Thursday 27 November 2014

[Horkom] Sakitnya Tuh Di sini






Judul :Sakitnya Tuh Di sini

Oleh :Kazuhana El Ratna Mida/ Ratna Hana Matsura.

Aku duduk di ruang keluarga, dengan menikmati tayangan Televisi, yang hanya ditemani deru angin yang menerpa diri. Ya, malam ini aku terjebak sendirian di sini. Salahku juga sih, menolak ikut ayah dan ibu ke Bandung.

Mau bagaimana lagi, tadi ada kegiatan di sekolah yang menuntutku pulang lebih sore dari biasa. Aku tidak bisa meninggalkan amanah yang aku miliki. Sudahlah, sekali-sekali di rumah sendiri juga tidak apa-apa. Aku malah bebas sesuka hati.

Tapi baru aku ingat malam ini bertepatan dengan jumat kliwon, yang identik dengan keluarnya para demit yang sering berkeliaran di sekitar rumah ini. Maklumlah rumahku kan dekat pemakaman. Jadi rumahku kadang dijadikan persinggahan.

Masih di depan TV, sambil menikmati kopi kutatap layar melihat aksi Lee Min Hoo yang tengah memerankan perannya dengan apik . Aku jadi semakin terbius akan pesonanya. Aku tertawa terbahak melihat kelakuan konyolnya dalam menjaga Kim Nana.

“Lucu sekali,” ucapku sambil memegang perut.

“Iya, aku jadi tidak bisa menahan tawa,” ucap seseorang di sampingku dia tertawa khas legenda yang dimiliki.

Deg!

Jantungku berirama tak menentu. Aku kan di rumah sendirian lalu siapa yang berada di sampingku sekarang? Kutatap secara perlahan saat  memalingkan muka.

“Hi-hi-hi-hi,” dia tertawa menatapku.

“Maaf ya, aku masuh tidak permisi. Siapa suruh kau tidak mengunci rumahmu sendiri,” dia kembali tersenyum ngeri.

“Hi-hi-hi-hi,”

“Sudah-sudah kau jangan ketawa Mbak Kunti, bikin merinding saja,” aku memukul pundaknya. Seenaknya saja dia masuk ke rumah. Dia nyengir kuda.

Kami pun melanjutkan acara nonton drama Korea. Namun suara loncat-loncat mengusik keasyikan kami—ternyata Kang Pocong datang dengan marah-marah.

“Jadi, karena ini kamu mutusin aku Kunti? Jahat kamu. Tega!” runtuk Kang Pocong. Dia menatap acara yang kami lihat ini.

Segera Kang Pocong membanting TV yang sejatinya baru dibeli.

“Kurang ajar, kau membuat aku patah hati,” marahnya.

Plak! Pukulan manis medarat di wajah Kang Pocong yang terlihat separuh.

“Bodoh siapa juga yang mau mutusin kamu, aku itu cuma menemani Naila yang sendirian di rumah, kasihan,’kan? Nonton bareng gitu,” Mbak Kunti menjelaskan. Kini dia menggelayuti Kang Pocong dengan manja.

“Jadi, aku salah ya?” Kang Pocong-garuk-garuk kepalanya yang sudah terbungkus kain kafan.

"Iya, atuh, Kang," mbak Kunti terseyum genit.

“Yuk sekarang kita kencan saja, TVnya sudah hancur tak ada tontonan,” ajak Mbak Kunti.

Aku menatap melongo. Dua hantu bertengkar hebat, gegara salah paham, lalu berbaikan bermesraan manja di depanku. Menyebalkan sekali, aku aja yang manusia, tak punya pasangan, dan TV yang kujadikan teman pun dihancurkan. Sakitnya tuh di dini. Nunjuk hati.


---The End---
Srobyong, 22 November 2014.

No comments:

Post a Comment