Dimuat di Kabar Madura, Jumat 29 Juni 2018
Judul : The Woman in Cabin 10
Penulis : Ruth Ware
Penerjemah : Reni Indardini
Penerbit : Noura Books
Cetakan : Pertama, Desember 2017
Tebal : 484 halaman
ISBN : 978-602-385-284-0
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
The Woman in Cabin 10
merupakan one of the best mystery books and thrillers of 2016. Ruth Ware dengan kekuatan gaya bahasanya
dalam bercerita, sukses membuat kita larut dalam kisah yang menegangkan,
menarik dan sukses membuat penasaran hingga akhir cerita. Bagaimana tidak dalam
novel ini kita akan dibuat tegang dan frustasi dengan berbagai intrik yang
terjadi di sebuah kapal pesiar mewah bernama Aurora. Kisah ini juga penuh
dengan twist yang menakjubkan dan tidak terduga.
Apa yang akan terjadi ketika hanya kita sendiri yang
meyakini bahwa sebuah pembunuhan tengah terjadi di sebuah tempat? Tidak ada
yang mempercayai kisah kita dan menganggap kita hanya berhalusinasi?
Novel ini sendiri berkisah tentang perjalanan Lo
Blacklock digambarkan sebagai sosok yang kuat dan gigih, meski dia memiliki
klaustrofobia—ketakutan dengan tempat-tempat sempit dan terjebak. Suatu hari
dia mendapat kesempatan untuk meliput
pelayaran sebuah kapal pesiar mewah selama satu minggu. Sebuah kesempatan besar yang tidak mungkin
dia lewatkan, karena bisa jadi hal itu bisa membuka peluang untuk meningkatkan
jenjang karier jurnalisnya.
Namun siapa sangka, pelayaran yang awalnya dia kira
menyenangkan, karena akan bertemu dengan banyak relasi yang bisa dia manfaatkan
untuk melebarkan jaringan, ternyata dugaannya salah besar. Dalam perjalanan itu dia yang memiliki fobia
tempat sempit, dan karena rasa traumanya setelah menjadi korban pencurian,
membuat pendengaran Lo lebih tajam. Di
sanalah dia mendengar sebuah ceburan dan goresan darah di pembatas kaca kabin sebelah, yang dia pikir
telah terjadi pembunuhan (hal 116).
Sayangnya ketika Lo menceritakan kejadian tersebut,
tidak ada seorang pun yang mempercayai kisahnya. Apalagi dia memiliki sejarah
tentang fobia takut tempat sempit, sering minum dan mengkonsumsi obat
antidepresen. Belum lagi sebuah kenyataan bahwa kabin yang dimaksud ternyata
tidak berpenghuni.
Pada titik ini, Lo harus berusaha mengungkapkan
tentang siapa sebenarnya sosok yang pernah
dia temui di kabin 10—yang bahkan pernah meminjaminya maskara—yang ternyata
tidak ada seorang pun yang mengenal wanita itu,
dan siapa sosok yang terjebur di tengah malam. Lo pun mulai menyelidiki
kejadian itu dengan membuka percakapan dengan para penghuni kapal, untuk
mencari tahu alibi masing-masing orang.
Namun ketika dia tengah menyelidiki misteri tersebut, kejadian yang
tidak kalah menakutkan dan mencekam sudah menanti dirinya.
Pertanyaan besar pun mulai menghantui Lo, apakah dia
memang hanya berhalusinasi atau memang ada sosok di kapal yang menjadi dalang
kejadian itu? Namun jika dia tidak berhalusinasi bagaimana hal itu bisa terjadi? Lo sungguh
dilema—dia bingung, sedih dan kalut.
Dengan plot yang apik dan bisa dibilang seperti ada
rasa tulisan Agatha Christie dalam versi berbeda—khas sentuhan Ruth Ware,
membuat novel ini sangat menarik dan
memikat. Sejak awal kita akan dibuat
penasaran dengan akhir kisah ini. Kita harus menebak-nebak tentang siapa
sebenarnya penghuni kabin 10, siapa orang yang tercebur serta benarkah apa yang
dilihat Lo itu kenyataan atau halusinasi semata. Selingan info tentang update hilangnya
Lo juga semakin menambah rasa penasaran kita. Apakah wanita itu selamat atau
tidak.
Hal yang sedikit menganggu dari novel ini adalah pemanggilan nama tokoh yang
tidak konsisten. Namun lepas dari kekurangannya, novel ini patut dibaca bagi
para penikmat kisah misteri dan thriller. Kisah ini benar-benar hidup dan
menghiponotis. Membaca novel ini kita disadarkan bahwa ketamakan hanya akan
membuat kita rugi. Selain itu dari kisah ini kita akan diigatkan tentang sikap
kuat, tegar dan berani dalam mengungkapkan kebenaran.
Srobyong, 14 April 2018
No comments:
Post a Comment