Dimuat di Padang Ekspres, Minggu 15 Juli 2018
Judul :
Dongeng Sebelum Tidur #2
Penulis :
Dini W. Tamam
Ilustrator :
Ferlina Gunawan
Penerbit :
Gramedia
Cetakan :
Pertama, Juli 2017
Tebal :
128 halaman
ISBN :
978-602-03-5696-9
Peresensi :
Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Media pembelajaran bagi anak itu banyak sekali.
Misalnya melalui media visual—media yang menitik beratkan pada indra
penglihatan dengan bentuk media grafis
dan proyeksi. Untuk contoh media grafis bisa melalui poster, kartun atau komik.
Sedangkan media proyeksi bisa dilihat melalui
slide atau film strip. Atau bisa juga kita memakai media audio—yaitu
media yang menitik beratkan pada pendengaran, seperti radio. Tidak ketinggalan
kita juga bisa menggunakan media audio visual, yaitu media yang terdiri dari
suara dan gambar. Misalnya televisi. Selain itu kita juga bisa memakai media
lingkungan dan media permainan.
Dongeng bisa dibilang sebagai salah satu media
pembelajaran berupa audio. Karena di sini anak diajak mendengar kisah-kisah
yang dipaparkan baik oleh guru juga orangtua.
Dan di sisi lain dongeng juga bisa bersifat visual grafis jika berupa
buku bergambar. Oleh karena itu, kita
tidak boleh meremehkan keberadaan buku dongeng di negeri ini. Dari buku-buku
dongeng tersebut, anak bisa mengambil banyak pembelajaran, khusunya tentang
pendidikan akhlak atau etika dan moral.
Salah satu dongeng yang patut dikenalkan dan dibaca
oleh anak adalah “Dongeng Sebelum Tidur
2” karya Dini W. Tamam. Terdiri dari 25 kisah selayaknya jilid pertama, buku
ini sangat sehat untuk dikonsumsi oleh semua kalangan. Mengingat dalam buku
dongeng ini banyak pembelajaran yang bisa dijadikan teladan bagi anak, juga
bisa menjadi pemicu cara berpikir anak yang kritis dan imajinatif.
Misalnya saja dongeng berjudul “Monyet yang Rakus”
yang mengisahkan tentang kehidupan
sepuluh ekor kera bersaudara. Di mana salah satu dari kera tersebut ada yang
sangat rakus. Dia tidak ingin membagi makananya dengan
saudara-saudaranya, karena takut merasa kurang. Karena alasan itu, setiap kali
dia dan saudara-saudaranya mencari makan, dia akan menipu saudara-saudara bahwa
ada singa besar. Lalu setelah semua
saudaranya lari, dia dengan rakus akan memakan pisang yang ditemukannya
tersebut (hal 2).
Merasa berhasil menipu saudaranya, kera itu terus
mengulang perbuatannya. Namun di suatu hari, ketika dia mengulang kebohongannya
tersebut, ternyata di bawahnya memang benar-benar ada seekor singa yang
menatapnya dengan garang. Si kera mendapat ganjaran. Dongeng ini mengajak anak memahami bahwa
sesama saudara kita harus saling menolong dan menyayangi. Kita tidak boleh
rakus dan suka berbohong.
Ada lagi dongeng berjudul “Nyamuk dan Pemburu”. Di
mana diceritakan, di salah satu hutan, seluruh penghuni hutan sedang dilanda ketakutan.
Mereka takut karena datangnya lima pemburu tersebut membawa berbagai peralatan
berburu. Seperti senapan, tombak, pedang dan alat berburu lainnya (hal 7).
Sedangkan para penghuni hutan tidak ada yang berani
mengusir pemburu tersebut. Hingga akhirnya sekawanan nyamuk mengajukan diri untuk
mengusir para pemburu. Hasilnya mereka berhasil mengusir para pemburu, setelah
mereka memberi bibit penyakit di tubuh para pemburu. Sejak kejadian itu, para
nyamuk mulai sombong. Mereka ingin dihormati oleh semua binatang di dalam
hutan, seperti harimau, singa dan banyak lagi.
Namun beberapa bulan kemudian, para pemburu kembali memasuki hutan.
Dengan angkuhnya sekawanan nyamun bersiap melakukan serangan lagi. Akan tetapi hasil yang mereka dapat kali ini
sungguh mengejutkan. Dongeng ini
mengingatkan pada anak, agar tidak memiliki sifat angkuh atau sombong.
Selain dua dongeng tersebut beberapa dongeng lainnya
tidak kalah menarik dan seru untuk dibaca. Seperti “Nelayan yang Kurang
Beruntung” yang mengajarkan anak arti pentingnya sabar, “Pesan yang Terpotong”
yang mengingatkan untuk tidak bersikap ceroboh dan harus bertanggungjawab, dan
banyak lagi.
Dini W. Tamam, menghadirkan dongeng-dongeng seru
dan menarik. Meski beberapa dongeng
merupakan remake dongeng, penulis dengan gaya bahasa yang mudah dicerna,
berhasil menunjukkan ciri bercerita sendiri, sehingga setiap ceritanya asyik
untuk dibaca. Mendidik dan mencerahkan.
Srobyong, 10 Maret 2018
kok malah jadi pengen beli bukunya yaa (padahal barusan beli buku juga siih)
ReplyDeleteSilahkan dibeli Mbak, seru memang. Beli buku memang bikin nagih :)
Delete