Tuesday, 12 April 2016

[Review] Meneladani Kecintaan Membaca dan Menuntut Ilmu Sang Guru Bangsa


Judul               : Peci Miring
Penulis             : Aguk Irawan MN
Penerbit           : Javanica (PT. Kaurama Buana Antara)
cetakan            : 1, September 2015
Halaman          : 404 halaman
ISBN               : 978-602-77293-1-5

Peci Miring merupakan novel biografi Gus Dur karya Aguk Irawan MN yang memang sangat berbeda dari kebanyakan buku senada yang lain. Dalam buku ini, dipaparkan secara lengkap dan runtut  tentang masa kecil yang sudah memiliki hobi membaca dan perjalannya dalam menuntut ilmu dengan menggunakan bahasa yang mengalir.  

Sebagai warga Indonesia pasti tidak asing dengan tokoh fenomenal ini. Gus Dur atau yang bernama asli Abdurrahman Ad-Dakhil, dan juga dikenal dengan nama Abdurrahman Wahid. Cucu dari Hadratusy Syaikh  K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri NU dan putra dari K.H. Wahid Hasyim. Serta tokoh  yang pernah menjadi bapak negeri—Presiden Republik Indonesia yang keempat.

Gus Dur, begitulah sapaan yang melekat padanya hingga sekarang. Tokoh yang sejak kemunculannya dibilang kontroversi. Karena menurut kebanyakan orang, Gus Dur itu sulit dipahami. Memiliki sisi nyeleneh—unik dalam setiap pandangan hidup. Sangat kritis, namun tetaplah seorang yang humoris dan sangat sederhana. Lepas dari itu  Gus Dur adalah sosok yang selalu dicintai dan selalu dirindukan.  (hal.16)

Gus Dur lahir di Jombang, 7 Semptember 1940. Sejak kecil Gus Dur sudah memiliki kecintaan pada buku. Karena itu kisah semasa kecil hingga remaja Gus Dur banyak dihabiskan dengan membaca dan menuntut ilmu, dari satu pesantren ke pesantren lain bahkan ke luar negeri.

Hobi membaca sepertinya menurun dari hobi sang ayah. Di manapun dan kapan pun Gus Dur selalu meluangkan lebih banyak waktu untuk membaca. Bisa dibilang perpustakaan adalah rumah yang nyaman baginya. Pada jam istirahat dia lebih suka meluangkan waktu untuk membaca di perpustakaan. Selain di perpusatakaan  sekolah, perpustakaan pribadi sang ayah juga menjadi sasaran untuk memuaskan hasrat membacanya. Namun ternyata semua itu seakan tidak cukup, sehingga Gus Dur pergi juga ke perpustakaan nasional. Gus Dur berkata, “Aku suka membaca. Dengan membaca akan aku kuasai dunia!”  (hal. 97) Itulah motivasinya membaca.

Dari hobi membaca, Gus Dur pun memiliki kemampuan menulis yang baik. Dulu dia pernah disuruh gurunya untuk menulis dan Gus Dur mengikuti anjuran itu. Ternyata karangan yang dia ikutkan dalam sebuah lomba menulis tingkat sekolah dasar dimenangkan oleh dirinya. (hal. 102)

Setelah  menyelesaikan sekolah dasar, Gus Dur melanjutkan pendidikan di SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) lalu mondok di Krapyak. Di sana Gus Dur mengenal Haji Junaidi dan teman-teman aktivis PKI yang bisa diajak diskusi. Baik itu tentang buku, pengetahuan tentang komunis juga tentang film. (hal. 140) Kemudian Gus Dur mondok lagi ke Tegalrejo. Selama dua tahun nyantri di sana, menurut Kia Chudlori, pencapaian ilmu yang diperoleh Gus Dur sangat luar biasa. Lalu Gus Dur diminta Kiai Bisri Syansuri—kakeknya untuk ikut mengajar di Tambakberas.

Namun setelah  satu tahun mengajar, Gus Dur mulai  merasa gelisah tentang kemana lagi harus belajar. Selama ini memang sudah banyak sekali buku yang dibacanya. Tapi entah kenapa terasa masih kurang. Dia merasa masih bodoh dan harus terus berjuang untuk menuntut ilmu.

Karena itu Gus Dur memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke Mesir—pusat peradaban ilmu pengetahuan. (hal.290) Tidak puas belajar di Mesir, Gus Dur melanjutkan perjalanan menaklukkan buku dan mentut ilmu di Baghdah dan Eropa.


Novel biografi yang inspiratif, sarat makna dan patut dibaca. Kita bisa meneladi semangat Gus Dur dalam menuntut ilmu, dan kecintaan nya pada membaca buku dan menuntut ilmu. Beberapa bagian buku yang terasa lambat, tidak mengurangi kenikmatan membaca buku ini. Karena cerita dipaparkan dengan baik dan lugas.  Gaya bahasa ringan dan mudah dimengerti. Ada banyak quote bagus dan bisa diresapi. Antara lain, “Jika aku tidak membaca, aku takkan tahu apa-apa.” (hal. 288)

No comments:

Post a Comment