Tuesday, 17 July 2018

[Resensi] Terapi Al-Quran untuk Menyucikan Hati

Dimuat di Kedaulatan Rakyat, Minggu 8 Juli 2018


Judul               : Revive Your Heart
Penulis             : Nouman Ali Khan
Penerjemah      : Rini Nurul Badariah
Penerbit           : Mizania
Cetakan           : Pertama, April 2018
Tebal               : 176 halaman
ISBN               : 978-602-418-175-8
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Al-quran adalah kitab suci umat Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad yang berisi petunjuk untuk semua umat dan membacanya bernilai ibadah.  Di antara kandungan Al-Quran  adalah adiqah, sejarah, ibadah, akhlak, muamalah dan berbagai ilmu pengetahuan—baik pengetahuan agama juga masalah sains. Di mana semua kandungan itu tidak pernah lekang oleh waktu. Karena Allah telah menjamin dan menjaga kemurian Al-Quran. Di mana pun dan kapan pun kita bisa mengambil pembelajaran dari Al-Quran.

Dan sebagaimana kita ketahui, hati adalah pangkal segala perbuatan kita. Jika hati baik, maka baik pula akhlaknya. Sebaliknya jika hati itu kotor, maka akhlak pun menjadi tercemar. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, hati itu diperumpamakan seperti pancir air yang mendidih—selalu bolak balik. Mengingat betapa rentannya hati, maka sudah semestinya kita membentengi hati dan jiwa kita agar tidak mudah bolak balik dan berkarat. Salah satunya dengan melakukan terapi hati melalui Al-Quran.

Begitu banyaknya kandungan Al-Quran, maka kita bisa mengambil saripati dan mengambil pelajaran dari pesan-pesan yang termaktub di dalamnya.  Buku karya Nouman Ali Khan ini sangat patut dibaca, untuk memahami lebih dalam bagaimana cara menyucikan hati. Dengan paparan yang mendalam dan kritis, kita akan disadarkan betapa pentingnya mengkaji Al-Quran dengan sepenuh hati, mendorong kita agar lebih memedulikan tugas kita kepada Allah dan mendesak kita untuk membenahi perpesktif hidup.

Di antaranya adalah pembahasan tentang doa.  Bagaimana kita bisa terhubungan dengan Allah melalui doa?  Sering kali kita bertanya-tanya, Apakah doa kita di dengar oleh Allah? Kenapa Allah belum mengabulkan doa kita? Di sini kita diingatkan untuk menjadi pribadi yang mawas diri—kita harus berpikir positif terhadap Allah dan tidak boleh putus asa.  Kita memang dianjurkan berdoa, namun kita tidak boleh menuntut kepada Allah. Kita harus sabar dengan segala ketentuan Allah.  Dia-lah sebaik-baik pemelihara.

 “Ketika kau merasa bahwa Allah tidak mendengarkan doamu, itulah kesuksesan tertinggi bagi setan. Dia sangat ingin meyakinkan seseorang bahwa Allah telah mengabaikan hamba-Nya karena dosa-dosa yang telah dilakukannya. Sedangkan Allah sama sekali tidak pernah mengabaikan hamba-Nya. Jadi, kita tidak boleh putus asa dengan Allah atau berpikir karena dosa-dosa kita, Allah berhenti mendengarkan kita.” (hal 2).

Selain pembahasan tentang doa,  masih banyak pembahasan lain, yang akan sangat membantu kita dalam usaha menjaga hati baik dalam urusan dunia atau akhirat.  Dengan analogi yang mudah dipahami, penulis mampu menggetarkan hati pembaca, menyadarkan kita untuk terus mendekatkan diri kepada Allah.

Srobyong, 1 Juli 2018

No comments:

Post a Comment