Monday, 9 July 2018

[Resensi] Misteri Hilangnya Wanita di Cabin 10

Dimuat di Kabar Madura, Jumat 29 Juni 2018 


Judul               : The Woman in Cabin 10
Penulis             : Ruth Ware
Penerjemah      : Reni Indardini
Penerbit           : Noura Books
Cetakan           : Pertama, Desember 2017
Tebal               : 484 halaman
ISBN               : 978-602-385-284-0
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

The Woman in Cabin 10 merupakan one of the best mystery books and thrillers of 2016.  Ruth Ware dengan kekuatan gaya bahasanya dalam bercerita, sukses membuat kita larut dalam kisah yang menegangkan, menarik dan sukses membuat penasaran hingga akhir cerita. Bagaimana tidak dalam novel ini kita akan dibuat tegang dan frustasi dengan berbagai intrik yang terjadi di sebuah kapal pesiar mewah bernama Aurora. Kisah ini juga penuh dengan twist yang menakjubkan dan tidak terduga. 

Apa yang akan terjadi ketika hanya kita sendiri yang meyakini bahwa sebuah pembunuhan tengah terjadi di sebuah tempat? Tidak ada yang mempercayai kisah kita dan menganggap kita hanya berhalusinasi? 

Novel ini sendiri berkisah tentang perjalanan Lo Blacklock digambarkan sebagai sosok yang kuat dan gigih, meski dia memiliki klaustrofobia—ketakutan dengan tempat-tempat sempit dan terjebak. Suatu hari dia  mendapat kesempatan untuk meliput pelayaran sebuah kapal pesiar mewah selama satu minggu.  Sebuah kesempatan besar yang tidak mungkin dia lewatkan, karena bisa jadi hal itu bisa membuka peluang untuk meningkatkan jenjang karier jurnalisnya.

Namun siapa sangka, pelayaran yang awalnya dia kira menyenangkan, karena akan bertemu dengan banyak relasi yang bisa dia manfaatkan untuk melebarkan jaringan, ternyata dugaannya salah besar.  Dalam perjalanan itu dia yang memiliki fobia tempat sempit, dan karena rasa traumanya setelah menjadi korban pencurian, membuat pendengaran Lo lebih tajam.  Di sanalah dia mendengar sebuah ceburan dan goresan darah di  pembatas kaca kabin sebelah, yang dia pikir telah terjadi pembunuhan (hal 116).

Sayangnya ketika Lo menceritakan kejadian tersebut, tidak ada seorang pun yang mempercayai kisahnya. Apalagi dia memiliki sejarah tentang fobia takut tempat sempit, sering minum dan mengkonsumsi obat antidepresen. Belum lagi sebuah kenyataan bahwa kabin yang dimaksud ternyata tidak berpenghuni.

Pada titik ini, Lo harus berusaha mengungkapkan tentang  siapa sebenarnya sosok yang pernah dia temui di kabin 10—yang bahkan pernah meminjaminya maskara—yang ternyata tidak ada seorang pun yang mengenal wanita itu,  dan siapa sosok yang terjebur di tengah malam. Lo pun mulai menyelidiki kejadian itu dengan membuka percakapan dengan para penghuni kapal, untuk mencari tahu alibi masing-masing orang.  Namun ketika dia tengah menyelidiki misteri tersebut, kejadian yang tidak kalah menakutkan dan mencekam sudah menanti dirinya. 

Pertanyaan besar pun mulai menghantui Lo, apakah dia memang hanya berhalusinasi atau memang ada sosok di kapal yang menjadi dalang kejadian itu? Namun jika dia tidak berhalusinasi  bagaimana hal itu bisa terjadi? Lo sungguh dilema—dia bingung, sedih dan kalut.

Dengan plot yang apik dan bisa dibilang seperti ada rasa tulisan Agatha Christie dalam versi berbeda—khas sentuhan Ruth Ware, membuat novel ini sangat  menarik dan memikat.  Sejak awal kita akan dibuat penasaran dengan akhir kisah ini. Kita harus menebak-nebak tentang siapa sebenarnya penghuni kabin 10, siapa orang yang tercebur serta benarkah apa yang dilihat Lo itu kenyataan atau halusinasi semata.  Selingan info tentang update hilangnya Lo juga semakin menambah rasa penasaran kita. Apakah wanita itu selamat atau tidak.

Hal yang sedikit menganggu dari  novel ini adalah pemanggilan nama tokoh yang tidak konsisten. Namun lepas dari kekurangannya, novel ini patut dibaca bagi para penikmat kisah misteri dan thriller. Kisah ini benar-benar hidup dan menghiponotis. Membaca novel ini kita disadarkan bahwa ketamakan hanya akan membuat kita rugi. Selain itu dari kisah ini kita akan diigatkan tentang sikap kuat, tegar dan berani dalam mengungkapkan kebenaran.

Srobyong, 14 April 2018

No comments:

Post a Comment