pertama sampai di istana dengan membawa tongkat sakti,
maka dialah pemenangnya. (hal. 10)
Ketiga pangeran itu pun berangkat. Meski
perjalanan yang harus dilalui itu sangat meleahkan dan harus melewati jalan
tanjakan. Saat siang semakin panas, mereka sampai di sebuah pancuran. Mereka pun
sangat senang dan ingin mandi di sana.
Dua pangeran, yaitu Pangaran Suta
dan Gerinda segera melompat. Mereka lupa meminta izin pada kakek penunggu
danau. Dan seketika tubuh mereka berubah menjadi kaku. Pangeran Jaya sungguh
sedih melihat keadaan kedua adiknya. Dia pun meminta kepada kakek penunggu
untuk memaafkan sikap kedua adiknya.
sumber google
Kakek itu bisa saja melakukannya
tapi ada syarat yang harus dilakukan Pangeran Suta. Sapakah Pangeran Suta bisa
melakukan syarat itu? Dan siapa di antara ketiga pangeran yang nantinya bisa
mendapat tongkat sakti?
Buku dongeng ini sangat bagus untuk
dijadikan bacaan yang menyehatkan. Karena selain banyak pesan moral yang bisa
diambil pelajara, buku ini terdiri dari dua bahasa. Jadi anak-anak juga
sekalian bisa belajar bahasa Inggris.
Beberapa pesan yang bisa diambil
dari kisah Pancura Pangeran adalah, bahwa seorang ayah harus arif bijaksana dan
tidak pilih kasih, lalu dalam persaudaraan harus saling menyayangi. Ada pula
pesan yang mengingatkan untuk tidak melanggar aturan dan selalu berusaha sekuat
tenaga untuk berjuang mewujudkana harapan serta tidak sialu dengan harta.
Srobyong 23 April 2016
Pesan moralnya baguuusss
ReplyDeleteBanget Mbak, aku sempat nggak ngeh sama dongeng ini, lho. ternyata dari Jakarta. kudet banget. hehh
Delete