Wednesday 19 November 2014

[Buku] Manajemen Hati Madrasah Jiwa Part 5 "Manfaat Madrasah Jiwa"




BAB 5
MANFAAT MADRASAH JIWA

A.    Akhlak-akhlak Mulia (makarimul akhlaq)
Allah SWT berfirman:
Bersikap pemaaflah engkau dan suluruhlah orang lain melakukan kebaikan serta jangan hiraukan orang-orang bodoh. (QS al-A’raf[7]:199) 
        Maksud ayat tersebut adalah hendaklah engkau mengampuni orang yang berbuat zalim kepadamu, demawan kepada orang yang kikir kepadamu dan sambunglah silaturrahmi dengan orang yang memutuskan kepadamu, tidak menghiraukan perbuatan tidak baik dari orang yang bodoh dan berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepadamu.
        Nabi Muhammad saw, diutus untuk memberi teladan akhlak mulia. Beliau berkata, “ Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak tahu.”
        Di antara akhlak mulia adalah menebar salam, member makan, silaturrahmi, dan shalat di waktu malam di saat orang-orang sedang tidur, meraih berbagai kemuliaan dengan menjauhi perkara-perkara yang di haramkan. Akhla-akhlak mulia adalah bagian dari amalan ahli surga yang dapat dilihat indikasinya dari ucapan lembut diikuti dengan tindakan mulia. Termasuk akhlak mulia adalah membalas budi orang lain dengan balasan yang lebih besar.[64]
        Akhlak mulia tidak pernah menghalang dirimu berbuat kebajikan. Akhlak mulia juga tudak sombong. Belajarlah melupakan kesalahan teman,dan punya sifat pemaaf, segeralah penuhi kebutuhan mereka, dan bantulah orang yang memerlukan bantuan.


B.     Syukur dan Bahagia
        Pengetahuan yang mendorong melakukan syukur adalah mengetahui bahwa seluruh nikmat hanya datang dari Allah. Syukur bagian dari iman kepada Allah, Allah berfirman:
        Nikmat apa saja ada pada kamu, semata-mata dari Allah. (QS an Nahl[6]:53)
        Syukur wajib bagi orang yang mendapat nikmat sebagai wujud iman. Kondisi yang mendorongnya adalah kegembiraan dan suka cita terhadap nikmat-nikmat Allah. Kegembiraan tersebut merupakan manifestasi syukur itu sendiri, karena hanya diperuntukkan bagi substansi-Nya. Syukur merupakan buah dari iman.
        Amal syukur diciptakan bagi Zat-Nya dan yang lain-Nya. Jika syukur dimaksudkan bagi Zat-Nya, maka amal dengan menggunakan nikmat yang diciptakan merupakan bagian dari kesempurnaan hikmah. Namun jika ada konflik syukur dagi lain-Nya, fungsinya untuk menjaga nikmat yang ada dan sebagai bekal dari nikmat tersebut. Secara utuh rasa syukur adalah menggunakan nikmat yang di berikan Allah secara seimbang. Orang yang meletakkan nikmat sesuai dengan situasi dan kondisinya, maka ia tergolong bijaksana. Baik secara ilmiah maupun amaliah, meletakkan sesuatu menurut porsinya adalah hikmah itu sendiri.[65]
C.    Ridha
Al-Harits berkata,”Ridha adalah tenteramnya hati di bawah alur ketentuan Allah.”Dzun-Nun al-Mishri berkata,”Ridha adalah bahagianya hati terhadap pahitnya qadha.”
        Rasulullah saw. bersabda:
        “Orang yang akan merasakan nikmat iman adalah orang yang ridha Allah sebagai Tuhan. Sesungguhnya Allah, dengan hikmah-Nya, Dia menjadikan ruh dalam keadaan ridha dan yakin serta menjadikan rasa bingung dan gelisah dalam keraguan dan marah.”
        Syaikh al-Junaidi berkata, “ridha adalah absahnya ilmu yang menyambung kepada hati. Jika hati telah berkait langsung dengan hakikat ilmu, maka ia akan membawanya kepada ridha.”
        Ridha dan mahabbah tidak seperti rasa takut dan optimis. Sebad, keduanya merupakan situasi yang tidak dapat dipisahkan dari seorang hamba di dunia dan di akhirat. Hal ini dikarenakan di surge sekalipun, seorang tidak bisa lepas dari ridha dan mahabbah.
        Ibn Atha berkata, “Ridha adalah tenangnya hati atas qadimnya pilihan Allah untuk seseorang dengan satu keyakinan bahwa apa yang dipilih oleh-Nya adalah yang terbaik baginya. Ridho itu sendiri terkadang meninggalkan rasa menggerutu.”
        Abu Turab berkata, “ridha tidak dapat diraih oleh hati yang ada kadar tertentu dan keterkaitan dengan dunia.”
        Siqthi Siri berkata, “Ada lima perkara yang termasuk akhlak para muqorrobin:[66]
1)      Ridha pada Allah terhadap perkara yang menyenangkan atau menyebalkan.
2)      Mengupayakan cinta kepada Allah.
3)      Malu karena Allah.
4)      Merasa tenteram bersama Allah.
5)      Merasa mencekam bersama dengan selain Allah.
        Al-Fudhail berkata,”Ridha adalah seseorang yang tidak berangan-angan melebihi kedudukannya.”
D.    Optimis ,Cinta, dan Lapang Jiwa
Pengetahuan yang menorong optimis adalah menelaah sifat-sifat qodim yang melahirkan segala hal yang buruk, rahasia, manfaat, dan bahaya. Orang yang mengenal sifat-sifat-Nya, dirinya akan takut dan penuh hara (optimis). Inilah pengertian optimis terhadap Zat Allah. Suatu kebaikan tidak perlu di harap-harap, suatu keburukan tidak bisa di hindari. Allah member keutamaan kepada siapapun. Dan dengan rasa optimis, orang yang di naungi oleh rasa takut akan terhindar dari keputusasaan.
Adapun optimis terhadap bukan Zat Allah adalah optimis yang makin memberi dorongan untuk memper banyak taat. Jika rasa optimis tidak mendorong untuk banyak taat, maka hal itu adalah tamanni. Hakikat optimis adalah lapang dan riang hati dalam menanti apa yang di inginkan sementara sebab-sebab pendukungnya telah terpenuhi.[67]
Sedangkan rughbah dominasi keriangan dan kelapangan dalam hati orang yang penuh harap sehingga seolah-olah dirinya menyaksi secara kasat mata terhadap apa yang dicita-citakannya. Rughbah merupakan kesempurnaan dan puncak dari hakikat optimis. 
Terakhir al-basath,yaitu lapang jiwa dan terbukanya jalan hidayah dengan ruh optimisme. 
E.     Takut, Menyasal, Rindu, Khusyuk, Wara’
Ketahuilah, ilmu khauf adalah telaah terhadap sifat-sifat uluhiah dan kaitannya dengan proses pendekatan dan penjauhan, proses kebahagiaan dan bencana, tanpa adanya perantara dan yang mendahului. Inilah khauf yang diarahkan kepada Zat Allah. Khauf  sangat bermanfaat bagi orang yang merasa banyak melakukan amal baik dirinya merasa tenteram dan aman dari maker Allah. Adapun khauf (cemas) kepada bukan Zat Allah ada dua bagian:
Pertama,cemas akan sinarnya nikmat.
Kedua, cemas terhadap hukuman-hukuman yang di timbulkan sebagai akibat dari tindak penyelewengan.
Kadar wajib khauf (cemas) adalah suatu kecemasan yang mendorong untuk meninggalkan perbuatan yang di larang dan melakukan perbuatan yang wajib. Adapun kondisi khauf adalah gelisah hati dan gundah gulana karena khawatir terperosok kepada perkara yang di benci atau takut kehilangan.
Jika gelisah dan gundah tersebut merupakan dua perbuatan terpuji, maka hukumnya berbeda pada posisi wajib dan dianjurkan. Jika keduanya makruh, maka hukum keduanya berada pada posisi haram dan makruh. 
Adapun al-qadh (perasaan merana) kadang-kadang muncul dalam hati dan sebabnya dapat terbaca dan diketahui. Hukum merana ini sama dengan hukum merasa sedih. Adapun jika sebab tidak diketahui, maka perasaan merana tadi merupakan siksa bagi orang-orang punya keinginan, karena mereka bersikap terlalu, sehingga jauh dari keseimbangan. 
Pengertian al-isyfaq(khawatir) adalah manunggalnya rasa takut dengan optimis secara seimbang. Sedangkat hakikat khusuk adalah atenang hati dan anggota badan tanpa gerak karena hati menyaksikan suatu keagungan dan maha mengejutkan. Adapun wara’, hakikatnya adalah menjahui sesuatu karena khawatir bahayanya. 
F.      Merasa Dekat Dengan Allah
Syu’aul-Bashirah (sinar mata batin) menampakkan kepadamu kedekatan-Nya dari mu. ‘Ainul-Bashirah (penyaksian mata batin) menampakkan kepadamu ketiadaanmu lantaran wujud-Nya. Sedangkan  Haqqul-Bashirah (mata batin hakiki) menampakkan kapadamu wujud-Nya, bukan ketiadaanmu dan bukan pula wujudmu. ( Ibnu ‘Atha’illah)[68]
Seseorang tidak akan melakukan suatu kebaikan, kecuali di dalam jiwanya terdapat kebaikan yang mendorongnya melakukan kebaikan tersebut. Karena kebaikan selalu melahirkan kebaikan yang lain, sebagaimana kejahatan juga melahirkan kejahatan yang lain. Demikian halnya ketaatan, di saat seseorang melakukan ketaatan, maka aka nada ketaatan lainnya.[69]
Perasaan dekat kepada Allah akan kita rasakan jika kita selalu rajin berdoa dan berserah diri pada-Nya, perasaan kita yang selalu bersandar hanya pada-Nya. Ketika jiwa ini suci, kedekatan dengan Allah seolah bisa kita rasakan, bahkan kita seperti bersama bertatap langsung dengan-Nya dalam sujud malam.




       



















DAFTAR PUSTAKA

Akhyar, Fatikh, dkk, Mencari Berkah Dari Tawadhu’, Tawakal, & Ikhlas,Bekasi: Al-Maghfirah, 2011

Al-Balali, Abdul Hamid, Manhajut Taabi’in fi Tarbiyatin-Nufuus, terj. Atik Fikri Ilyas”Madrasah Pendidikan Jiwa”, Jakarta: Gema Insani, 2003.

Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin,terj. Prof.TK.H. Ismail Ya’kub SH.MA, “IhyaAl-Ghazali”,Semarang: CV Faizan 1979.

Al-Ghazali, Raudhah ath-Thalibin wa Umdah as-Salikin, terj. Ija Suntana S.Ag., M.Ag “Membawa Hati Menuju Ilahi: Rahasia Hidup Selamat Sampai Akhirat”, Bandung: Pustaka Hidayah, 2009

Al-Hamid, Habib Idrus, Keajaiban Shalat Tahajud, Surabaya: Pustaka Media, 2009.

Al-Hasyimi, Sayyid Ahmad, Muktaarul Ahaadits, terj. K.H.Moch.Anwar “Hadits-Hadits Pilihan Dan Penjelasannya”, Bandung: Sinar Biru Algesindo, 2008.

Al-Kumayi, Sulaiman, Cahaya Hati Penentram Jiwa, Semarang: Pustaka Nuun, 2005.

Bahresi, Salim, Irsyadul Ibad Iltasabilirrasyad, Surabaya: Darussagaf, n.nt.

Departemen Agama RI,Al-Qir’an Dan Terjemah, Bandung: CV Diponegoro, n.nt.

Faris, Muhammad Abdul Qadir Abu, Tazkiyatun Nafs, terj. Habiburrahman Saerozi” Menyucikan Jiwa”, Jakarta: Gema Insani, 2005.

Ghafur, Waryono Abdu’, Srategi Qur’ani, Yogyakarta: Belukar, 2004.
Imam Ibnu Qayyim, Al-Fawaaid, terj.Nabhani Idris “Pesan-Pesan Spiritual Ibnu Qayyim”,Jakarta: Gema Insani, 2004.

Imam Nawawi, Riyadhush Shalikhin, terj. Abu Khodijah Ibnu Abdurrahim”Ringkasan Riyadhush Shalikhin”, Bandung: Irsyad Baitussalam, 2012.
Sholikin, Muhammada, Tasawuf Aktual Menuji Insan Kamil, Semarang: Pustaka Nuun, 2004.

 Ustadz Imam Wahyudi Lc., http://almanhaj.or.id/content/3677/slash/0/mutiara-introspeksi-diri/, di unduh tanggal 31 januari 2014.




























DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Ratnani latifah, lahir di Jepara, 11 November. Pendidikan  dari Mts dan MA di tempuh di Hasyim Asy’ari Bangsri, Memiliki hobi membaca, menulis, mengambar, menyanyi dan mendengarkan music, minat menulis yang menggebu mulai muncul ketika berada di bangku kelas 2 Mts. Bermula dari hobi membaca novel-novel dan manga, mulailah menulis coretan-coretan puisi dan cerpen hanya sekedar untuk berlatih yang kemudian menjadi bacaan rutin dari teman-teman sekelas.
Sempat berhenti menulis karena sibuk ujian kelas tiga Mts, namun pada semester awal di Aliyah, kembali menekuni hobi menulis itu hingga sekarang meskipun belum membuat sebuah karya yang hebat, tetap berjuang untuk menulis terus demi kepuasan batin. Demi untuk menikmati esensi menulis yang bisa bebas bermain kata mengolah imajinasi dalam deretan panjang sebuah kisah. Ini adalah salah satu karya perdana yang dipublikasikan karena sebuah tugas mengarang dari Bapak Drs.Maswan MM, selaku dosen di Unisnu yang mengampu mata kuliah tehnik penulisan kary tulis ilmiah
Saat ini masih belajar di Universitas Islam Nahdhotul Ulama Jepara mengambil fakultas Tabiyah dan Keguruan, sekarang masih ingin mengembangkan  dan belajar bagaimana untuk bisa menulis dengan baik dan benar, masih membutuhkan saran dan kritik jika ada kesalahan. Bisa dihubungi di akun Fb Ratna Hana Matsura.


[1] Al-Ghazali, Rhaudhah ath-Thalibin wa Umdah as-Salikin, terj. Ija Suntana, S.Ag.,M.Ag.”Membawa Hati Menuju Ilahi”, cet.1(Bandung:Pustaka Hidayah, 2009), hal. 74.
[2] Ibid, hal.77.
[3] Sulaiman Al-Kumayi, Cahaya Hati Penentram Jiwa, cet.1, ( Semarang:Pustaka Nuun, 2005), hal.2.
[4] Ibid, hal. 3.
[5] Al-Ghazali, ihya’ ulumuddin jilid 4, terj.Prof.TK. H. Ismail Ya’kub SH.,MA.”Ihya Al Ghazali”, (Semarang:C.V.Faizin, 1979), hal.12.
[6] Departeman Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya, (Bandung, C.V.Diponegoro, n.th), hal. 276. Maksudnya: karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan untuk dihisab, Maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian (sedekah-sedekah) yang mereka berikan, dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima tuhan.
               
[7] Ibid, 467.
[8] Salim Bahresi, Irsyadul ‘Ibad Ilasabilirrasyad, (Surabaya:Darussagaf, n.nt), hal.785-786.
[9] Abdul Hamid Al-Balali, Manhajut Taabi’in Fi Tarbiyah Nufuus, terj.Atik Fikri Ilyas” Madrasah PendidikanJiwa”, (Jakarta:Gema Insani, 2003), hal.14.
[10] Sulaiman Al-Kumayi, Cahaya Hati Penentram Jiwa, cet.1, ( Semarang:Pustaka Nuun, 2005), hal.79.
[11] Departeman Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya, (Bandung:C.V.Diponegoro, n.th), hal.476-477.
[12] Abdul Hamid Al-Balali, Manhajut Taabi’in Fi Tarbiyah Nufuus, terj.Atik Fikri Ilyas” Madrasah PendidikanJiwa”, (Jakarta:Gema Insani, 2003), hal.13.
[13] Al-Ghazali, Rhaudhah ath-Thalibin wa Umdah as-Salikin, terj. Ija Suntana, S.Ag.,M.Ag.”Membawa Hati Menuju Ilahi”, cet.1(Bandung:Pustaka Hidayah, 2009), hal. 74.
77. [13] Ibid, hal.
[14] Al-Ghazali, ihya’ ulumuddin jilid 4, terj.Prof.TK. H. Ismail Ya’kub SH.,MA.”Ihya Al Ghazali”, (Semarang:C.V.Faizin, 1979), hal. 123.
[15] Abdul Hamid Al-Balali, Manhajut Taabi’in Fi Tarbiyah Nufuus, terj.Atik Fikri Ilyas” Madrasah PendidikanJiwa”, (Jakarta:Gema Insani, 2003), hal.23.
[16] Ibid, hal.21.
[17] Ibid, hal.21.
[18] Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Mukhtarul Ahaaadiits, terj. K.H.Moch.Anwar “Hadits-Hadits pilihan Dan Penjelasannya”, cet.9 (Bandung:Sinar Baru Algesindo, 2008), hal.776.
[19] Abdul Hamid Al-Balali, Manhajut Taabi’in Fi Tarbiyah Nufuus, terj.Atik Fikri Ilyas” Madrasah PendidikanJiwa”, (Jakarta:Gema Insani, 2003), hal.19.
[20] Ibid,
[21] Ibid,hal. 18
[22] Al-Ghazali, Rhaudhah ath-Thalibin wa Umdah as-Salikin, terj. Ija Suntana, S.Ag.,M.Ag.”Membawa Hati Menuju Ilahi”, cet.1(Bandung:Pustaka Hidayah, 2009), hal.142-143.
[23] Abdul Hamid Al-Balali, Opcit, hal.26.
[24] Fathia, Akhyar, dkk, Mencari Berkah Dari Tawadhu’, Tawakkal, & Ikhlas, ( Bekasi:Al-Maghfiroh, 2011), hal.127.
[25] Ibid, hal. 129.
[26] Imam Nawawi, riyadhush Shalihin, terj. Abu Khodijah Ibnu Abdurrahim “Ringkasan riyadhush Shalihin”, cet. 11, (Bandung:Irsyad Baitus Salam, 2012), hal. 33.
[27] Dr. Muhammada Abdul Qadir Abu Faris, Tazkiyatun Nafs, terj. Habiburrahman Saerozi “ Menyucikan Jiwa”, ( Jakarta:Geman Insani, 2005), hal.21.
[28] Fathia, Akhyar, dkk, Mencari Berkah Dari Tawadhu’, Tawakkal, & Ikhlas, ( Bekasi:Al-Maghfiroh, 2011), hal.171-172.
[29] Waryono Abdul Ghafur, M.Ag, Strategi Qurani, (Yogyakarta: Belukar, 2004) hal. 14.
[30]  Ibid,
[31] Ibid,hal. 17.
[32] bid,hal. 17-18.
[33] Imam Nawawi, riyadhush Shalihin, terj. Abu Khodijah Ibnu Abdurrahim “Ringkasan riyadhush Shalihin”, cet. 11, (Bandung:Irsyad Baitus Salam, 2012), hal.49.
[34] Fathia, Akhyar, dkk, Mencari Berkah Dari Tawadhu’, Tawakkal, & Ikhlas, ( Bekasi:Al-Maghfiroh, 2011), hal. 77-79.
[35] Ibid, hal.80-81.
[36]Ustadz Imam Wahyudi Lc., http://almanhaj.or.id/content/3677/slash/0/mutiara-introspeksi-diri/, di unduh tanggal 31 januari 2014.
[37] Abdul Hamid Al-Balali, Manhajut Taabi’in Fi Tarbiyah Nufuus, terj.Atik Fikri Ilyas” Madrasah PendidikanJiwa”, (Jakarta:Gema Insani, 2003), hal.78.
[38] Ibid, hal. 79.
[39] Ibid, hal. 84.
[40] Imam Ibnu Qayyim, Al-Fawaid, terj. Nabhani Idris, “Pesan-pesan Spiritual Ibnu Qayyim”, cet. 2, ( Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 46-47.
[41] Ibid, hal.47-48.
[42] Sulaiman Al-Kumayi, Cahaya Hati Penentram Jiwa, cet.1, ( Semarang:Pustaka Nuun, 2005),hal. 71-72.
[43] Ibid, hal. 72.
[44] ibid, hal. 73-74.
[45] Abdul Hamid Al-Balali, Manhajut Taabi’in Fi Tarbiyah Nufuus, terj.Atik Fikri Ilyas” Madrasah PendidikanJiwa”, (Jakarta:Gema Insani, 2003),hal. 88.
[46] Al-Ghazali, Rhaudhah ath-Thalibin wa Umdah as-Salikin, terj. Ija Suntana, S.Ag.,M.Ag.”Membawa Hati Menuju Ilahi”, cet.1(Bandung:Pustaka Hidayah, 2009), hal. 95.
[47] Abdul Hamid Al-Balali, Manhajut Taabi’in Fi Tarbiyah Nufuus, terj.Atik Fikri Ilyas” Madrasah PendidikanJiwa”, (Jakarta:Gema Insani, 2003),hal.89.
[48] Dr. Muhammada Abdul Qadir Abu Faris, Tazkiyatun Nafs, terj. Habiburrahman Saerozi “ Menyucikan Jiwa”, ( Jakarta:Geman Insani, 2005),hal.81.
[49] Ibid, hal.81.
[50] Ibid, hal.113.                                                    
[51] Muhammad Sholikhin, Tasawuf Aktual Menuju Insan Kamil, (Semarang: Pustaka Nuun, 2004), hal.213.
[52] Dr. Muhammada Abdul Qadir Abu Faris, Tazkiyatun Nafs, terj. Habiburrahman Saerozi “ Menyucikan Jiwa”, ( Jakarta:Geman Insani, 2005),hal. 121.
[53] Habib Idrus AL-Hamidi, S.Ag, M.Si, Keajaiban Shalat Tahajud, (Surabaya: Pustaka Media, 2009), hal. 9.
[54] Muhammad Sholikhin, Tasawuf Aktual Menuju Insan Kamil, (Semarang: Pustaka Nuun, 2004), hal.219-220
[55] Dr. Muhammada Abdul Qadir Abu Faris, Tazkiyatun Nafs, terj. Habiburrahman Saerozi “ Menyucikan Jiwa”, ( Jakarta:Geman Insani, 2005),hal.149-150.
[56] Ibid, hal. 184.
[57] Ibid, hal. 188-190.
[58] Ibid, hal. 206.
[59] Imam Ibnu Qayyim, Al-Fawaid, terj. Nabhani Idris, “Pesan-pesan Spiritual Ibnu Qayyim”, cet. 2, ( Jakarta: Gema Insani, 2004), hal.85.

[60] Dr. Muhammada Abdul Qadir Abu Faris, Tazkiyatun Nafs, terj. Habiburrahman Saerozi “ Menyucikan Jiwa”, ( Jakarta:Geman Insani, 2005),hal.214-217.
[61] Ibid, hal. 242.
[62] Fathia Akhyar, dkk, Mencari Berkah Dari Tawadhu’  Tawakal & Ikhlas , (Bekasi: Al-Maghfiroh, n.t) , hal.46-49.
[63] Dr. Muhammada Abdul Qadir Abu Faris, Tazkiyatun Nafs, terj. Habiburrahman Saerozi “ Menyucikan Jiwa”, ( Jakarta:Geman Insani, 2005),hal.280.
[64] Al-Ghazali, Raudhah ath-Thalibin wa Umdah as-Salikin, terj. Ija Suntana” Membawa Hati Menuju Ilahi: Rahasia Hidup Selamat Sampai Akhirat”, (Bandung:Pustaka Hidayah, 2009), hal.215.
[65] Ibid, hal.196-197.
[66] Ibid, hal. 204
[67] Ibid, hal
[68] Sulaiman Al-Kumayi, Syarah Al-Hikam:Cahaya Hati Penentram Jiwa, (Semarang: Pustaka Nuun, 2005), hal.229.
[69] Abdul Al-Balali, Manhajut Taabi’in fi Tarbiyah-Nufuus, terj.Atik Fikri Ilyas “Madrasah Pendidiksn Jiwa”, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003.), hal.160.

No comments:

Post a Comment