Dimuat di Kedaulatan Rakyat, Minggu 8 Juli 2018
Judul : Revive Your Heart
Penulis : Nouman Ali Khan
Penerjemah : Rini Nurul Badariah
Penerbit : Mizania
Cetakan : Pertama, April 2018
Tebal : 176 halaman
ISBN : 978-602-418-175-8
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Al-quran adalah kitab suci umat Islam yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad yang berisi petunjuk untuk semua umat dan
membacanya bernilai ibadah. Di antara
kandungan Al-Quran adalah adiqah,
sejarah, ibadah, akhlak, muamalah dan berbagai ilmu pengetahuan—baik
pengetahuan agama juga masalah sains. Di mana semua kandungan itu tidak pernah
lekang oleh waktu. Karena Allah telah menjamin dan menjaga kemurian Al-Quran.
Di mana pun dan kapan pun kita bisa mengambil pembelajaran dari Al-Quran.
Dan sebagaimana kita ketahui, hati adalah pangkal
segala perbuatan kita. Jika hati baik, maka baik pula akhlaknya. Sebaliknya
jika hati itu kotor, maka akhlak pun menjadi tercemar. Dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan Imam Ahmad, hati itu diperumpamakan seperti pancir air yang
mendidih—selalu bolak balik. Mengingat betapa rentannya hati, maka sudah
semestinya kita membentengi hati dan jiwa kita agar tidak mudah bolak balik dan
berkarat. Salah satunya dengan melakukan terapi hati melalui Al-Quran.
Begitu banyaknya kandungan Al-Quran, maka kita bisa
mengambil saripati dan mengambil pelajaran dari pesan-pesan yang termaktub di
dalamnya. Buku karya Nouman Ali Khan ini
sangat patut dibaca, untuk memahami lebih dalam bagaimana cara menyucikan hati.
Dengan paparan yang mendalam dan kritis, kita akan disadarkan betapa pentingnya
mengkaji Al-Quran dengan sepenuh hati, mendorong kita agar lebih memedulikan
tugas kita kepada Allah dan mendesak kita untuk membenahi perpesktif hidup.
Di antaranya adalah pembahasan tentang doa. Bagaimana kita bisa terhubungan dengan Allah
melalui doa? Sering kali kita
bertanya-tanya, Apakah doa kita di dengar oleh Allah? Kenapa Allah belum
mengabulkan doa kita? Di sini kita diingatkan untuk menjadi pribadi yang mawas
diri—kita harus berpikir positif terhadap Allah dan tidak boleh putus asa. Kita memang dianjurkan berdoa, namun kita
tidak boleh menuntut kepada Allah. Kita harus sabar dengan segala ketentuan
Allah. Dia-lah sebaik-baik pemelihara.
“Ketika kau
merasa bahwa Allah tidak mendengarkan doamu, itulah kesuksesan tertinggi bagi
setan. Dia sangat ingin meyakinkan seseorang bahwa Allah telah mengabaikan
hamba-Nya karena dosa-dosa yang telah dilakukannya. Sedangkan Allah sama sekali
tidak pernah mengabaikan hamba-Nya. Jadi, kita tidak boleh putus asa dengan
Allah atau berpikir karena dosa-dosa kita, Allah berhenti mendengarkan kita.”
(hal 2).
Selain pembahasan tentang doa, masih banyak pembahasan lain, yang akan
sangat membantu kita dalam usaha menjaga hati baik dalam urusan dunia atau
akhirat. Dengan analogi yang mudah
dipahami, penulis mampu menggetarkan hati pembaca, menyadarkan kita untuk terus
mendekatkan diri kepada Allah.
Srobyong, 1 Juli 2018
No comments:
Post a Comment